Bab 2 : Tragedi

1418 Words
Langkah lebarnya ia bawa ke salah satu unit apartemen. Diketuknya pintu dengan tak sabar sampai seorang pria membuka pintu sambil menggaruk tengkuk. Jika dilihat dari ekspresinya ia seperti baru saja bangun tidur, terbukti dari matanya yang masih terlihat sembab juga rambutnya yang tidak beraturan. "Kenapa datang pagi-pagi sekali?" tanya Seokmin dengan suara serak khas bangun tidur. Eunbi terdiam, ia hanya menatap sahabatnya lama sampai kemudian ia menerobos masuk ke dalam apartemen. Seokmin yang melihat tingkah aneh Eunbi hanya bisa ter-bengong. Untuk beberapa detik pria bermarga Kim itu hanya diam melihat sang sahabat yang kini sudah duduk nyaman di sofa ruang tamu miliknya. Seolah tahu ada yang akan dibicarakan, Seokmin segera menyusul Eunbi masuk ke dalam apartemen. "Tunggu di sana, apapun yang akan kau katakan tahan sampai aku kembali," kata Seokmin menginterupsi. Pria itu melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan tak lama kemudian keluar dengan wajah yang lebih segar. "Kau kenal siapa Han J?" sergah Eunbi tiba-tiba begitu Seokmin akan duduk di sebelahnya. Pria itu bahkan belum sempat mengeluarkan sepatah katapun. Seokmin menatap Eunbi penuh selidik, alisnya mengernyit seolah tahu ada sesuatu yang tidak beres. "Darimana kau tahu nama Han J?" pria tan itu bertanya balik. Melihat ekspresi Eunbi yang gelagapan membuat Seokmin kian curiga, apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatnya ini. Karena tak kunjung mendapat jawaban pada akhirnya Seokmin memilih beranjak ke arah dapur guna membuat minuman. "Kau kenapa sebenarnya?" sekembalinya Seokmin dari dapur, ia kembali bertanya sembari meletakan satu cangkir minuman di hadapan Eunbi. Ia menatap heran pada si gadis yang terlihat resah bukan main. Eunbi menghela napas sebentar, menimang ia harus mengatakannya atau tidak. "Tidak mau bilang? Ya su...," "Kau kenal Han J?" Eunbi mengulangi pertanyaan yang sebelumnya ia ajukan. Seokmin mengangguk pelan, ia masih memperhatikan Eunbi dengan lamat berusaha mencari tahu soal apa yang sekiranya akan ia ucapkan kemudian. "Han J Hyung salah satu pelanggan di bar. Ia selalu datang dua minggu sekali," jelas Seokmin pelan "Ada apa?" lanjutnya. Eunbi menggeleng, dan hal itu kian membuat Seokmin curiga. Pada akhirnya setelah didesak terus menerus Eunbi bercerita soal apa tujuannya bertanya seputar Han J. "Kau gila!" seru Seokmin keras. Eunbi tertunduk, jari-jarinya saling bertaut satu sama lain pertanda resah. "Aku tidak tahu, semua itu terjadi begitu saja." Seokmin mengusap wajahnya kasar, ia melirik Eunbi sejenak kemudian bertanya. "Apa kau sudah memberitahu Jaehyun hyung soal ini?" "Jaehyun?" "Nama asli Han J. Bagaimana bisa kau melakukan hal itu dengannya? Kau bahkan tidak mengenalnya, aku yakin itu," Eunbi hanya bisa menggeleng. Ia juga tidak mengerti, semua terjadi begitu cepat tanpa bisa dirinya cegah. "Aku tidak tahu. Yang ku ingat hanya saat kami bertemu di bar dan saat aku terbangun kami sudah berada di satu ranjang yang sama," jelas Eunbi lirih. Seokmin menghela napas frustasi. "Ini salahku, tidak seharusnya aku memberimu alkohol hari itu," ucap Seokmin lirih. Ia benar-benar menyesal, seandainya ia tidak melakukan hal itu maka semua ini tidak mungkin terjadi. Eunbi menggeleng, tidak setuju dengan apa yang baru saja Seokmin katakan. "Tidak ini bukan salahmu, ini kecelakaan." "Lalu apa yang akan kau lakukan sekarang? Memberitahu Jaehyun Hyung?" Eunbi kembali diam. Memberitahu pria itu, ia saja baru tahu nama aslinya beberapa saat yang lalu. "Aku tidak tahu, aku bahkan tidak tahu alamatnya," cicit Eunbi takut-takut. Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Tanpa menunggu lama, Seokmin segera menyambar mantel yang tergantung di dekat pintu. Ia meminta Eunbi untuk turut serta bersamanya. "Kita temui dia. Jaehyun Hyung harus tahu dan bertanggung jawab dengan apa yang terjadi padamu," katanya tegas. Eunbi tidak berkata apa-apa dan lebih memilih menurut. Ia mengikuti Seokmin yang sudah berjalan lebih dulu di depannya. Kurang dari tiga puluh menit leduanya sudah tiba di kediaman Han Jaehyun. Rumah bertingkat dengan d******i warna putih yang membuatnya terkesan elegant itu berdiri kokoh di tengah musim dingin. Seokmin menekan bel tidak sabar sampai beberapa menit setelahnya, seorang wanita paruh baya membuka pintu dan mempersilahkan keduanya untuk masuk ke dalam. Sedari tadi Eunbi tak henti-hentinya menghela napas. Jujur saja ia takut juga gugup. Otaknya terus memikirkan segala kemungkinan soal bagaimana respon Jaehyun saat mengetahui ia tengah mengandung anak pria itu. Bagaimana jika Jaehyun menolak untuk mengakui apalagi bertanggung jawab. Apa yang akan ia katakan pada orang tuanya nanti? Bagaimana reaksi keluarga besar, juga bagaimana ia dan anak dalan kandungannya ke depannya. "Eoh, Kim Seokmin," pria yang sejak tadi ditunggu akhirnya datang. Ia mengenakan sweater lengan panjang berwarna coklat dipadukan dengan celana berwarna serupa. "Hyung, ada yang ingin dia katakan padamu," ujar Seokmin tanpa basa-basi. Eunbi yang ditunjuk diam sejenak, ia menghela napas sebelum memberanikan diri menatap Jaehyun yang juga tengah menatapnya. "A ... aku hamil," ucapnya. Jaehyun masih diam, pria itu tak bereaksi sama sekali. "Lalu?" tanya-nya yang membuat Seokmin mendesah kesal. "Dia hamil anakmu Hyung," terangnya. Jaehyun terkekeh. "Berhenti bercanda Kim. Itu tidak lucu, bagaimana bisa dia mengandung anak ku? Aku saja tidak mengenalnya." Pernyataan Jaehyun membuat Eunbi terkejut. Ia sudah menduga jika perkataan itu mungkin saja akan diucapkan Jaehyun, tapi ia tidak menyangka jika hal itu benar-benar terjadi. "Hyung, aku tahu kau pasti ingat kejadian hari itu. Kau bukan tipe orang yang mudah mabuk," Seokmin berkata kesal. "Mana mungkin? Kami bahkan hanya bertemu dan melakukannya sekali malam itu. Mungkin saja itu hasil perbuatannya dengan pria lain, kekasihnya mungkin." Kepalan tangan Eunbi mengerat, bahkan buku-buku jarinya kini memutih. Secara tidak langsung Jaehyun telah melecehkannya, pria itu menganggapnya seperti w************n yang bisa tidur dengan siapa saja. Dan Eunbi tidak terima. "Jadi kau mengataiku w************n secara tidak langsung?" suara Eunbi memberat, sebisa mungkin ia menahan diri agar tidak meledak saat itu juga. "Bukan begitu. Jika kau lupa, kita hanya melakukannya sekali mustahil jika kau hamil anak ku. Mungkin saja sebelumnya kau sudah melakukannya dengan pria lain." Plakk! Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Jaehyun, pria itu memegangi pipinya yang terasa perih juga panas. Dilihatnya Eunbi yang berdiri dengan nafas memburu wajahnya merah padam menahan marah. "Dasar berengsek! Setelah apa yang kau lakukan padaku kau menuduhku seenaknya. Apa kau tidak waras? Kau yang sudah menabur benih tapi kau juga ingin lepas tangan, di mana otakmu!" Eunbi berteriak geram. Ia tidak munafik jika ia pernah melakukan "itu" dengan mantan kekasihnya dulu. Tapi itu sudah sangat lama, lagipula keduanya memakai "pengaman" saat itu. "Hyung. Mau tidak mau, suka tidak suka kau harus bertanggung jawab atas anak dalam kandungan Eunbi. Aku tahu kau bukan pria b******k yang akan lari dari tanggung jawab," tutur Seokmin pada akhirnya. Sebenarnya, pria itu sudah ingin meninju wajah Jaehyun sejak tadi. Tapi ia menahannya, bagaimanapun kekerasan takkan menyelesaikan masalah. "Bagaimana mungkin aku menikahi nya? Kau tahu sendiri jika aku telah bertunangan." "Jika kau telah bertunangan lalu kenapa kau justru menabur benih pada gadis lain!" tak tahan, air mata Eunbi mengalir pada akhirnya. Ia terluka, bingung juga kalut. "Baiklah, baiklah! Aku akan menikahimu. Tapi setelah anak itu lahir, lakukan tes DNA. Jika terbukti dia bukan anak ku, kau akan ku tuntut atas tindak pencemaran nama baik." Pernikahan keduanya diadakan secara mendadak juga sederhana. Tidak ada pesta meriah atau apapun itu, tamu undangan hanya terdiri dari sahabat juga kerabat dekat. "Eomma tidak menyangka jika kau akan menikah secepat ini," tutur Nyonya Kim lembut. Wanita paruh baya itu terlihat menahan tangis saat mengantar Eunbi memasuki mobil pengantin. "Meski Eomma tidak melahirkanmu, tapi Eomma sudah menganggapmu seperti putri Eomma sendiri," dengan segera Eunbi memeluk Nyonya Kim erat. Ia merasa beruntung, meski sang Ibu sudah tak ada di sisinya, ia masih mempunyai Nyonya Kim yang menjadi sosok Ibu untuknya. "Jehyun-ah. Jaga Eunbi, sayangi dan lindungi dia dengan sepenuh hatimu. Jangan pernah kecewakan dia apapun yang terjadi. Ku percayakan putri kecilku padamu," pesan Nyonya Kim yang di-angguki Jaehyun. Dengan lembut pria itu menuntun Eunbi, membawa gadis yang kini resmi menyandang status sebagai istrinya masuk ke dalam mobil. Keduanya memutuskan untuk tinggal di rumah Jaehyun sementara waktu, meminimalisir kecurigaan orang-orang juga keluarga. Sepanjang perjalanan tak ada suara yang terdengar selain helaan napas para penumpang juga suara deru mesin. Baik Eunbi maupun Jaehyun sama-sama larut akan pemikiran masing-masing. "Kamarmu ada di atas. Jangan pernah meng-ganggu ku, jangan pernah ikut campur urusanku. Dan yang paling penting, jangan jatuh cinta padaku." ujar Jaehyun memperingatkan. Eunbi mendengkus, dalam hati ia berkata jika ia juga tidak sudi untuk jatuh cinta pada pria seperti Jaehyun. "Jangan pernah mengatakan perihal pernikahan ini pada siapapun. Termasuk Ayah dan Ibuku, kau harus bersembunyi saat mereka berkunjung," tambah Jaehyun kemudian melenggang. Pria itu sama sekali tidak peduli pada Eunbi yang kesulitan berjalan dengan gaun panjang miliknya. Tubuh mungilnya ia rebahkan di atas kasur. Pikirannya menerawang jauh, memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Sanggupkah ia bertahan?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD