PART 3

1266 Words
Vanya menyentuh wajah Gavin, sesaat kemudian ia menghela napas “Ya Allah kirain mas Gavin luka”    “Mas...?” Vanya mengguncang tubuh Gavin yang jauh lebih besar dari tubuhnya sendiri   “Mas...”    “Mas Gavin bangun...” “Ennghh...”Gavin tersadar,kepalanya sedang berada di pangkuan Vanya, ia ingin melawan namun tenaganya tidak cukup untuk memarahi gadis lugu itu “Mas Gavin kenapa berdarah-berdarah siih?” “Mas Gavin ngapain semalem? Mas Gavin tuh kalau sakit bisa kasih tau Vanya” Vanya mendumel,sementara dirinya berusaha mengangkat tubuh Gavin naik ke tempat tidur. “Mas Gavin mimisan terus pingsan ya? Kaan kecapean... mas Gavin rebahan dulu, Vanya mau ganti baju sebentar habis itu bersihin mas Gavin” Tanpa menunggu persetujuan Gavin , Vanya lalu berlalu pergi, ia bergegas mengganti bajunya karena hari ini ia memutuskan untuk cuti saja, setelah itu ia mengambil handuk basah dan air untuk membersihkan darah yang telah mengering di sekitaran wajah Gavin. “Vanya... gak usah”Desis Gavin ketika permukaan kain basah yang dipegang oleh Vanya menyentuh permukaan kulit wajahnya “Vanya biar saya saja...”Ucap Gavin , tangannya berusaha menepis tangan Vanya yang masih asyik membersihkan wajahnya dari darah yang telah mengering “Diem!”Tegas Vanya,setelah itu Gavin benar-benar diam , ia mengikuti perintah Vanya. “Mas Gavin abis ini makan dulu ya? Vanya udah beliin bubur” Gavin hendak menolak,namun tenaganya tidak cukup hanya untuk sekedar membantah perkataan Vanya, lima belas menit setelah Vanya menghilang dari hadapan Gavin,tiba-tiba gadis itu muncul membawa sebuah nampan dengan sebuah mangkok berisi bubur dan segelas air. Gavin memalingkan wajahnya, pura-pura tidak tertarik padahal sebenarnya ia juga sedang lapar saat ini. “Makan dulu mas” Ucap Vanya “Engga” Krrkkk krkkk “Apaansih segala nolak,perut kamu itu looh gak bisa bohong”Ucap Vanya sembari menyuapkan satu sendok bubur ke mulut Gavin “Gimana? Enak gak mas?” Tanya Vanya, Gavin tanpa sengaja mengangguk antusias karena memang bubur yang Vanya beli sangatlah enak. “Yaudah makan yang banyak yaa,biar tenaganya balik lagi,habis ini mas istirahat dulu abis itu baru mandi deh” Ucap Vanya sambil terus menyuapi Gavin dengan bubur hingga mangkok yang ia pegang bersih, setelah itu Vanya menyodorkan air untuk Gavin minum. “Oiya mas Gavin habis ini ganti baju dulu ya terus tidur lagi, ini gatau baju nya aku nemu di laundry room” Vanya meletakan baju itu di sebelah Gavin, setelah itu ia beranjak keluar dari kamar suaminya itu “Selamat istirahat mas”Ucapnya sesaat sebelum menutup pintu. Gavin bingung harus bersikap seperti apa kepada Vanya, jelas jika dipikir ini semua bukanlah salah gadis itu, sebenarnya ia tidak ingin berbuat jahat kepada Vanya hanya saja jika ia baik kepada gadis itu,ia takut Vanya akan jatuh cinta kepadanya. Sementara itu saat Vanya baru saja selesai mencuci mangkok dan gelas yang dipakai oleh Gavin, setelah itu Vanya duduk di ruang keluarga, ia menonton film, sesekali Vanya terlihat menertawakan adegan di film itu,tanpa sadar ia tertidur saat menonton film dan saat terbangun waktu sudah menunjukan pukul 2 siang, jam makan siang telah lewat sesaat ia teringat oleh Gavin yang tengah sakit maka ia bergegas untuk membuatkan makan siang untuk suaminya itu, setelah makannya jadi Vanya mengantarkan makanan itu terlihat Gavin tengah tertidur lelap, Vanya menaruh nampan yang berisi makanan di samping tempat tidur, setelah itu dengan pelan-pelan ia membangunkan pria itu. “Mas Gavin...” “Mas...” “Mas bangun makan siang dulu, udah jam 3 ini” “engghh, Vanya... saya mengantuk” Gavin membalikan tubuhnya membelakangi Vanya “Kalau gak makan nanti makin lemes” “Iya nanti” “Sekarang” “Engga” “Mas!” “Iya ini bangun” Gavin membuka matanya, lalu menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur,terlihat jelas bahwa pria itu masih sangat lemas,tenaganya belum terkumpul sepenuhnya. “Makan dulu yaa” Vanya dengan telaten menyuap Gavin dengan makanan yang dibuatnya. “Enak gak?” Tanya Vanya, Gavin hanya mengangguk. Setelah itu terjadi keheningan di antara keduanya hingga makanan habis. “Yayyy habisss, sekarang minum obat ya” Vanya memberikan beberapa butir obat kepada Gavin, setelah itu Gavin meminumnya. Setelah itu Vanya membereskan peralatan makan Gavin dan beranjak keluar dari kamar itu. “Vanya...” Panggil Gavin “Iya mas?” “Terimakasih” Ucap Gavin malu-malu, ucapan Gavin hanya dibalas dengan senyum manis oleh Vanya, setelah itu Vanya benar-benar meninggalkan kamar itu dan mulai menyibukan dirinya