Chapter 28 - Pagi yang Enggan Pergi

1121 Words

Matahari belum sepenuhnya naik saat Nu menggeliat pelan di pelukan Ryan. Kamar apartemen masih setengah gelap, hanya diterangi cahaya lembut dari tirai yang tersibak sebagian. Udara pagi itu dingin, namun pelukan Ryan adalah hangat paling nyaman yang pernah Nu rasakan. Ia mengerjap pelan, lalu menyelipkan wajahnya di lekuk leher kekasihnya. "Mas..." bisiknya lirih, seakan takut jika suara lebih keras akan mengusir pagi itu terlalu cepat. "Hmm?" sahut Ryan, setengah sadar, namun tangannya otomatis mengeratkan pelukan. "Aku nggak mau pulang...," suara Nu terdengar seperti anak kecil yang tak ingin sekolah. "Kalau aku pulang, rumah itu sepi. Kayak neraka diam-diam. Aku cuma akan dengar suara Ibu marah-marah, televisi yang terlalu keras, dan bunyi-bunyi aneh dari dapur..." Ryan membuka mat

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD