
Ia kembali ke lorong sepi yang jarang dilewati, tempat ia dan Devan berbagi ciuman intens beberapa hari lalu—lorong antara Lab Kimia dan Gudang Olahraga. Aira bersandar di dinding dingin yang dulu menjadi sandaran Devan. Ia mencengkeram benang janji hitam di pergelangan tangannya. "Pembohong," bisik Aira, air matanya mulai menetes. "Kamu bilang ini adalah janji. Kamu bilang aku aman di bawah yurisdiksimu." Aira kemudian menangis tersedu-sedu. Tangisannya pelan, teredam, dan putus asa. Ia tidak menjerit histeris seperti saat listrik padam.
