Berd mengetuk pintu rumah. Dirinya sudah tiga puluh menit bertahan di depan rumah dengan suhu udara dingin.
Tok ... tok
Suara ketukan pintu dari luar.
"Sayang! Buka pintunya. Ini aku." Teriak Berd dengan kedinginan. Tak berselang lama pintu terbuka tetapi Allice yang membukanya.
"Maaf paman aku.. aku ketiduran," ucap Allice terbata-bata disana.
Sambil memegang sekotak berisikan buku yang di tinggalkan Bruch Knett, Berd memasuki rumah dan membuka mantel miliknya. "Allice, kenapa kau tidak tidur? Bukankah ini sudah larut malam? Apakah bibi tidak memberikanmu kamar?" Tanya Berd dengan khawatir dan mengusap rambut Allice dengan penuh perhatian.
"Bibi Brenda menawarkanku ruangan kamar , tetapi aku memilih untuk beristirahat di ruang keluarga. Paman Berd jangan memarahi Bibi Brenda, Bibi Brenda pun menemaniku di ruang keluarga," Allice menjawab pertanyaan Paman Berd. Paman Berd pun tersenyum dengan melepaskan jaket miliknya. Melihat ruangan keluarga dan masih ada istrinya yang beristirahat menemani Allice.
Berd pun menghampiri istrinya Brenda dengan membangunkannya,
"Brenda, bangunlah. Aku sudah mendatangi rumah Allice," ucap Berd kepada Brenda.
Tidak berlangsung lama Berd memberikan sebuah kotak lama usang yang berisikan buku. "Allice, Paman Berd sudah ke rumahmu, tetapi ada keanehan yang terjadi. Paman tidak bisa menemukan kakekmu dimanapun. Ia hanya menitipkan sebuah kotak dengan berisikan sebuah buku dan kalung. Awalnya paman menemukan kakekmu dan membaringkannya di sofa namun tidak lama kakekmu menghilang."
Brenda pun menatap wajah suaminya setelah ia terbangun, "Sayang, apa itu benar?" tanya Brenda.
Anggukan dari wajah Berd pun menjawab istrinya yang menanyakan perihal ini.
Brenda pun beranjak dari sofa dan ingin membuatkan minuman cokelat hangat untuk suaminya yang sudah pulang dari rumah Allice, "Aku akan membuatkan cokelat hangat untukmu sayang."
Langkah kaki Brenda terhenti ketika dirinya menemukan sebuah amplop dengan tulisan nama Allice, amplop dengan cap Kerajaan Afresia. melihat amplop yang sebelumnya tidak terlihat, Brenda pun menggerakkan tangannya kepada Berd. Berd pun berjalan mendekati Brenda istrinya.
"Allice," sebut Berd melihat amplop yang berisikan nama Allice. Bersekolah di Kota Aster, Berd membaca isi surat didalamnya yang berisikan bahwa Allice terdaftar di sekolah tersebut. Berd membaca isi surat tersebut dengan memakai kacamata bulat minus miliknya. Matanya sesekali melirik Allice yang terdiam menatap dirinya dan juga Brenda.
"Apakah kau mau sekolah?" Tanya Berd dengan nada serius kepada Allice dan di hadapan istrinya Brenda. Dirinya begitu bingung ketika mendapati surat dari Kerajaan padahal yang ia tahu paman Bruch Knett sama sekali bukan keturunan bangsawan.
"Paman? Kenapa kau diam?" Tanya Allice dengan rasa penasaran ketika melihat Paman Berd menanyakan dirinya lalu sekarang terdiam.
"Allice, ada surat untukmu. Apakah sebelumnya kau mengenal Raja Kerajaan Afresia?""Yang Mulia Raja Kerajaan Afresia? aku belum pernah bertemu dengannya Paman Berd.""Tapi kau mendapatkan sebuah surat dari Kerajaan Afresia, Allice.""Tapi rumahku berada di seberang rumah paman dan bibi.""Allice, kau harus mengikuti surat Kerajaan Afresia, ini adalah surat Kerajaan. ini ada tanda tangan Yang Mulia Raja Kerajaan Afresia.""Tapi paman dan bibi aku menginginkan kabar kakekku."Berd dan juga Brenda menghampiri Allice yang saat ini duduk di sofa dengan menatap wajah keduanya. "Allice, besok kau akan berada di Kerajaan Afresia. Ini surat untukmu. Tidak apa-apa jangan khawatir."Paman Berd pun membisikkan sesuatu kepada Brenda untuk membawa Allice ke ruangan kamar, tentunya untuk beristirahat. mendengar suaminya, Brenda pun mengajak Allice untuk beristirahat.
"Allice, kemarilah beristirahat di ruangan kamar. Paman Berd menyuruhmu untuk beristirahat di ruangan kamar. Allice, surat itu resmi dari Kerajaan Afresia. tanda tangannya resmi dari Yang Mulia Raja John Bennedict.""Yang Mulia Raja Kerajaan Afresia, apakah itu benar Bibi Brenda?"Brenda membawa Allice menuju ruangan kamar yang sudah ia persiapkan. Setelah dirinya membawa Allice ke ruangan kamar, Brenda pun kembali menemui suaminya.
Berd mengecak wajahnya, di dekat tungku api yang menghangatkan tubuhnya ia memegang buku milik Paman Bruch Knett dan juga sebuah surat dari Kerajaan Afresia.
"Sayang, apakah itu benar? darimana Kerajaan Afresia mengetahui Allice?""Aku tidak tahu Brenda, maafkan aku. Kau beristirahatlah, kau sudah menemani Allice di ruang keluarga, Aku pun tidak mengerti kenapa tubuh Paman Berd mendadak menghilang seperti itu, memang terdengar suara tetapi tidak ada apapun disana, hanya ada kotak berisikan buku dongeng dan juga sebuah kalung. ditambah saat ini kita mendapatkan surat dari Kerajaan Afresia.""Apa kau ingin berada di ruangan kerja?""Beristirahatlah Brenda, aku akan berada di ruangan kerja malam ini."