Mentari pagi belum sepenuhnya menampakkan sinarnya ketika Ryan terbangun oleh aroma harum yang menggoda dari arah dapur kecil di sudut villa tempat mereka menginap. Nasi goreng bawang putih dengan sedikit aroma kecap manis, telur mata sapi, kopi hitam hangat—semuanya menciptakan simfoni pagi yang sempurna. Ryan menahan napas sejenak. Kini paginya tak lagi sepi, itu karena ada sosok yang kini memenuhi setiap celah kekosongan dalam hatinya. Perlahan, ia bangkit dari tempat tidur, melangkah ke ruang utama, dan hatinya melonggar saking indah pemandangan yang ia lihat. Nu—dengan rambut sedikit acak, tanpa riasan tebal—terlihat begitu natural. Tubuh mungilnya dibalut kaus kelabu Ryan, panjangnya nyaris menutupi paha. Kuncir rambut di belakang kepalanya seakan menegaskan bahwa pagi ini memang

