DUA

1252 Words
 Klik Cklek  Aries mendorong pintu apartemennya dengan pelan. Ia melangkah masuk dan menutup kembali pintu itu. Kakinya langsung menuju ke Pantry, membuka kulkas dan mengambil sebotol minuman kaleng. Berjalan menuju sofa dan menjatuhkan tubuhnya disana. Huft. Helaan napas itu sangat berat dan juga kasar. Ia menatap langit-langit apartemennya dengan kepala penuh. Semua terasa sangat berat. Bukan seperti ini alur hidup yang ia rencanakan. Di pejamkan kedua matanya dengan erat. Mencoba menekan habis semua perasaannya. Ia harus tenang, ia harus bisa mencari jalan keluar dari segala permasalahan yang telah ia ciptakan. Brak! Suara itu membuatnya terkejut, ia langsung terbangun dari rebahan nya di sofa. Lalu dengan cepat kakinya melangkah menuju kamar dimana Kanaya berada. Bahkan, tanpa mengetuk ia langsung membuka pintu dan masuk kedalam. "Kanaya". Panggilnya dengan cemas. Di tepi ranjang, Kanaya duduk menatap kosong pada tingkat yang tergeletak di lantai. Aries yang melihat itu langsung mengambil tongkat itu dan menghampiri Kanaya. "Kamu mau kemana? Ambil minum?". Tanya Aries. "Biar aku ambilkan". Dan Aries langsung berlalu keluar dari dalam kamar untuk mengambil minum. Namun langkahnya terhenti beberapa langkah ketika mendengar isakkan kecil. Membuatnya berbalik dan memandangi Kanaya dengan perasaan teremas. Ia berbalik, berjalan mendekati Kanaya. Aries menekuk lututnya di lantai, memandangi kedua tangan Kanaya yang terkepal kuat di ada kedua paha gadis itu. Dengan tangan bergetar ia menyentuhnya. Lalu mengangkat kepalanya menatap Kanaya. "Aku minta maaf". Ia tidak akan pernah bosan mengatakan kalimat itu dengan nada penuh penyelesaian. "Aku minta maaf, Nay". Lanjut Aries dengan mata berkaca. "Minta maaf ?". Gumam Kanaya dengan nada lirih. Mata itu menatapnya dengan begitu tajam dan dingin. Membuat Aries menelan ludahnya sendiri. "Apa maaf bisa membuat Ayah ku kembali? Apa bisa membuat ku kembali berjalan?". Aries langsung terdiam di tempat, kepalanya langsung menunduk tidak berani lagi menatap gadis di depan nya. "Jika itu bisa,. Aku akan memaafkan mu". Lanjut Kanaya dengan nada dingin. Gadis itu menarik kedua tangannya dari tangan Aries. Kedua matanya menatap Aries yang tengah menunduk di hadapannya. "Keluar". *** Dari dalam sebuah Club' malam, Aries keluar dengan kondisi sedikit hoyong. Ia berjalan menuju mobilnya di parkiran. Berusaha untuk tetap fokus pada jalanan yang tidak terlalu ramai. Meski dalam pengaruh alkohol ia masih bisa menyetir dengan baik. Sampai suara hp nya berdering. Dan ia melirik nya sebentar, dengan pandangan mulai mengabur. Lalu kembali menatap kedepan, namun ia terkejut saat melihat seekor kucing di tengah jalan. Membuatnya reflek membanting stir mobilnya ke kanan, lalu matanya silau karena lampu sorot membuatnya panik dan tabrakan itu pun tidak dapat ia hindari lagi. Aries langsung terbangun dengan napas tersengal dan keringat yang membasahi tubuhnya. Mimpi itu lagi. Dan sudah terjadi hampir setiap tidurnya. Matanya mengitari sekitar, dan ia menghela napas lega saat sadar jika ia di kamar. Dengan kedua telapak tangan ia mengusap wajahnya. Mimpi itu selalu datang ke dalam tidurnya. Membuatnya tidak tenang. Bahkan, kejadian enam bulan lalu tidak perna bisa ia lupakan. Bayang-bayang kejadian naas itu terus menyiksanya. Di pindahkan selimut dari tubuhnya, memutuskan untuk bangun dari kasur dan menuju ke kamar mandi. Aries membasuh wajahnya dengan air. Kemudian menatap diri sendiri di cermin di depan nya. Pandangannya menerawang. Kata-kata Kanaya semalam terus terngiang dikepalanya. Kembali Aries menunduk, membasuh mukanya. Berharap semuanya musnah di kepalanya. Tapi, percuma karena ucapan Kanaya begitu melekat disana. *** Hari ini Aries pulang lebih awal. Bahkan siang ia sudah menghentikan mobilnya di depan lobi apartemen. Dengan bergegas seperti di buru waktu, laki-laki itu masuk kedalam lift. Saat tiba di unit dan masuk kedalam, ia melihat Kanaya sedang duduk santai di sofa sambil membaca novel yang tidak ia ketahui apa judulnya. "Hai". Sapa Aries dengan seluruh perasaan canggung. Kanaya hanya mengangguk, gadis itu menoleh pada jam dinding. Pukul 13.00 Dahinya mengernyit heran. Menahan diri untuk tidak bertanya mengapa laki-laki itu pulang saat hari masih siang. "Hari ini jadwal kamu terapi kan? Aku sengaja pulang awal". Kata Aries mengambil minum di dalam kulkas. "Janjinya jam 3". Kata Kanaya tanpa menoleh. Aries langsung meringis sendiri, mengutuk kebodohan