1. Pilih Sendiri atau diJodohin

1263 Words
"Untuk raga yang tak bisa ku sentuh, tangan yang tak bisa ku cekal, dan senyum yang tak bisa ku nikmati. Bersabarlah dalam sebuah pertemuan. Karena ku yakin, rasa cinta yang jarang beratatap, akan dipersatukan Tuhan dengan tinggal satu atap." ---- Hiruk pikuk alunan musik gambus, darbuka, serta rebana terdengar mendayu-dayu di telinga Rayhan. Tujuh hari setelah kelahirannya, hari ini, secara khusus Ashraf dan Chava menggelar acara tasyakuran serta aqiqah putri pertama mereka yang bernama Ciarra Shazza Elhaq. Sebenarnya, Rayhan bukanlah tipe pria yang suka menghadiri acara keluarga seperti ini. Bukannya anti sosial. Hanya saja, ia benci setiap dipertemuan keluarga, pembahasannya selalu sama. Apalagi kalau bukan menyinggung persoalan jodoh dan calon istri. Menjadi satu-satunya keturunan Elhaq yang belum menikah, tentu saja Rayhan sering dijadikan bulan-bulanan saudara serta para sepupunya. Apalagi Azzam, musuh bebuyutannya itu tidak pernah sekalipun lelah mengejek bahkan memprovokasi kedua orang tuanya untuk segera menikahkannya. "Umi Eliza ... " Azzam memanggil. Seluruh keluarga besar Elhaq Alaydrus kini tengah berkumpul semua tanpa terkecuali. "Kalau memang Rayhan nggak punya calon pandamping, serahkan aja sama Azzam. Di kantor, banyak kok calon istri yang mungkin cocok sama Rayhan." Eliza Mahira Alhabsyi yang merupakan ibu dari Rayhan tertawa. Wanita paruh baya itu menanggapi serius usulan keponakannya. "Masya Allah ... Jadi, di Elhaq Company banyak cewek-cewek yang bisa Umi jadikan calon menantu?" Azzam mengangguk penuh percaya diri. "Tentu saja. Kebetulan ada beberapa janda yang memang sedang cari pria untuk dijadikan calon suami." Rayhan yang duduk berseberangan dengan Azzam langsung meraih bantal hiasan kursi lalu melemparnya tepat ke wajah sepupunya itu. "Nggak janda juga kali, Zam," protesnya. "Jelek-jelek gini, aku pilih-pilih juga soal calon istri." Pria itu berkilah. Wajahnya cemberut akibat kesal menanggapi candaan pria yang umurnya memang sepantaran dengannya. Azzam lantas terkikik geli. Memang tujuannya menggoda Rayhan. "Loh, menikahi janda kan berpahala. Lagian, kamu juga, sih. Udah ditawarin banyak perempuan lajang tapi nggak pernah ada yg nyantol. Kali aja emang sama janda jodohnya." Semua orang tertawa. Sementara Rayhan hanya bisa meringis sambil geleng-geleng kepala. Lagi pula, bukan karena tidak laku apalagi pemilih. Hanya saja, ia begitu meyakini kalau suatu hari nanti akan bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang selama ini sudah menghilang. "Mau sampai kapan kamu nungguin yang nggak pasti? Ingat! Umurmu sudah nggak muda lagi, Nak." Kali ini Nyonya Eliza yang bersuara. Gemas sekali dengan sikap anak bungsunya ini yang selalu banyak alasan jika ditanya. "Umi ... " Rayhan menyahut. "Nikah itu bukan soalan umur. Kalau kata Allah belum ada jodohnya, mau jungkir balik sekali pun, nggak bakalan jadi. Lagian, yah, Ashraf aja nikah umur 35 tahun. Lah, Rayhan sekarang baru on the way 31 tahun. Masih ada sisa empat tahun sebelum expire." Eliza mendengkus. Sudah ia duga, anaknya itu memang pintar sekali menyahut. Dikira makanan bisa kadaluarsa segala macam. "Tapi jodoh juga harus di jemput, Nak. Kalau kamu diam aja kapan dapat jodohnya?" "Jodoh udah kayak anak TK aja, Umi. Pakai dijemput segala." Eliza langsung cemberut. Menarik pergelangan tangan suaminya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan. "Abi, kasih tau anakmu. Umi udah cape nasehatin dia. Nggak pernah nurut." Rumi tersenyum kecil. Eliza itu memang termasuk golongan ibu yang tidak sabaran. Sedang Rayhan adalah anak yang memang suka bercanda. Sekali-sekali memang harus diberi penegasan agar tidak main-main terus seperti sekarang. "Ray ... " Rumi akhirnya berbicara. "Yang Umi katakan itu benar. Mau sampai kapan kamu main-main kayak sekarang?" "Rayhan nggak main-main, Bi. Buktinya kerjaan Rayhan banyak di kantor." "Ehem!" Ashraf berdeham keras. "Tolong serius kalau lagi ngomong sama orang tua, Ray." Rayhan kembali meringis sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Seram juga pikirnya diperhatikan semua keluarga yang tengah berkumpul. Ia sekarang layaknya narapidana yang sedang diadili. "Abi kan tau sendiri kalau Rayhan masih coba cari ---" "Cinta Monyetmu waktu SMP?" sahut Rumi dengan cepat. Semua orang mungkin bosan mendengar alasan Rayhan yang satu ini. Dulu, semasa kuliah, Rayhan adalah sosok pria yang suka bergonta teman dekat wanita. Entah terkena angin apa, beberapa tahun terakhir pria itu kembali teringat mantan kekasihnya semasa remaja. Azzam dan Ashraf bahkan sudah berkali-kali menasehati. Meminta Rayhan menyudahi kegiatan mencari sosok wanita yang sampai detik ini tidak diketahui keberadaannya. "Ya mau gimana lagi, Bi. Namanya Rayhan udah suka." Rumi menarik napas panjang. Cukup sudah kesabarannya kali ini. "Abi nggak mau dengar alasan itu lagi. Pokoknya di perayaan ulang tahunmu yang tinggal beberapa bulan lagi, kamu wajib sudah berstatus suami orang." "Ya Allah, Bi ... " Rayhan mendesah pelan. Bingung bagaimana lagi caranya mengelak. "Mana bisa cari calon istri kilat, begitu. Di sangka pesantren kilat, apa?" Rumi mengedikkan kedua bahunya. "Abi nggak perduli. Pilihan kamu cuma dua, cari sendiri atau dijodohin." "Masa iya dijodohin?" sahutnya dengan nada frustrasi. Rayhan itu memang tipikal pria modern yang anti jodoh-jodoh club. Walaupun tidak memungkiri kalau kebanyakan keluarga Arab Ba'alawi suka menjodohkan anak-anak mereka ketika sudah dewasa demi menjaga nasab keturunan. "Ya emang gitu tradisi keturunan Arab lainnya. Anak-anaknya harus dijodohkan kalau memang kesulitan cari calon istri. Dengan senang hati Abi carikan calon yang sesuai bibit bebet bobotnya sama keluarga kita," tawar pria paruh baya itu. "Atau kamu mau, Abi jodohkan sama Alinna Alqadrie aja?" Rayhan langsung mengangguk penuh semangat. "Kalo yang satu itu sih, nggak bakal nolak, Bi. Masalahnya, Alinna yang nggak mau sama Rayhan. Belum lagi bodyguard-nya juga nggak setuju." "Bodyguard?" ulang Rumi. Rayhan mengangguk lalu melirik ke arah Chava yang tengah duduk sembari menggendong Ciarra. "Iya, Bi. Tuh, bodyguard-nya Alinna yang galak banget," tunjuknya pada istri Ashraf tersebut. "Sembarangan!" Chava melotot tidak terima. "Aku nggak larang kamu sama Alinna, kok. Asal tanggung jawab dan nggak macam-macam aja. Dia itu udah pernah trauma pacaran. Jadi maunya langsung nikah aja." Rayhan berdecak tidak terima. "Ya Allah, Chava. Mana mungkin aku mempermainkan hati Alinna. Kalau dia beneran mau aku ajak nikah, segera mungkin aku lamar." "Ya udah, langsung lamar aja," saran Chava. Menurutnya, kalau memang siap, untuk apalagi di tunda-tunda. "Masalahnya Alinna selalu nolak. Di kata aku nggak serius ngajakinnya." Semua orang kembali menertawakan Rayhan. Kalau biasanya wanita sering mengejar-ngejar berharap menjadi kekasihnya. Berbeda dengan Alinna, wanita itu malah yang paling sering menolak semua ajakan Rayhan. Dari di ajak pacaran sampai nikah sekalipun. "Itu artinya, usahamu harus lebih maksimal lagi, Ray. Alinna butuh bukti kalau kamu serius sama dia." Rayhan mengangguk. "Ok, nggak masalah. Aku bakal buktiin kalau emang serius mau jadiin dia istri." "Pesan ku cuma satu ... " Chava berucap lagi. "Tolong jangan kecewakan perasaan Alinna. Dia itu orang yang gampang trauma. Sekali aja kamu sakiti, dia bakal susah maafin kamu." Rayhan menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Merasa lega karena Chava yang dulu jelas-jelas melarang Alinna menjalin hubungan dengannya, akhirnya luluh dan sekarang merestui langkahnya untuk melamar sang adik. Sekarang, tinggal memikirkan bagaimana caranya meluluhkan hati Alinna agar mau menerimanya. . . (Bersambung) . ====Pengetahuan Umum=== *Gambus : alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. . *Darbuka : alat musing serupa gendang yang menyerupai piala atau jam pasir. Sejarah mencatat keberadaanya telah ada dijaman kuno 6000 tahun sebelum masehi berasal dari Mesopotamia di kerajaan Sumeria dan Babilonia. Seiring berjalannya waktu, darbuka dimasukkan sebagai instrumen yang paling banyak digunakan di Arab Saudi, Persia, dan Turki. Hingga sekarang ini menjadi salah satu alat perkusi paling populer di dunia dikenal dengan nama lain doumbek. . *Rebana : adalah gendang berbentuk bundar dan pipih yang merupakan khas suku melayu. Bingkai berbentuk lingkaran terbuat dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura sering memakai rebana bersama gambus digunakan untuk mengiringi tarian zapin. Rebana juga digunakan untuk melantunkan kasidah dan hadroh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD