SR - 4

1044 Words
Beberapa saat kemudian. Makan siang selesai, semua siswa diminta untuk membawa piring kotornya ke keranjang yang tersedia di luar ruangan. Satu persatu mengantri untuk keluar sambil menaruh piring mereka ke baskom yang tersedia. Shera ikut bersama antrian berada di tengah. Begitu keluar dari ruangan, semua orang bisa melakukan kegiatan bebas. Shera sendiri malah bingung mau ngapain? Dia pun berdiri tanpa arah di depan pintu. Tiba-tiba Shera dihampiri oleh beberapa orang yang ingin berkenalan langsung dengannya. Shera menyambut perkenalan mereka dengan baik. Namun, yang bertahan di dekatnya hanyalah 3 orang saja. Mereka adalah Roy, Prisilla, dan Nana. Roy, pemuda berambut kaku berwarna blonde itu punya gaya sedikit aneh. Dia suka menggulung lengan bajunya agar tampak trendi. Cara bicaranya juga terkesan kasar, tetapi sebenarnya tidak. Prisilla, sifatnya berkebalikan dengan Roy. Dia sangat lembut sekali, bahkan cara bicaranya juga terkesan lambat saking santainya. Terakhir ada wanita yang namanya Nana, dia adalah wanita tomboy dengan penampilan garang. Rambut pendeknya berwarna mahogani itu membuatnya terlihat sangat maskulin, api tenang saja, dia masih suka sama pria, kok! Seiring berjalannya waktu, mereka berteman dan merasa ada kecocokan. Shera bisa beradaptasi dengan cepat. Nana berpikir Shera bisa dimasukkan ke dalam geng 'Risol Mentah'. Menurut Nana, arti nama geng mereka itu dari sebuah risol yang berisi berbagai macam bahan. Dikaitkan Nana dengan sifat manusia dalam gengnya. Meski beragam tetap akan menjadi pengisi pas saat kulit lumpia membungkusnya jadi satu. Mengapa sih harus ada kata mentahnya? Karena mereka selalu membuka peluang bagi orang lain untuk bergabung, selama sifatnya cocok, bisa bergabung dan tidak menyimpan sifat munafik. Jika istilah kata 'Goreng', menurut Nana bisa menandakan bahwa mereka akan dilindungi oleh kulitnya tadi. Terlihat tertutup, padahal mereka sangat diminati orang-orang karena rasanya yang lezat, alias karena sifat mereka yang baik dan tidak ingin buat sensasi tak berharga. Shera sendiri merupakan gadis feminine yang ceria dan suka tertawa, teliti sekali pada sesuatu dan mudah terbawa perasaan. Shera bisa langsung akrab pada ketiga teman barunya karena sifatnya yang mudah bergaul. “Bagaimana kau bisa ke sini?” tanya Roy. “Aku diminta papaku untuk tinggal di sini dan kuliah di kota ini juga," jawab Shera. “Wah, begitu banyak asrama, mengapa papamu menempatkanmu di sini?" tanya Nana sambil tertawa. "Aku tidak tahu, apa menurut kalian aku salah tempat?" tanya Shera tersenyum. “Di sini sekitar 50% dihuni oleh anak nakal! Sisanya ada yang murni baik, ada juga yang labil,” jawab Nana. “Haha, lalu kalian termasuk yang mana?” tanya Shera tersenyum. “Aku pasti baik! Roy termasuk yang nakal dan Prisilla pastilah labil,” jawab Nana lagi. Prisilla tertawa. “Kamu bisa saja ya,” jawabnya dengan nada melambat. Shera melihat ke arah Roy. “Dia anak nakal?” tanyanya gak percaya. “Iya, benar! Kau tidak percaya?” tanya Roy sendiri. “Enggak!” jawab Shera. Nana sontak tertawa. “Kau akan melihat bagaimana si Roy menggoda wanita saat di kampus! Jangan di asrama ini, bisa tamat riwayatmu sama si galak itu,” sahut Nana. “Hush, tak boleh begitu, si galak itu kekasih hatiku,” sahut Prisilla. “Si galak?” tanya Shera bingung. “Iya, yang menyuruh kau angkat kursi dari sudut ruangan tadi,” jawab Roy. “Oh.” Shera baru ingat, ternyata