diri sendiri. Ia terlalu awal. "Yaudah, aku mandi dulu". Kata Aries. Setelah mendapatkan anggukan dari Kanaya, Aries langsung menuju ke kamarnya. Saat sosok itu sudah menghilang kedalam kamar. Kanaya baru menoleh, bibirnya tertarik berlawan. Ia pun berusaha untuk bangung, meraih kedua tongkatnya. Lalu dengan susah payah dan segala usaha ia menuju pantry. Membuka kulkas, mencari bahan makanan yang bisa ia masak cepat untuk Aries makan. Laki-laki itu pasti belum makan. Ia menemukan ayam ungkep dan juga bahan-bahan yang bisa ia buatkan sambel untuk lauk. Tidak ada setengah jam, Aries kembali keluar dengan pakaian rumahan. "Kamu masak? Baru aku mau pesan makanan". Ujar Aries berjalan ke pantry. "Masih ada bahan di kulkas". Jawab Kanaya. "Makasih". Jawab Aries menerima piring yang sudah di isi nasi oleh istrinya. Kanaya hendak kembali ke ruang depan untuk menonton. Namun, Aries menahannya. "Temenin aku makan". Kata Aries. Kanaya pun mengangguk, ia menarik kursi di hadapan suaminya. "kamu udah makan?". "Udah". Jawab nya singkat. Aries mengangguk, lega mendengarnya. Dan suasana kembali hening. Ia mencoba mencari bahan obrolan bersama dengan Kanaya. Berusaha untuk mencairkan suasana di antara mereka agar tidak terlalu canggung dan asing. "Nay". Panggil Aries. Membuat Kanaya menoleh dan menatapnya. "Kamu enggak mau sesuatu? Atau pengin jalan-jalan gitu". Ujar Aries dengan nada ragu. Kanaya diam, memperhatikan Aries dengan lekat. Membuat laki-laki di depan nya terlihat gugup dan salah tingkah. Aries mengambil lagi ayam di piring menaruh sambel cukup banyak. "Boleh aku tanya sesuatu?". "Apa?". Aries terlalu bersemangat ketika Kanaya ingin menanyakan sesuatu padanya. Selama ini gadis itu hanya diam saja. Dan tidak pernah menanyakan apapun tentang nya. Jadi, wajar jika ia terlalu semangat sekarang. "Pernikahan ini, akan kamu bawa kemana?". Gluk. Aries langsung menelan ludahnya dengan susah payah. Dari sekian banyak pertanyaan yang bisa gadis itu tanyakan. Mengapa mengambil pertanyaan yang belum bisa ia jawab?. "Kalau memang tidak ada, bukan kah lebih baik jika kita selesaikan saja?. Bentuk tanggung jawab kamu, aku rasa sudah cukup". Jelas Kanaya dengan sorot mata yang tajam. "Ini tidak akan mudah". "Kenapa?. Bukan kah kamu terpaksa menikah dengan ku?. Pernikahan ini, hanya untuk membebaskan kamu dari segala hukum. Meski aku tau tanpa ini kamu sudah pasti bisa lolos dari hukum di negeri ini". "Nay, bukan itu alasan nya. Oke, sedikit. Cuma sedikit. Tapi, Papa mau aku bertanggung jawab sama kamu. Dan juga... Permintaan dari ayah kamu sebelum beliau meninggal". Ujar Aries menjelaskan. Dengan suara pelan di akhir kalimat. "Maksud kamu?". Tanya Kanaya dengan terkejut. "Sebelum Ayah kamu meninggal, aku menemuinya di ruang ICU. Beliau meminta ku untuk menikahi kamu.". "Kamu mengenal ayah ku?". "Tidak. Ku baru mengenal kalian saat kecelakaan". Jelas Aries dengan cepat. "Gak mungkin, kamu jangan bohong. Ayah ku tidak mungkin meminta orang asing untuk menikahi anaknya!". "Kamu boleh tanya sama dokter dan suster yang menangani beliau. Ayah kamu sendiri yang meminta pada ku dan Papa ku". Jelas Aries. Itu lah alasan mengapa ia tidak pernah mengabulkan permintaan Kanaya ingin berpisah. Karena, itu merupakan amanah. Ia tidak tau apa alasannya. Mengapa harus dirinya?. Padahal mereka tidak saling mengenal sama sekali. Kanaya merasa kepalanya pusing. Tidak habis fikir dengan apa yang baru saja ia ketahui. "Nay, kita jalani pelan-pelan ya?". Tanya Aries menyentuh tangannya. "Bagaimana dengan kamu?". Tanya Kanaya menatap tajam pada nya lagi. "Kamu punya wanita yang kamu cintai bukan?". Aries menelan ludahnya dengan kelat. Bagaimana Kanaya mengetahuinya?. "Aku..." Aries kehilangan kata-kata nya. Tidak tau harus menjawab apa. Kini kepalanya yang mau pecah. Kanaya langsung menyunggingkan senyum meremehkan. "Sebelum terlalu jauh, sebaiknya kita tidak usah memulai apapun. Kita akhirnya saja semua sampai disini". Ujar Kanaya padanya. Aries diam, ia menunduk sejenak. Memikirkan keputusan yang harus ia ambil. Ia tidak bisa menyakiti Dara, namun disisi lain. Jika ia berpisah, maka Papa akan marah besar. Mungkin juga Mama akan marah. Pasti akan sangat kecewa padanya. Bagaimana jika, kali ini tidak ada lagi toleran lagi dari kedua orang tuanya?. Akhirnya ia hanya bisa diam, memilih untuk tidak menjawab dan menyuapkan nasi kedalam mulut. Membuat Kanaya kembali menyunggingkan senyuman meremehkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD