sekitar pukul 8 pagi paidi sampai di rumah mbak ara yang tak terlalu jauh dari rumah Paidi
"tok tok tok" suara pintu yg di ketuk paidi
"iya bentar " suara mbak ara sayup sayup terdengar dari dalam
" eh di . masuk di duduk dulu, mbak ganti baju dulu" (sambil berjalan menuju kamar meninggalkan paidi yg terlihat bagai kucing yg melihat tikus.)
dalam diam Paidi merasakan benda yg menonjol di bawah perutnya semakin mengeras.
"eh adik kecil bobok dong jangan berdiri malu kalo kelihatan mbak ara" lirih paidi berbicara kepada adik kecilnya itu.
" mau minum apa di?" suara mbak ara sedikit mengangetkan paidi
" emmm, apa aja mbak"
"ok, bentar ya di"
paidi hanya terdiam saat menggamati mbak ara semakin menjauh pergi ke dapur . hanya pundak dan leher putih mbak ara yang masih terngiyang dalam pikiran paidi, Paidi tak menyangka di balik kerudung mbak ara terdapat banyak harta Karun.
"di,,, kok ngalamun?, mikirin jorok ya?" suara mbak ara mengagetkan paidi lagi
" e e e enggak kok mbak hanya salut aja sama mbak Ara,"
" salut kenapa di " tanya mbak Ara penasaran
" iya mbak ara bisa ngurus rumah sebesar ini sendiri , mana betah lagi di tinggal mas andi lama2"
"ahhhh biasa itu di . nih di minum dulu kopi nya"
" makasih mbak. jadi ngerepotin nih mbak"
" santai aja di"
" mana mbak lampu yg mati?" tanya paidi
" itu di di lantai atas" sambil berjalan menuju tangga
paidipun hanya mengikuti dari belakang.
sewaktu menaiki tangga tanpa sengaja Paidi melihat mahkota dewa di sela2 kedua paha mbak Ara. paidi pun hanya menahan keterkejutan nya takut jika mbak ara marah, walaupun itu tidak sengaja karena posisi paidi di belakang mbak ara saat menaiki tangga.
sesampainya di lantai atas paidi langsung membenahi kabel lampu yang putus.