Setelah malam penuh kemesraan bersama Ryan di apartemen Semarang, Nu akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah Lek Lastri. Tubuhnya masih terasa lemas namun hatinya begitu ringan, seolah beban selama ini perlahan-lahan menguap bersama rindu yang telah terbayar lunas. Sesampainya di rumah, Nu segera menuju kamar dan membenamkan diri ke dalam kasur. Ia tak banyak bicara pada siapa pun, bahkan kepada nenek yang sempat melihatnya pulang dengan wajah berseri-seri. Dalam pikirannya, semuanya seakan sempurna. Ryan telah berjanji akan melamarnya. Cinta mereka seperti sudah mendapat restu semesta, tinggal satu ganjalan: ibunya. Mentari pagi menyusup dari celah-celah dedaunan rambutan di halaman rumah Lek Lastri, menyorot lembut ke dalam kamar tempat Nuraini Senja terlelap. Raut wajahnya tenang,

