Ryan tak bisa tidur malam itu. Bahkan sekadar memejamkan mata saja rasanya mustahil. Di sisi ranjang, Nu berusaha terlelap dengan tubuh yang masih lemah, sesekali menggeliat kecil karena infus yang menusuk tangannya. Ryan menatap wajah kekasihnya lama sekali, seolah ingin meneguhkan janji yang baru ia ucapkan di depan Dewi: cintaku hanya untukmu. Namun di balik kamar yang lain, api kemenyan masih menyala. Lilin-lilin kecil itu menari di dalam lingkaran, dan Dewi duduk bersila dengan mata setengah terpejam. Bibirnya komat-kamit, menggumamkan mantra yang diwariskan ibunya dulu. “Kalau kau tak bisa dimiliki dengan cinta… maka aku akan menundukkanmu dengan kuasa ini…” bisiknya serak. Sementara itu, di kamar Nu, hawa dingin tiba-tiba menyelusup. Ryan mendadak merinding, bulu kuduknya tegak.