maksud mereka adalah pemuda yang bermasalah dengannya di dekat ruangan bawah tanah. “Ingat kau kan?” tanya Nana. “Jelas aku ingat, aku juga kesal padanya!” ujar Shera. Ketiga temannya tertawa. “Tambah lagi, deh, orang baru yang membencinya.” Shera masih belum mengerti. “Maksudnya?” tanyanya lagi. “Di sini, dia hanya punya seorang teman. Aku merasa mereka sahabatan. Selebihnya tidak ada yang berani menjadi temannya. Sahabatnya juga sudah keluar dari asrama dan tinggal sendiri." Nana tertawa miring. “Memangnya dia sangat begitu menakutkan, ya?” tanya Shera. Roy menceritakan bahwa si galak itu sangat disegani dan ditakuti karena sifat idealisnya yang membuat orang segan. Namun, jangan salah pengertian, dia tak seutuhnya dibenci karena yang menaruh hati padanya banyak! Bahkan tiap hari pria itu akan mendapat bingkisan dari para penghuni asrama serta teman kampusnya. Shera tertawa sendiri mendengar penjelasan Nana sekaligus kasihan pada pria itu. Pria sepertinya tidak punya teman? dia pasti sangat kesepian, batin Shera. Atau bisa jadi dia sakit jiwa? ckck! Shera melihat ke arah Prisilla. “Lalu mengapa dia menyukai si galak?” tunjuknya ke arah wanita itu. Roy dan Nana menaikkan bahu bersamaan. “Sia-sia saja menyukai orang lain secara diam-diam, Pris!” sindir Roy. "Aku hanya mengaguminya, tidak akan menginginkannya jadi pacar," sahut Prisilla. Shera mendesak mereka memberitahukan nama asli pemuda itu. Nana mengatakannya dengan cara berbisik. “Namanya adalah Alan Zega." "Alan Zega," ucap Shera mengulangi. "Eh, kenapa kau sebut nama dia? jangan-jangan kau suka sama dia ya?" tuduh Nana. "Haha, enggak lah, mana mungkin aku suka. Dia sudah buat masalah denganku," jawabnya melemah, padahal dia yang sudah buat masalah terlebih dulu tadi. Shera malah memutar balikkan fakta. Prisilla tersenyum. "Kalau kau suka juga tidak masalah, aku akan memakluminya," ujar wanita itu. "Haha, enggak! tenang lah, pria itu jadi milikmu saja," sahut Shera. Ketiga temannya yang lain tertawa dan kembali berbincang dengan topik lain sampai waktu sore tiba. Semua anak asrama diminta membersihkan diri sebelum makan malam. Shera kembali ke kamarnya, hari mulai sedikit redup karena mendung. Lorong menuju lantai bawah juga menjadi lebih seram. Gadis itu berlari kencang sampai ke depan pintu kamarnya. Nafasnya ngos-ngosan, lalu merogoh kunci di kantung celananya kemudian membuka kuncinya. Gerakannya terhenti karena melihat tumpukan kotak kado di dalam tong sampah depan kamar. "Punya siapa? perasaan tadi tidak ada," ujarnya pelan. Shera mengabaikannya lalu melanjutkan membuka pintu kamar. Shera masuk kemudian menutup pintu, melangkah perlahan ke arah tempat tidur. Namun, hal yang membuatnya terkejut, ketika melihat sosok teman sekamarnya yang sedang tidur menggunakan penyuara jemala yang menutup lubang pendengarannya dengan posisi tangan menutup mata. "Huh?" Mata Shera terbelalak besar, sebab teman sekamarnya ternyata adalah orang yang sudah dibicarakan oleh geng Risol Mentah tadi. Ya, dia adalah pria yang sudah berurusan dengan Shera dan membuat wanita itu malu di ruang makan tadi. Jantung Shera tak karuan, perasaannya juga tidak enak. Kenapa bisa aku dan dia satu kamar? apa tidak ada kamar lain di sini? tanya Shera dalam hati kemudian mencari cara untuk menanyakan masalah itu pada Rana, sudah tidak sabar dia ingin menghubungi wanita itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD