PART 4

926 Words
        Keluarga Rezkan mengadakan makan malam diluar hal itu sangat jarang mereka lakukan tetapi kali ini mereka melakukannya sekaligus merayakan kedatangan Sheeva katanya di rumah mereka. Maka kali ini mereka menikmati makan di sebuah restoran mewah pilihan Nia.         Sheeva dengan telaten membantu Raka ketika anak itu tersedak atau ketika Raka makan dengan belepotan maka Sheeva membantunya untuk membersihkannya. Rezkan dan Nia melihat bagaimana ketulusan yang diberikan Sheeva. “Kamu cocok sama Raka, kamu seperti Ibu Raka.” Hal itu membuat Rezkan tersedak dan batuk-batuk Sheeva langsung sigap memberikan minum pada Rezkan dan pria itu langsung menerimanya. Nia kalah cepat dengan Sheeva ia kembali meletakkan minumannya yang sudah dipegangnya. “Tante Sheeva baik Ma.” Ina tersenyum menjawab anaknya. “Kamu kenapa ga lanjut kuliah aja Sheeva?” “Ga minat Mbak maunya langsung kerja aja suka bisnis yaudah deh.” Nia menganggukkan kepalanya mengerti. “Kamu udah punya pacar?” Pertanyaan Nia membuat Rezkan memberhentikan makanannya seketika dan langsung menatap Sheeva penasaran dengan jawaban wanita itu.         Sedangkan Sheeva tersenyum ia meminum lemon tea pesannya dan bersandar pada kursi yang ditempatinya ia menurunkan tangannya dan mulai meraba paha kiri Rezkan untuk menggodanya. Hal itu membuat Rezkan sedikit tersedak dan ia langsung minum setelah itu membiarkan tangan kirinya menggenggam tangan Sheeva yang berada di pahanya. “Udah Mbak.” “Wahhh iyakah? Pastilah cewek secantik kamu udah punya pacar. Gimana orangnya? Kenalin ke kita dong biar kita tahu pacar kamu. Iya kan Mas?” Tanya Ina pada Rezkan dan membuat Rezkan sedikit gugup. “Iya bawa aja kerumah.” Jawab Rezkan. “Pacar Sheeva sibuk banget Mbak kadang sampe lupa sama Sheeva enggak kayak Mas Rezkan yang selalu ingat sama keluarga.” Sheeva menatap Rezkan dan tersenyum. “Gimana orangnya Sheeva? Baikkan?” Sheeva kembali tersenyum dan melirik sejenak ke arah Rezkan dan menatap Ina tetapi tangannya meremas paha Rezkan karena ia tahu kini Rezkan sedang gugup dengan pertanyaan Ina. “Baik banget Mbak, bertanggungjawab juga. Terus dia dewasa, perhatiaan banget sama Sheeva pokoknya dia sayang banget sama Sheeva. Sheeva juga sayang banget sama dia. Pokoknya dia yang terbaik deh kita saling mencintai. Dia selalu berusaha buat Sheeva senang dan menunjukkan rasa cintanya, terus dia senang banget bilang I love you baby.”         Hal itu membuat Sheeva tertawa dan menatap Rezkan ia benar-benar menyuarakan isi hatinya yang dirasakannya bagaimana Rezkan bersikap padanya. Satu sisi Rezkan senang dengan suara hati Sheeva tentang dirinya tapi tetap saja itu membuatnya gugup setengah mati. “Wah romantis juga pacar kamu ya. Kayaknya sayang banget dia sama kamu, Jadi penasaran deh kapan-kapan bawa ke rumah biar kita kenal.” “Nanti deh Mbak coba Sheeva tanya kalau dianya ga sibuk ya.” “Oke nanti kabarin aja biar Mbak bisa siapin makan bersama untuk kita.” “Ganteng ga Tante?” “Wah ganteng banget kayak kamu.” Sheeva melepaskan tangannya dari paha Rezkan dan mengacak-acak rambut Raka dengan gemas. “Yah kalah saing sama Raka dong.” Jawaban Raka mampu membuat ketiga orang dewasa itu tertawa. “Umurnya berapa Sheeva?” “Hmmm dia udah matang Mbak dewasa banget juga. Umur Mas Rezkan berapa?” Rezkan kaget ditanya tiba-tiba seperti itu padahal Sheeva jelas tahu berapa umurnya tapi ia sengaja bertanya. “Hmmm 35 tahun.” Jawab Rezkan sedikit gugup. “Wah sama kayak pacar Sheeva dong Mas. Pacar Sheeva juga umurnya 35 tahun.” Lagi wajah Rezkan sedikit gugup tetapi tidak dengan Sheeva ia berhasil menggoda Rezkan senyum jelas tercetak diwajahnya. “Wah udah matang banget ya. Mas Rezkan aja umur segitu udah punya anak, seharusnya kalian udah bisa nikah tuh. Lagian walaupun kamu masih muda tapi kamu nampak udah siap kok kelihatan banget kamu telaten banget ngurusin Raka udah cocok jadi Ibu.” Sheeva tertawa mendengar ucapan Nia. “Maunya juga gitu Mbak. Sheeva mau banget jadi istrinya dia tapi belum saatnya kayaknya Mbak. Doain aja ya Mbak.” Nia tersenyum sedangkan Rezkan menatap Sheeva dan wanita itu tersenyum penuh dengan kemenangan. “Mama Raka mau ke toilet.” “Yaudah ayo Mama temanin. Bentar ya Mas Sheeva nemenin Raka dulu.” “Oke Mbak.” Nia menggandeng tangan anaknya dan membawanya menuju toilet. “Kamu sengaja ya?” Tanya Rezkan langsung setelah memastikan Nia cukup jauh. “Sengaja apa Mas?” Sheeva tersenyum menggoda pada Rezkan dan menggenggam tangan Rezkan yang berada di atas meja. “Kamu sengaja bilang kayak gitu mau buat aku jantungan?” “Loh kamu jantungan kenapa Mas?” “Soal pacar kamulah.” “Loh akukan jujur tentang pacar aku, salah ya? Kamu mau ga aku akuin? Kayaknya kamu pernah marah deh sama aku waktu aku bilang ke teman aku kalau aku single.” “Beda ceritanya Sheeva.” “Mas Rezkan marah sama aku? Apanya yang beda? Atau aku emang bukan pacar Mas Rezkan gitu?” Sheeva mulai tersinggung dengan perkataan Rezkan membuat pria itu menghela nafansya. “Bukan gitu sayang, Mas ga mau Nia curiga terus nanya siapa.” “Pada faktanya ga terjadi apa-apakan Mas? Mas Rezkan aja yang ketakutan.” “Aku belum siap untuk Nia tahu hubungan kita sayang.” “Yes, I know. Don’t worry.” Ucap Sheeva dengan pelan. “Aku sayang banget sama kamu baby. I love you baby.” Rezkan menggenggam tangan Sheeva dengan lembut dan  Sheeva tersenyum menatap Rezkan dengan cinta. “I love you too Mas.”         Sheeva langsung melepaskan tangannya dari genggaman Rezkan karena dari jauh ia melihat Nia berjalan ke meja mereka. Sedangkan Rezkan merasa kehilangan saat genggaman itu terlepas. “Mas kalian lanjutin dulu ya, Mama telvon nih tiba-tiba suruh ke rumah. Nanti aku pulangnya dianterin supir Mama aja.” Nia mengambil tasnya dan mencium kepala Raka dan pipi Rezkan, ia menepuk bahu Sheeva. “Hati-hati.” “Oke Rakaa karena Raka udah habisin makanannya kita beli cokelat yuk mau ga?” “Wah seriusan Tante? Tapi kata Papa Raka gaboleh makan coklat karena nanti bikin sakit gigi.”  Sheeva menatap Rezkan yang tengah terkejut dengan pernyataan anaknya. “Boleh kok tapi siap itu langsung sikat gigi ya? Coba deh tanya Papa Raka pasti boleh.” Sheeva tersenyum pada Raka. “Pa Raka boleh makan coklat?” Tanya Raka dengan takut-takut. “Boleh tapi nanti langsung sikat gigi ya.” “Siap boss. Yeayyyy makan coklat makan coklat.” Raka tersenyum kegirangan dan membuar  Rezkan dan Sheeva juga tersenyum melihat aksi Raka. Mereka seperti keluarga berbahagia yang sedang menyaksikan anaknya sedang kegirangan dikasih sesuatu. Pemandangan yang sangat indah bukan?    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD