Prologue
‘.... Berita malam ini, di temukan seorang warga asal Meksiko, berinisial ABL, ditangkap Satuan Reserse Narkoba Polres Badung, Bali, karena memiliki narkoba jenis kokai.
Ini adalah bukti terbesar di Bali. Pengungkapan kasus narkoba dengan barang bukti 282,01 gram kokai senilai Rp 7,5 milar....’
*(Berita narkoba dari saluran radio)
“.....”
“Hhh... yang benar saja, bubuk-bubuk narkoba itu mahal dan hanya untuk kesenangan sesaat saja, kenapa di gilai seperti itu sih, heran tch...”
Gumam seorang wanita muda yang terdengar begitu terheran dengan pemberitaan malam ini yang menjadikan perburuan bandar narkoba itu sebagai topik utama dari berita malam ini.
“Tapi bandar itu menghasilkan jutaan dolar yang tentunya bisa membayar hutang dan bungamu Gadis...”
Seorang pria berjas hitam dengan muka sangar khas preman muncul dan menimpali gumaman wanita yang berbalutkan busana mini gaun malamnya.
“Cih, lama-lama kau lebih mirip seperti jelangkung, alih-alih lintah darat”
“Dengar, kalau kau terus merokok di belakang club seperti sekarang ini, bukannya melayani pria-pria haus belaian di dalam, kapan kau akan melunasi 500 jutamu padaku, bungamu terus naik ingat itu”
Ingat pria yang berindentitas sebagai rentenir itu, sambil merebut sebatang rokok yang tengah Gadis hisap sebagai penghangat dinginnya malam yang cukup gelap dan sepi ini.
“Menyebalkan sekali orang itu, padahal itu rokok terakhirku, andai aku bisa jadi seperti asap yang bisa lenyap dan hilang dari semua kekejaman dunia ini”
Kalimat malang seperti itu malah harus keluar dari seorang gadis muda yang masih berusia 19 tahun. Tak seperti gadis muda seusianya yang sibuk mengejar mimpinya, perempuan berparaskan cantik itu malah harus bekerja setiap malam untuk menghidupi dirinya sendiri setelah Ibunya pergi meninggalkanya bersama hutang yang cukup besar sebagai warisannya. Tak tanggung-tanggung nominalnya di atas 500 juta, belum termasuk dengan bunganya yang terus bertambah dari waktu ke waktunya.
“Gadis! Sedang apa gelap-gelapan di situ?? Mereka semua menggila di dalam mencarimu!”
“Ckk, aku muak dengan mereka semua, boleh aku libur malam ini?”
“No no no! Kau adalah primadona kesayangan bos bos besar itu, kalau kau menghilang malam ini, Club akan di protes dan bangkrut”
“July please, aku sedang tak ingin-“
“Sedang tak ingin??!!! Hhhh, kau tau bagaimana jadinya jika membuat Madam Jennie marah bukan?? jangan cari masalah dan masuk saja ya, ehm?”
Gadis menghembuskan napas beratnya, sejujurnya ia sudah sangat lelah berkerja di club malam tempat dirinya menerima bayaran yang cukup lumayan selama ini. Meski ujung-ujungnya ia hanya selalu gigit jari karena harus memberikan semua uangnya pada Si Mr. Jack alias pria berjas hitam yang mengganggunya dan telah mencuri batang rokok terakhirnya tadi itu.
“GADIS!”
Baru saja di bicarakan Madam Jennie sudah berteriak memanggilnya dari balik pintu masuk yang hanya beberapa langkah darinya.
“Oh shitttt!!”
Gadis langsung berlari segera menghampiri sebelum nyawanya di gantung di pohon cemara yang terpajang di depan bersama logo M, yang terpampang sebagai plang gedung M Club itu.
“Kau kemana saja hah?? Cepat pergi temui kamar 50-“
“Ya ya yaaa... Aku naik”
Gadis dengan wajah masamnya menjawab begitu pada pemilik sekaligus pengelola M Club itu.
“Senyum yang cantik!”
“Ehmmm”
Gadis mengerang sambil menarik kedua ujung bibirnya, menampilkan senyum terlebarnya pada seseorang yang sudah memperkerjakan dirinya tiga bulan lamanya itu.
“Good, ingat jangan ikut dalam pembicaraan mereka, cukup duduk manis dan layani mereka minum dengan baik, okey?”
“Okey”
Balas Gadis sambil melangkah pergi tak peduli, langkahnya di seretnya malas menaiki anak tangga menunju lantai tiga.
“Tunggu, tadi 50- berapa ya? 501 atau 502?”
Gadis kini terlihat kebingungan menatapi pintu bernomor 501 di sisi kiri dan 502 yang ada disisi kanannya. Sambil memegangi kepalanya, ia mencoba mengingat agenda tamu hari ini.
‘Tamu penting di 501 yang teredam suara dan tak ada cctv-nya, dan aku tak mungkin harus masuk ke sana atau aku tak akan bisa keluar lagi, jadi pasti 502’
Gadis sampai pada kesimpulan nomor ruangan 502, hingga ia menghadapkan tubuhnya, menyiapkan senyum di wajahnya, dan sedikit memeriksa pakaiannya sebelum tangannya sampai pada pegangan pintu yang akan di bukanya.
Tapi ketika pintu itu terbuka, hening yang tercipta. Mata indahnya bertemu dengan mata pria yang tengah duduk berpangku tangan, terpancar kuat keangkuhan dari bagaimana sorot matanya di tujukan pada Gadis saat ini.
“Selamat malam”
Ucap Gadis, meski ia tak nyaman, karena suasana tegang dan aura mencekam seperti menggerayangi seisi ruangan tempatnya kini mendudukan dirinya.
“Wiski?”
Tawarnya sambil mulai menyiapkan beberapa kotak es untuk di sajikannya dengan minuman yang akan di berikannya pada pria yang masih diam memaku, tak sedikit pun menyambut kehadirannya seperti pria kebanyakan.
“Siapa kau? Kenapa kau berani menggangguku...”
Kalimat itu terlontar dengan nada dingin pria yang menatap tajam Gadis saat ini, sampai Gadis di buat mematung, tak mengerti bercampur takut, karena pria berwajah maskulin dengan rahang yang terpahat tegas yang kini tengah mengeras karena merasa terganggu oleh kehadiran Gadis itu.
“aku- aku Gadis, aku tadi di panggil untuk masuk dan menemani anda...”
Jawab Gadis akhirnya, Tapi tak lama kemudian pintu kembali terbuka,
“Gadis! Kenapa di sini??? Kau seharusnya di 502”
Ucap Madam Jenny dengan wajah kesal dan ingin marah karena Gadis yang rupanya telah salah memasuki ruangan malam ini.
“Ah! Maafkan aku- maaf... Aku- benar-benar minta maaf”
Ucap Gadis langsung berdiri dan menundukan tubuhnya berkali-kali pada pria yang kini mulai mengganti cara menatapkan matanya pada perempuan yang telah salah masuk ke ruangannya itu.
“Sekali lagi aku minta maaf...”
Ucap Gadis sambil perlahan mundur dengan wajah yang di tundukannya, ia terlalu malu untuk menegakan kepalanya karena kesalahannya itu.
“Maaf tuan, akan kupastikan tak ada yang mengganggumu lagi...”
Tambah Madam Jennie yang jadi merasa tak nyaman karena kesalahan anak buahnya.
“Tunggu, jadi... dia yang akan masuk ke dalam ruangan di sebelah? Apa dia wanita yang kau siapkan untuk Leon?”
Tanya pria itu, ia terlihat mulai menaruh perhatiannya pada sosok Gadis yang akan menemani pria di ruangan di sebelahnya.
“Aku ingin bicara sebentar dengannya...”
Ucap pria berlencakan logo hukum di jas-nya itu.
“Dengan Gadis? Tapi- dia dia-“
“Ini perintah, dan aku memaksa....”
.
.
.