Mobil online melaju dalam keheningan malam. Jalanan Semarang yang biasanya terasa hangat kini seperti lorong panjang tanpa ujung. Hanya ada bunyi mesin yang menggeram pelan, dan sesekali suara klakson jauh di persimpangan. Di kursi belakang, dua sosok perempuan duduk berdampingan, ibu dan anak namun di antara mereka terbentang jurang yang tak terjembatani. Nuraini Senja menunduk, kedua tangannya bergetar sambil menggenggam ponsel yang kini mati tanpa daya. Air mata terus mengalir, membasahi pipinya. Ia menggigit bibir sampai terasa asin darahnya, mencoba menahan isak yang semakin memecah d**a. Sementara Dewi Kurniasih, ibunya, duduk kaku dengan wajah menegang. Sorot matanya tajam, penuh amarah yang membara. Rahangnya mengeras, bibirnya terkatup rapat seperti ingin meledakkan sumpah serap