sendiri dengan beberapa pekerjaan-pekerjaan kantor yang tidak sempat ia kerjakan di kantor hari ini. Hari berlalu begitu cepat, Vanya menyelesaikan pekerjaan kantornya tepat pukul tujuh malam, saat Vanya ingin membereskan pekerjaannya,Gavin tiba-tiba muncul dengan baju kaos polos berwarna hitam, serta celana pendek berwarna cokelat muda yang kontras dengan kulit putihnya. Gavin hanya duduk di hadapan Vanya, menunggu gadis itu benar-benar selesai merapihkan tumpukan kertas di hadapan mereka. “Udah mendingan mas?” Tanya Vanya berbasa-basi “Udah, Makasih ya” “Iya” “Padahal kamu gak perlu kok ngelakuin itu, kamu gak perlu repot-repot ngerawat saya” “Mas gak usah nganggap Vanya tuh istrinya mas Gavin, mas anggap Vanya orang asing yang lagi baik hati mau ngerawat mas Gavin. Jadi mas Gavin gak usah gak enakan” Ucap Vanya dengan senyum manis di akhir kalimat yang ia ucapkan. “Tetap aja,terimakasih” Ucap Gavin “Iyaa. Eh udah waktunya makan malam. Kita makan malam dulu ya” Vanya membawa dokumen-dokumennya masuk kedalam kamar, setelah itu ia kembali ke dapur untuk memasak ramen untuk Gavin dan juga dirinya. “Saya beli makanan aja nya” Ucap Gavin saat melihat Vanya memasak dua ramen sekaligus “Gapapa, ini udah dimasakin sekalian” Setelah itu terjadi keheningan di antara mereka berdua hingga ramen yang dimasak oleh Vanya telah siap untuk di makan “Yayyy!!! Selamat makan” Ucap Vanya, ia benar-benar kelaparan hingga tidak memperdulikan Gavin yang berada di depannya, saat makanan mereka habis mereka kembali ke kamar mereka masing-masing. Saat pagi datang Vanya tidak bertemu Gavin sebab ia berangkat lebih awal dari pria itu. Sesampainya di kantor ia benar-benar fokus dengan pekerjaannya, namun saat Vanya sedang asyik menyelesaikan pekerjaannya tiba-tiba salah seorang pegawai kantor mengetuk pintu dan memberitahu Vanya bahwa seseorang datang untuk mencarinya. Vanya menemui orang itu , seorang pria dengan tampilan casual duduk membelakanginya yang datang dari arah loby,Jantung Vanya berdegub kencang. Orang itu adalah Raka , kekasihnya yang baru saja pulang dari luar negeri, Vanya benar-benar lupa memberitahu Raka tentang apa yang terjadi dengannya beberapa hari terakhir ini. Vanya mendekati pria itu lalu berusaha bersikap biasa saja. “Haii Sayang, long time no see aku kangen banget” Raka berdiri menyambut Vanya yang berjalan menghampirinya, Raka lantas memeluk Vanya erat untuk menghilangkan rasa rindunya karena sudah setahun lamanya tidak bertemu dengan gadis yang sangat dicintainya itu.Vanya membalas pelukan Raka erat , rasanya ia ingin menceritakan semua yang terjadi kepadanya , ia ingin menangis di pelukan Raka, hanya saja situasi yang tidak memungkinkan untuk membuat Vanya bisa menceritakan semuanya kepada Raka. “Sayang... muka kamu kenapa pucat?” Tanya Raka sembari menatap dalam-dalam wajah Vanya, Vanya menggelengkan kepalanya lalu kembali memeluk Raka erat, “Gapapa aku Cuma kangen aja sama kamu”  . Raka tersenyum hangat ia senang karena Vanya sangat merindukan dirinya. “Kamu kapan sampainya?” Tanya Vanya sesaat setelah duduk berhadapan dengan Raka “Udah dari semalem,aku nge chat kamu, nelfon kamu tapi malah gak di angkat, makanya langsung kesini” Jawab Raka “Oh iya aku gak nge cek hp, kemarin kecapean kerjaan banyak banget” “Gak apa-apa kok, aku juga ketemu kamu udah seneng banget ini, by the way gimana keadaan mama? Is she okay?” “Iya baik-baik aja kok dia, kamu gimana disana?” “Yaa seperti biasanya, semuanya baik-baik aja bahkan aku bakal di promosiin buat naik jabatan lagi loh sayang” Mereka berdua berbincang,menghabiskan waktu istirahat Vanya bersama, sebenarnya Vanya berada di ambang kebingungan ia ingin memberitahu Raka tentang apa yang terjadi kepadanya, namun ia juga takut Raka akan kecewa kepadanya. Vanya benar-benar pusing karena masalah yang terjadi. Semua bukan salahnya namun seakan-akan Vanya harus menanggung semuanya, seakan-akan itu semua adalah salahnya. Vanya pulang ke rumah dengan perasaan dan pikiran yang kacau, ia bahkan tak nafsu makan setelah bertemu dengan Raka-kekasihnya siang tadi. Saat memasuki rumah Gavin terlihat duduk di ruang tamu , pria itu sedang sibuk dengan ponselnya. Vanya bahkan enggan untuk berbasa-basi ia memilih untuk langsung masuk ke kamar saja. Gavin yang melihat Vanya justru keheranan , Vanya tidak terlihat seperti biasanya, ia ingin bertanya kepada gadis itu namun dengan cepat ia mengurungkan niatnya karena teringat dengan kontrak pernikahan yang telah ia buat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD