SATU

1284 Words
     Dalam diam Aries duduk di depan laptopnya. Menatap serius pada setiap barisan yang sedang ia baca. Sesekali ia mengedip-ngedipkan matanya. Mungkin sudah lelah. Wajar, sudah sejak pukul delapan malam ia duduk di depan laptop. Dan sekarang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Di sandarkan punggungnya ke sofa. Menghela napas kasar. Menatap langit-langit kamar dengan pandangan lelah. Aries melirik pada hp di dekatnya. Ia mengambil dan membuka notif yang masuk. Dara : Ries, aku mau ketemu. Aries menghela napas kasar, ia meletakkan kembali hp nya tanpa membalas chat tersebut. Kepalanya menoleh ke arah pintu kamar yang sedikit terbuka. Tubuhnya bangkit dari sofa berjalan menuju pintu kamar. Dengan perlahan ia membukanya, mengintip kedalam. Kedua kakinya berjalan dengan pelan menghampiri ranjang yang di huni oleh Kanaya. Perempuan cantik itu sedang tertidur. Aries memandangi wanita yang lima bulan ini berstatus sebagai istrinya. Menatapnya cukup lama, hingga ia menyadari kalau istrinya itu tidur dalam gelisah. Ada peluh yang mengalir deras di keningnya. Mimpi buruk kah?. Ia membungkuk untuk mengusap peluh itu. Dan kaget ketika Kanaya tiba-tiba membuka kedua matanya. Reflek ia menarik kembali tangannya. "Sorry". Katanya dengan pelan dan tidak enak. Kanaya menatapnya lurus sejenak. Kemudian menarik diri untuk bangun dari tidurnya. "Gapapa". Jawab Kanaya dengan nada suara lembut. "Kenapa?". Tanya nya tanpa menatap Aries. "Enggak, aku dengar suara kamu meracau. Sepertinya mimpi buruk?. Jadi aku masuk. Maaf". Kata Aries dengan sopan. Perempuan itu menghela napas, kemudian mengangkat kepalanya menatap Aries dalam cahaya yang minim. Namun, Pria itu bisa melihat sepasang mata hazel milik Kanaya yang menatapnya sendu. "Aku gapapa. Kamu boleh keluar". Katanya. Aries mengangguk, pria itu pun berbalik keluar. Kanaya hanya mengikutinya dengan pandangan sendunya. Setelah pintu tertutup kembali, baru ia menghela napas berat. Menyibakkan rambut panjangnya ke belakang. Menumpu kening yang di rasa frustasi. Ia butuh minum. Menoleh pada nakas, gelas bening itu kosong. Kembali ia menghela napas berat. Maka dengan berat hati, ia menggeser kan selimut yang menutupi dirinya. Memaksa meraih kedua tongkatnya yang selalu ia letakkan di samping nakas. Dengan berusaha sekuat mungkin memindahkan kedua kakinya turun dari Ranjang. Tok Tok Tok Cklek Pintu kamarnya dibuka kembali setelah diketuk dari luar. Kanaya menoleh, dan melihat Aries masuk membawa segelas air putih. Laki-laki itu langsung dengan cepat menghampirinya. Membantu nya. "Kamu mau kemana?". Tanya Aries memegangi kedua bahunya. "Ambil minum". Jawab Kanaya, kembali ia memutuskan untuk duduk. Aries mengambil minum yang tadi ia letakkan di atas nakas begitu saja. Lalu memberikannya pada Kanaya. "Makasih". Jawab Kanaya. Aries mengangguk dengan senyuman kecil. Ia memandang Kanaya meneguk minuman itu. Setelah selesai, ia mengambilnya kembali. Menaruh sisanya di atas nakas. "Aries?". Panggil Kanaya dengan suara bernada pelan. "Ya?" Saut Aries. "Kita pisah aja". Saat itulah Aries mematung di tempat. Terdiam membeku dan fikiran langsung kosong. *** Aries keluar dari dalam kamarnya pukul tujuh pagi. Sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Melihat Kanaya, sedang berkutat di dapur yang tidak terlalu luas di apartemen yang sudah empat bulan ini mereka tempati. Dengan dibantu kedua tongkatnya, Kanaya sedang menyiapkan sarapan pagi ini. "Pagi" ia menyapa dengan seluruh perasaan canggung. Kanaya hanya melirik sekilas, kemudian kembali sibuk dengan kegiatannya. Aries mengambil duduk di salah satu kursi meja makan dari empat kursi yang ada di sana. Satu piring yang sudah di isi nasi langsung di letakkan Kanaya di depannya. "Hari ini aku akan pulang terlambat. Ada janji sama seseorang.". Beritau Aries pada Kanaya. Tidak ada jawaban, hanya anggukkan saja dari gadis itu. Aries hanya bisa menghela napas berat. Sudah lima bulan mereka menikah, tinggal bersama. Walau tidak se ranjang satu kamar. Tapi, Kanaya tetap diam padanya. Membuatnya semakin merasa bersalah dan tidak menemukan solusi untuk masalah mereka. Akhirnya seperti biasa, mereka sarapan dalam diam. Setelah selesai, Aries langsung pamit untuk bekerja. Ia baru saja di terima bekerja di salah satu firma hukum. Sesuai dengan ijazah yang ia terima. Berharap suatu saat nanti bisa menjadi pengacara terbaik seperti Hotman Paris. Lalu ia akan membantu orang-orang yang tidak mampu menyewa pengacara. Kemudian, ia juga ingin bekerja di ke Jaksaan Indonesia. Menjadi, jaksa penuntut umum. Agar ia bisa meringkus para tikus negara. Aries sangat tidak menyukai pajabat negara ini. Karena, sekarang rata-rata anggota yang mengaku perwakilan rakyat justru lebih serakah sendiri. Bukannya membantu rakyat, malah dengan kejam menyiksanya. Ia sungguh tidak habis fikir dengan mereka-mereka yang di perbudak oleh uang. Membuatnya jengah dengan pemerintahan tanah air. Jadi, ia punya cita-cita menjadi orang nomor satu suatu saat nanti. Tapi tidak sekarang. Ia harus memulai dari bawah terlebih dahulu. "Aries, kamu sudah terima berkas dari Kepolisian Metro. Tentang kasus pelecehan seksual terhadap seorang mahasiswi di rumah kosong?". Ujar Pak Bima, seorang pengacara hebat di tahun ini. "Sudah pak, saya sudah menaruhnya di meja Bapak". Jawab Aries dengan sopan dan penuh hormat. Pak Bima mengangguk, beliau langsung masuk menuju ruangannya. Sedang Aries kembali membaca-baca berkas kasus yang sama. *** Pukul 18:00. Aries baru keluar dari kantornya. Ia langsung menuju mobilnya. Ia punya janji dengan seseorang. Yang harus ia temui, yang kehadirannya juga tidak bisa ia abaikan. Meski, selama lima bulan ini. Tepatnya sejak ia menikah, mereka sudah jarang bertemu. Tiba di sebuah restoran, mobilnya berhenti. Ia turun dan kemudian masuk kedalam restoran. Memasang senyuman lebar dan juga semangat baru. Dara. Ia melihat gadis cantik dalam balutan pakaian sederhana, namun tetap tidak bisa melunturkan pesona gadis itu. Perempuan yang sudah ia cintai selama hampir tujuh tahun ini. Dan, mungkin .. ia tidak pernah berharap akan berakhir suatu saat nanti. Tapi, semuanya hanya menunggu waktu sampai ia siap. Entah kapan. "Hai". Sapa Aries mendekat dan mengecup kening Dara dengan penuh sayang. Dara mengulum senyum manis, laki-laki tampan dalam balutan kemeja hitam polos itu langsung menarik kursi di hadapan Dara. "Gimana New York?" Tanya Aries menyesap minuman favoritnya yang sudah di pesan oleh Dara lebih dulu. "Masih sama, sepeninggal kamu lima bulan yang lalu". Jawab Dara. Aries terkekeh pelan. Dara meraih tanganya. Menatapnya dengan binar mata yang membuat hati Aries begitu terkemas. Ia tidak pernah mampu untuk menyakiti perempuan di hadapannya. Tidak dulu atau sekarang bahkan mungkin juga nanti. "Kamu kurusan" kata Dara memperhatikannya. Aries hanya tersenyum semakin lebar. "Jadi, kacung capek". Jawab Aries membuat Dara tertawa pelan. "Kamu berapa lama di Indonesia?". Tanya Aries kemudian. "Gak lama, cuma beberapa hari. Karena harus balik lagi. Aku masih ada ujian. Terus beberapa urusan juga harus aku selesaikan, sebelum kembali ke Indo selamanya". Jawab Dara dengan nada lemas. Aries hanya mengangguk. "Kenapa? Kamu gak sabar mau menikah?". Uhuk uhuk uhuk Tiba-tiba saja Aries tersedak, membuat Dara cemas dan langsung memberinya minum. "Tuh kan, kebiasaan deh kamu. Makan pelan-pelan sayang. Makanan kamu gak bakal aku minta". Celoteh Dara dengan muka cemberut. Aries hanya tersenyum, ia menyesap minumannya. Dan bersikap sesantai mungkin. Mereka menyelesaikan makan malam itu dengan penuh cerita. Dara bercerita banyak hal pada Aries. Dan Aries menjadi pendengar yang baik seperti biasanya. Hingga selesai dan Aries mengantar Dara pulang kerumahnya. "Kamu sibuk banget ya?". Tanya Dara dengan memeluk manja lengan Aries. "Lumayan, kenapa?". Tanya Aries mengantar Dara hingga ke depan pintu rumah gadis itu. "Yaahh.. aku cuma beberapa hari lho di indo". Ujar Dara dengan wajah cemberut. Aries mengulum senyum. Ia menggenggam tangan Dara dengan lembut. Menatap perempuan cantik di depannya dengan sayang. "Kamu balik kapan? Nanti aku coba kurangin waktu seharian buat kamu". "Senin aku balik". "Kebetulan, berarti Minggu aku milik kamu". "No". Dara menggeleng tidak terima dengan jawaban Aries. "Kamu setiap hari milik aku". Lanjut Dara mengalungkan lengan di leher Aries. Laki-laki itu tersenyum begitu lembut. Membuat Dara gemas dan tidak bisa menahan diri untuk tidak berjinjit mencium bibir merah muda milik Aries. " I love you". Bisik Dara sebelum menempelkan bibir mereka. Hati Aries langsung teremas saat itu juga. Ada hantaman luar biasa di sana. Sesak yang ia rasakan membuatnya sulit bernapas. "Love you too". Balas Aries. Ia tidak berbohong, Dara selalu ada di hatinya. Ia sangat mencintai Dara, dan tidak akan pernah bisa menyakiti nya. Tidak akan. Dengan lembut ia melumat bibir Dara, menarik pinggang gadis itu untuk semakin mendekat dan memperdalam ciuman mereka. Meski hatinya sakit luar biasa, karena kenyataan nya ia sudah menyakiti Dara lebih dari apapun. Ia akan menyakiti Dara, jika seandainya gadis itu tau. Jika dirinya bukan lagi milik Dara. Ia sudah menjadi milik orang. Maaf. Maaf Ra!.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD