PART 1

1527 Words
            “Kita bisa cari Airaa dulu!” Gavin bersikeras tidak ingin melanjutkan pernikahan jika pengantinnya bukan Airaa             “Gavin!! Kamu mau bikin Papa malu?! Itu konsekuensi yang harus kamu terima , kamu milih perempuan yang tidak bertanggung jawab dengan pilihannya sendiri, apa salahnya kalau Vanya yang jadi pengantin kamu? Vanya juga  jauh lebih baik daripada Airaa, dari awal papa sudah menentang kalian, tapi kamu bersikeras dengan pilihan kamu ini”             “Bagaimana bisa Gavin hidup dengan perempuan yang Gavin gak suka pa!”             “Kamu bisa mencintai Vanya lebih dari bagaimana kamu mencintai Airaa, Papa sedang tidak mau berdebat Gavin! Kamu sudah membuat Papa pusing  , selesaikan ini dan hidup dengan istrimu”             Mata Gavin memerah, ia masih tidak menyangka dengan apa yang Airaa lakukan kepadanya, mengapa ia meninggalkan Gavin di hari yang seharusnya mereka berdua sah menjadi sepasang suami istri. Kevin, adiknya tiba-tiba datang meminta Gavin untuk turun karena penghulu sudah tiba.             “Mas... Penghulunya sudah datang” Ucap Kevin sambil mengelus pundak Gavin,Gavin tak bergeming, iya diam tak menggubris kedatangan adiknya, matanya berkaca-kaca, ia masih belum bisa menerima semua yang terjadi kepadanya hari ini.             “Gua gak tau gimana rasanya di posisi lu mas, tapi gua yakin lu bisa ngambil keputusan terbaik” Lanjutnya             “Kasih gua waktu 5 menit vin” Kevin mengangguk lalu,keluar dari kamar tersebut. Iya membiarkan Kakaknya tersebut sendirian, berperang melawan egonya sendiri. Sementara itu Gavin menatap dirinya dalam-dalam , ia berusaha mencerna semua yang terjadi,mata nya menatap pantulan dirinya didalam cermin  , ingatan tentang dirinya dan Airaa langsung terbayang, bagaimana ia bertemu dengan wanita itu,bagaimana mereka jatuh cinta, bagaimana mereka memperjuangkan cinta mereka, bahkan ingatan saat ia melamar Airaa beberapa bulan yang lalu masih teringat jelas.Gavin menghela napas berat, ia berjalan menuju kamar mandi lalu membasuh wajahnya dengan air, sekali lagi ia menatap dirinya dalam-dalam , meyakinkan dirinya untuk hal berat yang menimpanya, berusaha meyakinkan dirinya bahwa setelah ini semua akan baik-baik saja. Harapnya Airaa akan segera datang, agar semuanya berjalan semestinya. Gavin duduk di samping gadis lugu itu menghadap , matanya berkaca-kaca, para tamu memandang mereka dengan tatapan iba. Gavin menghela napas sekali lagi lalu menatap Vanya, Pengantin Pengganti Airaa “ Pak kita mulai” Ucap Gavin kepada penghulu didepannya. “Saya nikahkan engkau Gavin Adrian Abimayu dengan Abella Adinda Vanya Binti Almarhum Bimantara Adiputra dengan mas kawin berupa rumah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai” “SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA ABELLA ADINDA VANYA BINTI ALMARHUM BIMANTARA ADIPUTRA DENGAN MAS KAWIN TERSEBUT, TUNAI” “Bagiamana para saksi? Sah?” “Sah” Ucap semua tamu yang hadir di tempat itu “Alhamdulillah” Air mata Vanya tak bisa dibendung lagi, ia masih terbayang bagaimana ia harus selalu menjadi pengganti dari segala kesalahan yang dibuat oleh saudara tirinya itu, ia terisak sementara Bundanya memeluknya dari samping mengucap terimakasih sedalam-dalamnya kepada Vanya,mereka berdua menangis tersedu-sedu bahkan tidak memperdulikan para tamu lagi. “Vanya udah ngasih semua yang Bunda mau, bahkan harga diri Vanya pun udah Vanya kasih ke Bunda,tau gak bun ini hal tersakit yang pernah bunda minta ke Vanya” Ucap Vanya sambil menangis tersedu-sedu,sementara itu Gavin masih terdiam,menunggu Vanya selesai dengan bunda nya, Vanya tersadar lalu mengusap air mata di pipi nya setelah itu ia meraih tangan Gavin lalu menciumnya. Resepsi pernikahan mereka di mulai dengan meriah, tamu-tamu berdatangan. Keluarga Gavin dan Airaa Bahkan teman-teman Gavin dan Airaa pun hadir, tak sedikit tamu yang heran, pasalnya di undangan tertera nama Gavin dan Airaa bukan nama Gavin dan Vanya, tak satupun teman Vanya yang hadir. Beberapa tamu undangan yang mengetahui permasalahan mereka menyemangati Gavin dan juga Vanya,tak sedikit juga yang mencibir mereka. Vanya hanya terdiam sabar hingga resepsi mereka selesai.Setelah acara tersebut selesai,mereka langsung pulang ke rumah yang telah Gavin beli untuk Airaa. “Mas... Vanya tidur dimana?” Tanya Vanya sembari menyeret koper miliknya. “Kamu bebas pilih, disini ada 4 kamar, 1 kamar utama dan 2 kamar umum dan 1 kamar pembantu. Terserah kamu saja” Vanya mengangguk , lalu berjalan menuju salah satu kamar yang terletak di dekat ruang keluarga “Vanya pilih kamar ini mas” Ucap Vanya,sementara Gavin hanya berdiam di tempatnya menatap dinding rumah yang penuh dengan foto-foto dirinya dan Airaa.Gavin meraih salah satu foto lalu membawanya menuju kamar utama yang terletak di lantai atas,kehidupannya akan berubah sejak hari ini... Keesokan harinya Vanya bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan pagi,ia tidak tahu kebiasaan Gavin lantas ia berinisiatif sendiri untuk bangun lebih awal dan membuatkan Gavin sarapan. Waktu sudah menunjukan pukul 7 namun Gavin belum juga muncul, sembari menunggu Gavin, ia kembali mebersihkan sudut-sudut rumah tersebut dari debu. Tak lama kemudian Gavin datang,sepertinya ia sudah siap bekerja hari ini. “Mas makan dulu” “Vanya udah siapin makanan” Gavin sibuk memasang sepatunya dan tidak menghiraukan Vanya “Mas...?” “Atau gak Vanya siapin buat bekal mas Gavin ya?” “Vanya?! Kamu sadar gak sih?! !kita menikah bukan karena kemauan kita! Kamu gak usah berlebihan,kamu gak ada kewajiban untuk menjalankan tugas seorang istri, kamu gak perlu masakin saya,kamu gak perlu bersih-bersih,kamu cukup urus diri kamu,pastikan kamu tidak sakit. Jangan sampai kamu sakit dan malah nyusahin saya” Ucapan Gavin cukup membuat Vanya tercengang,gadis itu diam seribu bahasa , Gavin meninggalkannya sendirian dan tak terasa ia menitikan air mata. Dalam hati ia berpikir bahwa benar, ia salah mengambil langkah. Tidak seharusnya ia berperilaku layaknya seperti seorang istri. Vanya menghapus air mata di pipinya,setelah beberapa saat mobil Gavin meninggalkan halaman rumah. Setelah itu ia bersiap-siap, sepertinya hari ini ia juga harus bekerja.     Jam menunjukan pukul 5 Sore, Vanya baru keluar dari ruangannya, beberapa pasang mata menatap Vanya dengan tatapan yang aneh, sama seperti tatapan saat resepsi pernikahan kemarin. “Nyaa...” Panggil seseorang. Vanya menoleh , Arin Sahabatnya. “Lo gak mau ngejelasin apa-apa sama gua?” Tanya Arin sembari memegang pundak Vanya Vanya menghela napas berat “Ceritanya panjang Rin...” “Lo baik-baik aja?”Tanya Vanya lagi “Semoga...” Tak ada percakapan lagi di antara mereka berdua,hingga mereka sampai di parkiran kantor, Vanya bingung, karena semuanya terjadi begitu saja, dan semuanya terjadi begitu cepat seharian ini ia masih belum percaya apa yang terjadi kepada dirinya, dan juga ia masih bingung bagaimana ia harus bersikap jika telah sampai di rumah. “Rin gua duluan ya” “Iya nya... btw kapan pun lo mau cerita, gua selalu siap kok” “Thanks ya.gua jalan dulu” “Iya...”                         Langit sore terlihat sangat cantik, Vanya betah berlama-lama di jalanan, dikepalanya hanya terpikir bagaimana ia menghadapi Gavin di rumah, setelah percakapan singkat mereka tadi pagi yang sempat membuat Vanya sakit hati, membuat Vanya takut-takut jika mengingat bagaimana sikap dingin pria berumur 28 Tahun itu. Mobilnya memasuki area perumahan mewah, lalu Vanya memarkirkan mobilnya Rapih di garasi, rumah itu masih gelap, tandanya sang pemilik belum pulang.             Vanya memasuki rumah tersebut,setelah menyalakan lampu, matanya langsung disambut oleh foto-foto Airaa dan Gavin yang terpajang rapih di setiap sudut rumah tersebut.Vanya tidak cemburu. Hanya saja ada perasaan aneh yang menjalar didalam dirinya. Ia harus menjadi pengantin pengganti agar orang tua nya dan orang tua Gavin tidak maulu, ia harus mengorbankan dirinya, ia harus mengorbankan masa muda nya untuk nama baik dua keluarga. Setelah mandi Vanya mulai memasak, awalnya ia juga ingin memasak sesuatu untuk Gavin. Hanya saja mengingat perkataan Gavin Vanya mengurungkan niatnya,daripada harus berdebat dengan pria itu.             Sementara Vanya makan, tiba-tiba pintu rumah terbuka, Gavin telah pulang. Keadaan sangatlah hening hingga membuat Vanya takut-takut mengangkat kepalanya. Gavin melemparkan sebuah Map berwarna cokelat tepat dihadapan Vanya.             “Apa ini mas?” Tanya Vanya sembari menyentuh Map tersebut             “Kontrak pernikahan” Jawab Gavin dingin,Vanya membuka Map tersebut lalu membaca satu demi satu poin-poin yang tertera pada secarik kertas tersebut.             “Aku mau, kita harus cerai setelah 6 bulan pernikahan ini, terhitung sejak hari H pernikahan. Saya tahu , kamu juga tidak akan nyaman dengan situasi seperti ini untuk seumur hidup kamu, kamu juga tidak akan bisa hidup selamanya dengan pria yang tidak kamu cintai, begitupun dengan saya. Saya masih sangat mencintai Airaa, begitu Airaa kembali saya akan menikah dengan Airaa. Jadi selama 6 bulan ini, kita tidak boleh hidup seperti suami istri , kamu tidak boleh melanggar privacy saya dan saya juga tidak akan melanggar privacy kamu” “Kamu tidak usah menjalankan kewajiban kamu seperti seorang istri pada umumnya, kamu tidak usah masak,kamu tidak usah bersih-bersih, kamu tidak usah bersikap selayaknya seorang istri, kita hidup sendiri-sendiri saja. Dan oh iya! Saya akn tetap memberikan uang bulanan kepada kamu sampai kita bercerai” Ucapan Gavin menusuk hati Vanya, Vanya meletakan kertas ditangannya itu di meja lalu menghela napas berat. “Bagaimana dengan orang tua kita mas? Bagaimana kalau mereka tau?” Tanya Vanya “Apa yang ngeberatin kamu? , orang tua kita tidak menjodohkan kita, Vanya saya ingatkan sekali lagi ,kalau kamu hanya ‘Pengantin Pengganti’ Orang tua saya tidak mengharapkan kamu menjadi menantunya, dan orang tua kamu pun begitu. Saya Calon suami kakak kamu Airaa.” Vanya menitikan air mata, ia sedih karena diperlakukan seolah-olah ini semua adalah salahnya,padahal ia hanya berusaha menolong kedua keluarga. “Kamu tidak usah berpikir panjang Vanya, kamu cukup tanda tangan di atas kertas itu dan masalah selesai” Sambung Gavin,setelah itu pria itu merogoh pulpen dari tasnya lalu melemparkan pulpen itu kepada Vanya, Vanya menerima pulpen dari Gavin lalu dengan berat hati menandatangani kertas kontrak tersebut. Ia tidak memikirkan dirinya sendiri, namun ia memikirkan perasaan orang tua mereka, bagaimana jika orang tua mereka tau,bagaimana jika mama nya sedih, Vanya tidak tahu harus berbuat apa.             Sesaat setelah Vanya menandatangani kontrak pernikahan tersebut,tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumah.memanggil nama Gavin. “Vin... buka” “Gavinn” “Gavin Abimayu!” Gavin tercengang karena mengenali suara itu , ia lantas berdiri lalu bergegas menuju pintu, sementara Vanya , gadis itu menyeka air matanya lalu mengikuti Gavin dari belakang. “Vin...” Ucap Wanita itu,lantas Gavin langsung menyambutnya dengan pelukan hangat.              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD