Kontrak Iblis

2672 Words
    “Ryan, jangan tinggalkan adikmu!" Leon memperingatkan Ryan yang telah bangkit dari duduknya. Putranya itu telah melangkah cepat dan meninggalkan Della yang masih berusaha menghabiskan s**u hangatnya.     Ryan sendiri tidak peduli dengan peringatan Leon, dan tetap melangkah pergi. Ya, memang sejak kapan Ryan mau mendengarkan perkataan ayahnya itu? Jika sudah seperti itu, Lea tak bisa untuk tidak turun tangan. Lea menatap cemas pada putri cantik kesayangannya yang kini terbatuk-batuk sebab tersedak ketika buru-buru menghabiskan s**u hangatnya.     Wanita cantik yang tak lagi bisa meninggalkan kursi rodanya itu berkata, "Ian, sayang."     Ajaib, Ryan yang baru saja akan melewati ambang pintu ruang makan segera menghentikan langkah kakinya. Ryan berbalik menatap ibunya dengan sorot netra yang melembut. Lea tersenyum melihat putranya itu, ia kemudian menatap putrinya yang ternyata sudah menyelesaikan sarapannya. Sudah habis sarapan dan susunya? tanya Lea ketika Della bangkit dari duduknya.     Della mengangguk cepat. "Della berangkat kuliah dulu." Della kemudian melangkah untuk mencium pipi Leon dan Lea sebelum berlari mendekat pada kakaknya yang menunggu dengan wajah datar dan kedua tangan yang tersembunyi dalam saku celananya.     "Sayang, jangan lupakan syalmu! Madre dengar suhu hari ini akan lebih dingin dari biasanya!"     Della yang mendengar teriakan Lea segera mengiyakan lalu kembali berlari mengejar Ryan sudah melangkah pergi menuju mobil yang telah terparkir di depan mansion. Tidak seperti biasanya, Della kali ini berangkat kuliah bersama kakaknya itu. Ya meskipun itu semua hasil dari paksaan Lea pada Ryan agar mau mengantar adiknya. Lea merasa harus melakukan hal ini, karena merasa kedua anaknya itu tidak pernah akrab padahal sudah hidup bersama selama ini. Ya, Lea harus memikirkan berbagai cara untuk mendorong Ryan mau menerima Della.     Lea yang melihat interaksi antara anaknya hanya bisa menghela napas lelah, sedangkan Leon menggenggam tangan Lea untuk sedikit menenangkan. Tentu saja Leon tahu apa yang kini Lea pikirkan. Istrinya ini selalu cemas karena banyak hal. Salah satunya adalah hubungan antara kakak adik itu. Mungkin bisa dibilang, kecemasannya mengenai hal itu lebih besar daripada kecemasannya pada hal lain. "Tampaknya sampai saat ini Ryan belum bisa meneriman Della sebagai adiknya,” ucap Lea dengan nada sarat kesedihan. Memang benar, Della dan Ryan tidaklah dihubungkan oleh darah.     Leon menepuk-nepuk punggung tangan Lea saat mendengar ucapan istrinya itu." Begitukah? Aku sendiri tidak berpikir seperti itu."     Lea mengerutkan keningnya saat menatap Leon. "Maksudmu?"     Leon menggeleng. "Aku hanya berpikir, Ryan hanya perlu lebih banyak waktu untuk menerimanya. Awalnya Ryan dimanjakan karena dirinya adalah anak tunggal, lalu tiba-tiba seseorang yang bahkan bukan keluarganya sendiri diakui sebagai adiknya, siapa pun pasti akan merasa tidak nyaman dengan hal itu. Karena itulah, meskipun Lolita yang kita kenal sudah resmi berganti identitas sebagai Della dan berstatus menjadi anggota keluarga termuda de Mariano, Ryan masih saja belum bisa menghapuskan fakta jika Della adalah anak dari Raffa. Orang yang andil besar dalam kondisi kesehatanmu sekarang.”     "Tapi Della tidak memiliki kesalahan apa pun. Bahkan ia tidak tahu siapa ayahnya, dan apa kesalahan orang tuanya itu. Dia hanya gadis polos yang haus akan kasih sayang. Tidak ada setitik pun kejahatan dalam dirinya. Tidak sepatutnya kita membencinya." Lea tak bisa menahan diri untuk mengingat kondisi Della dua tahun yang lalu. Della benar-benar menyedihkan saat itu.     "Aku mengerti. Tapi seperti yang aku katakan sebelumnya, putra kita itu masih memerlukan waktu untuk mengerti semuanya. Ryan memang sudah dewasa, tapi ia masih memiliki jiwa kekanakan di mana dirinya yang masih ingin menjadi pusat perhatian dan dimanjakan oleh ibunya. Cobalah untuk tidak khawatir, suatu saat nanti jika waktunya telah tiba, putra kita itu pasti akan sadar jika Della adalah seseorang yang penting baginya."     Lea mengangguk." Semoga saja, dan aku harap hal itu terjadi secepatnya. Karena jujur saja, kini aku sudah tidak sabar untuk melihat keakuran mereka. Jika hal itu sudah terjadi, sudah bisa dipastikan jika keluarga kita akan terasa begitu sempurna."     Leon menarik Lea agar duduk di pangkuannya, ia memeluk istrinya dengan erat seakan-akan ingin menunjukkan betapa dirinya menyanyangi Lea. Leon mencium pelipis Lea lalu berbisik, "Ya, semoga saja."      Lea juga mengangguk menyemogakan ucapan suaminya. Sayangnya, Lea tidak pernah menyadari jika kini sebuah seringai kejam terukir di wajah rupawan Leon. Hal itu sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan, jika kini Leon telah mengetahui sesuatu yang disembunyikan susah payah oleh orang lain. ***     "Ini kan bukan jalan menuju kampus Della, Kak," ucap Della saat menyadari mobil yang dikendarai oleh Ryan malah berbelok menuju arah yang berlawanan dengan arah kampusnya. Tentu saja kini Della merasa panik. Jika hal ini terus berlangsung, bisa-bisa Della akan terlambat dan akan terkena pengurangan poin. Della jelas saja merasa ketakutan.     Manik hijau gelap milik Ryan melirik tajam pada Della yang kini tengah merapikan syal yang melingkari lehernya dengan gugup. "Lepaskan syal itu!" seru Ryan tiba-tiba.     "Ya?" tanya Della.     "Apa kau tuli? Aku bilang lepas syal itu!"     Della tersentak saat mendengar suara tinggi Ryan. Dengan tangan bergetar, Della melepaskan syal yang melilit lehernya. Ryan lalu merebut kasar syal tersebut dari tangan Della. Della terlihat murung, padahal Della sangat suka syal pemberian ibu angkatnya itu, terasa hangat serta lembut. Della terpaku saat Ryan membuang syal yang telah ia rebut begitu saja melalui jendela mobil. Ryan menyeringai saat melihat tatapan Della yang tertuju pada syal yang telah terbang begitu saja.     Sepertinya lidah tajam Ryan tidak tahan untuk mengeluarkan komentar pedasnya. "Kau tidak pantas menggunakan syal pemberian Madre. Syal itu terlalu berharga untuk kau kenakan. Sayangnya, aku juga tidak mau menyimpan barang yang telah kau kenakan. Jadi, menurutku membuangnya menjadi pilihan yang terbaik. Awas, jangan pernah berkata macam-macam pada Padre atau Madre, jika iya aku pastikan jika kau akan dibuang dan tidak akan pernah bisa bertemu dengan Madre lagi.”     Sorot terluka terlihat jelas di manik mata Della, tapi ia tak berkomentar atau pun mengelak. Della tahu dengan jelas posisinya dalam keluarga Mariano. Ia hanya seorang anak yang dipungut oleh pasangan menawan de Mariano. Dulu, identitasnya bukanlah Della, melainkan Lolita. Seorang gadis yang tumbuh besar di sebuah desa di kawasan Asia Timur.     Dulu Lolita pernah mengalami pengalam yang kurang mengenakan yang ternyata membawanya ke kehidupan yang lebih baik. Ya, pengalam tidak mengenakkan itu membuat Lolita berganti identitas menjadi Della de Mariano. Meskipun Della merasa senang mendapatkan keluarga yang menyayanginya, Della tahu jika ada seseorang yang tidak mau menerima kehadirannya. Della tahu sejak dirinya resmi menyandang nama de Mariano, Ryan tidak pernah menyukainya. Hal itu terjadi, karena Ryan menganggap Della hanya akan merebut semua yang dimilikinya.     Padahal Della tidak pernah berpikir seperti itu. Ia bersikap baik dan penurut, bukan untuk menjilat orang tua angkatnya. Semua itu Della lakukan atas dasar tahu diri. Della sadar jika dirinya hanya orang asing yang kebetulan mendapatkan kebaikan mereka, Della hanya ingin menunjukkan seberapa dirnya berterima kasih pada kedua orang tua angkatnya yang telah membuat hidupnya layak. Dua tahun ini, Della adalah identitas baru yang disandang oleh Lolita. Sejak itulah Lolita yang malang mendapatkan kehidupan yang layak.     Karena identitasnya itu pula, setiap harinya Della tidak perlu khawatir dengan ancaman kelaparan serta ketakutan hidup sebatang kara seperti dulu, saat dirinya masih beridentitas sebagai Lolita. Semua kebutuhan Della dijamin dengan baik, dengan syarat Della harus menjadi anak angkat keluarga de Mariano.     Della tentu saja tidak berpikir dua kali untuk menerimanya. Della menanggalkan identitas menyedihkannya sebagai Lolita, dan hidup dengan baik sebagai Della. Ya meskipun Della tidak bisa menyebut jika hidupnya memang sepenuhnya baik, karena sikap Ryan yang sangat kasar dan semaunya pada Della. Seperti melemparkan kata-kata kasar hingga menyuruh Della melakukan ini itu.     Jika ada yang bertanya kenapa Della tidak berontak atau mengadukan sikap Ryan pada kedua orang tuanya, maka Della akan menjawab dengan lantang bahwa dirinya tidak bisa. Lebih tepatnya, Della tidak akan pernah bisa. Karena Della takut, jika dirinya akan dibuang. Della juga sama sekali tidak mau jika kakaknya sampai terkena masalah. Della tidak mau merusak keluarga orang lain. Della bisa tahan hidup seperti ini. Ya, Della bisa. Ini jauh lebih baik daripada harus hidup kesepian, kelaparan dan mati tanpa ditemani oleh siapa pun.     Selain itu, Ryan juga pernah mengancam jika sampai Della mengatakan hal buruk tentangnya pada kedua orang tuanya, Ryan tidak segan-segan untuk membuat Della merasakan hal buruk yang tak pernah ia bayangkan. Tentu saja Della tidak memiliki keberanian untuk melawan Ryan, Della tahu jika Ryan tidak pernah main-main dengan ucapannya. Jika Della melanggar apa yang ditetapkan oleh Ryan, bisa-bisa Della memang akan menemui hal yang sangat buruk.     "Sampai kapan kau akan diam di sana?"     Della tersentak dan menyadari jika mobil telah terparkir, sedangkan Ryan sudah tak lagi berada di kursi pengemudi. Ryan berdiri di sisi mobil sembari membukakan pintu mobil untuk Della. Mengerti dengan yang Ryan inginkan, Della melepas sabuk pengaman lalu ke luar dari mobil. Ia tampak canggung saat menyadari kedatangannya dan Ryan telah disambut oleh beberapa pria berpakaian necis.     Ryan menggenggam tangan Della dengan erat lalu menarik adiknya itu untuk masuk ke dalam gedung hotel, di mana Ryan akan bertemu dengan orang-orang yang akan bekerja sama dengannya. Della tidak berani untuk sekadar menoleh atau mengedarkan pandangannya ke sekeliling hotel. Della merasa takut berada di tengah keramaian. Jadi, jika berada di tempat seperti ini, ia akan menunduk. Kini Della hanya mengikuti ke mana pun Ryan menariknya.     Setelah naik lift beberapa saat, Ryan membuka kunci salah satu pintu kamar hotel dan membawa Della masuk. "Tunggu di sini dengan tenang. Jika macam-macam, kau pasti tau apa yang akan terjadi. Ryan berbalik dan akan meninggalkan Della dalam kamar mewah tersebut, tapi Della dengan spontan meraih tangan kekar kakaknya." Kakak, Della harus kuliah. Jika Padre sampai tau Della bolos, Padre pasti marah. Della tidak mau terkena marah Padre.”     Ryan mendengus dan menyeringai. "Lalu, apa urusannya denganku? Diam! Jangan membuatku marah dan aku tidak akan mempersulitmu!"     Della menggigit bibirnya saat Ryan mengempaskan tangannya. Matanya menyorot nanar pada punggung lebar Ryan yang menjauh seiring Ryan yang melangkah pergi. Begitu pintu kamar tertutup, Della mendengar jika pintu dikunci. Della menghela napas lelah. Tidak kuliah terasa lebih menyulitkan bagiku, Kak.     Della menghela napas dan mengedarkan pandangannya pada kamar super luas dengan semua fasilitas terbaik yang tersedia. Della ternganga melihat semua kemewahan tersebut. Meskipun dirinya sudah dua tahun hidup dikelilingi kemewahan, sampai saat ini pun Della belum terbiasa. Menelan ludah, Della secara perlahan mulai menjelajah setiap inci kamar hotel tersebut. ***      "Terima kasih, senang bekerja sama denganmu," ucap Peter rekan bisnis Ryan yang baru saja menandatangi kontrak dengan Peter.     "Aku yang harus mengucapkan terima kasih, karena kau sudah memberikan kepercayaanmu pada perusahaanku. Aku akan menjamin keselamatan seluruh keluargamu. Hari ini juga, aku pastikan hari ini orang-orangku sudah akan bertugas di kediamanmu." Ryan memasang senyum profesional.     Peter tertawa renyah. "Bagaimana bisa aku tidak percaya pada seorang mantan polisi? Aku sepenuhnya percaya padamu. Kalau begitu aku permisi dulu, sampai jumpa."     Ryan dan Peter berjabat tangan sebelum Peter sepenuhnya pergi dari ruangan pertemuan. Ryan menghela napas lalu kembali duduk di kursi. Dua tahun yang lalu, Ryan resmi ke luar dari kesatuan kepolisisan. Ryan melepas mimpinya yang telah ia raih susah payah dan memilih untuk menggantikan ayahnya untuk mengurus separuh bisnis keluarga yang memang telah sejak dulu akan dilimpahkan padanya.     Ya, separuh bisnis di atas tanah yang mencakup kerajaan bisnis milik keluarga de Mariano, dan separuh di bawah tanah yang tak lain adalah urusan klan Potente Re. Hanya tinggal menunggu waktu hingga ayahnya turun secara resmi dari jabatannya, setelah semua kekuasaan berada di tangan Ryan, saat itulah Ryan bisa bernapas lega dan bisa mendepak Della kapan pun juga.     Awalnya Ryan memang tidak menginginkan untuk menerima kekuasaan bawah tanah, tapi kini Ryan harus mendapatkannya. Ryan tidak akan memberikan kekuasaan itu pada siapa pun. Itu milik Ryan, dan sampai kapan pun akan tetap menjadi miliknya.     "Tuan, saya sudah kembali," lapor seorang pria yang muncul dan mendekat pada Ryan.     Ryan melirik pria yang setia memasang senyumnya itu. Pria itu tak lain adalah Marco, tangan kanan Ryan. "Apa yang kau bawa?" tanya Ryan.     "Saya ragu jika kabar ini akan membuat Tuan senang."     "Kau tau, aku tidak suka basa-basi, Marco," ucap Ryan memberikan peringatan.     Dengan senyum yang masih terpasang Marco menguatkan hatinya sebelum berkata, "Apa yang dikatakan oleh Tuan Leon dua tahun yang lalu ternyata memang terjadi Tuan. Nona Della ...." ***     Della menghela napas lega, saat dirinya berhasil menghubungi teman sekelasnya untuk membantunya mengisi absen. Della kembali mengetik pesan balasan, ia berjanji pada temannya akan mentraktir makan siang suatu hari nanti. Dirinya baru saja akan mengirimkan pesan tersbut tapi ponselnya lebih dahulu ditarik dan dilempar begitu saja.     Della mendongak dan menciut ketakutan saat melihat Ryan yang tampak begitu murka. Wajah rupawan Ryan menjadi menyeramkan, dan Della benar-benar ketakutan saat Ryan dalam kondisi seperti ini. Karena dulu saat pertama kali Ryan menampilkan ekspresi ini, hari Della benar-benar menjadi sebuah neraka. Ryan tidak membiarkan Della bernapas lega barang sedetik saja. Kakaknya itu menebar terror yang mengerikan baginya.     Della kembali pada masa kini saat Ryan menarik dan mencengkram rahangnya dengan kasar. Kau hanya anak pungut, tapi beraninya kau merebut hak orang lain? Apa kau tidak tahu malu?”     "Ka-"     "Jangan memanggilku Kakak, kau bukan adikku dan itu tidak akan pernah terjadi. Jangan bermimpi! Kau benar-benar tidak tahu diri. Setelah masuk secara tiba-tiba ke dalam keluargaku, kini kau bahkan berniat merebut hal lainnya dariku. Apa kau ini lintah? Menghisap ke sana ke sini, merebut hak orang lain.”     Tubuh Della bergetar hebat melihat kilat kejam di kedua manik hijau gelap milik Ryan. Della menggeleng. "Della tidak pernah berpikir untuk merebut apa pun dari Kakak. Kedepannya, Della akan jauh bersikap lebih baik. Della mohon jangan marah, Kak."     "Sudah kubilang jangan panggil aku Kakak! Kau bukan adikku. Sekarang, atau nanti, statusmu tidak akan pernah berubah di mataku," ucap Ryan kejam lalu menghempaskan rahang Della begitu saja.     Air mata Della tiba-tiba meluncur membasahi pipi putih mulusnya. Della menatap mata tajam Ryan, napas Della terengah menahan emosi serta rasa sedih yang memuncak. Kenapa Ryan tak sesuka ini padanya? Apa dosa Della? Leon yang bahkan awalnya salah paham pada Della, kini bahkan sudah bersikap sangat baik dan memperlakukannya seperti putri sendiri. Tapi kenapa Ryan malah bertingkah sebaliknya? Tiap hari Ryan selalu bertindak tak mengenakkan.     "Apa salah Della pada Kakak? Kenapa Kakak tidak pernah sekali pun bersikap lembut pada Della? Kenapa Kakak tidak menyukai Della?!" Della tak lagi berusaha untuk bersikap baik-baik saja. Selama dua tahun ini, sudah cukup dirinya memendam rasa pedih atas perlakuan Ryan.     "Kenapa Kakak melakukan semua ini pada Della? Kenapa Kakak begitu jahat? Della tidak menginginkan apa pun, Della hanya ingin dicintai. Apa Della tidak berhak untuk mendapatkan cinta dari siapa pun? Apakah salah jika Della berharap untuk mendapatkan cinta dari seorang kakak?" teriak Della dengan derai air mata yang membuat pandangannya memburam.     Della menangis dengan begitu pilu. Kedua tangannya yang terbebas kini memeluk dirinya sendiri. Ryan sendiri tidak bergerak sau inci pun dari posisinya, ia mengamati Della yang larut dalam kesedihannya. Ingatan pembicaraannya dengan Marco membuat Ryan mendapatkan sebuah ide, sedetik kemudian senyum terukir diwajahnya yang rupawan.     Daripada tadi, kini Della merasa semakin takut. Ia takut jika Ryan kini akan bertindak semakin kasar. Namun apa yang Della pikirkan salah. Ryan malah melunak dan meraih Della ke dalam pelukannya. Dengan lembut, Ryan menyeka air mata Della, seketika tangis Della terhenti begitu saja.     "Maafkan Kakak. Kini Kakak sadar jika sepertinya selama ini Kakak sudah melakukan banyak kesalahan padamu. Kakak terlambat sadar jika seharusnya Kakak tidak bertindak seperti itu. Kau mau memaafkan Kakak, bukan?" tanya Ryan dengan senyum kecilnya.     Della menatap Ryan dengan polos lalu mengangguk cepat. Della tak bisa menahan diri untuk merasa senang. Ini kali pertama kakaknya itu bersikap baik padanya. Ini kelembutan pertama yang ditunjukkan Ryan padanya, terlalu larut dalam kesenangannya, Della tak menyadari kilat kejam yang berkelebat pada netra hijau gelap milik Ryan.     "Kau ingin dicintai oleh Kakak?"     Lagi Della dengan polos mengangguk. Tak sadar jika cinta yang tengah dibicarakan oleh Ryan, adalah cinta yang berbeda dengan cinta yang ia maksud. Ryan tersenyum tipis dan berkata, "Baiklah, kalau begitu mulai hari ini aku berjanji akan memberikan cinta padamu."     Della mematung saat Ryan dengan cepat menempelkan bibir mereka. Della merasakan jantungnya hampir meledak, saat merasakan bibirnya dihisap dengan lembut. Ya, Ryan tengah mencium Della, adik angkatnya sendiri.     Ciuman yang menjadi pertanda bahwa Della tengah mengikat kontrak dengan iblis. Kontrak yang akan membuat hidupnya seperti di surga, walau kenyataannya surga itu hanyalah keindahan semu. Kenapa? Karena, kini Della sudah dipastikan masuk ke dalam lubang hitam yang dikuasai oleh Ryan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD