BAB 3

1779 Words
" Sial.... " kembali Steff harus mengumpat karena sekuat apapun dirinya berusaha memejamkan mata, nyatanya tetap tak bisa. Sepertinya indera penciuman Steff begitu sensitif. Buktinya dengan beraninya Steff mulai mengendus wangi rambut Dara. Steff bergumam karena shampo yang dipakai Dara adalah miliknya. Tapi entah kenapa wangi shampoo itu justru mampu membangkitkan sesuatu dalam diri Steff. Bagaimanapun juga dia  adalah laki-laki normal yang langsung tegang jika sedekat ini dengan makhluk yang  bernama perempuan. Sebenarnya tubuh Steff sudah sangat lelah tetapi karena kehadiran Dara yang mengusik hidupnya, membuatnya tak juga bisa memejamkan mata. Ini pertama kali bagi Steff tidur seranjang dengan seorang perempuan. Salahkan saja dia kenapa tadi harus memaksa Dara agar tidur di kamarnya. Hanya karena ia takut dimarahi oleh Mama Risa akan tetapi ujung – ujungnya justru menyiksa dirinya. Steff kembali membalikkan badan nya untuk tidur miring kali ini menatap punggung Dara. Diambilnya helain rambut Dara , dimainkan dengan jari- jari nya. Arg sial, Steff tak tahan lagi jika seperti ini. Dengan mendadak dia bangun dari berbaringnya. Dan parahnya lagi adalah selimut yang membungkus tubuh Dara ikut tersingkap. Pemandangan dibalik selimut tebal itu mampu membuat Steff susah menelan salivanya.  Wanita itu, Andhara Ramadhani dengan kurang ajarnya hanya memakai bathrobe. Paha mulusnya terpampang begitu saja karena bathrobe yang dia kenakan naik hingga setengah paha. Sialnya lagi mata Steff  tak mampu berpaling ke yang lain. Steff mencondongkan tubuhnya di atas tubuh Dara. Dan wanita itu sama sekali tak terganggu. Masih saja tertidur pulas tanpa tahu keresahan hati Steff. Steff menghirup dalam aroma tubuh Dara. Wangi ini juga tidak asing bagi indera penciuman lelaki itu karena aroma yang menguar dari tubuh Dara adalah wangi sabun yang biasa digunakan oleh nya. Tangan Steff sudah terulur menyentuh wajah mulus wanita yang sudah resmi menjadi istrinya beberapa jam lalu. Mulai menelusuri pipi mulus yang tanpa noda hingga jemarinya berlabuh pada bibir merah muda milik Dara. Ingin rasanya  Steff mencecapnya tapi kesadarannya masih berfungsi dengan baik. Steff tak ingin Dara terbangun dari tidurnya dan berakhir satu tamparan di wajah tampan nya itu. Mungkin sangat dramatis sekali . Tatapan Steff beralih pada d**a  yang sudah bisa ia tebak pasti tak memakai dalaman apapun. Ujung dadanya tampak menyembul, dan pada akhirnya pertahan lelaki itu luruh juga. " Bermain-main sebentar dengan nya sepertinya tak masalah. Lagipula Dara sudah menjadi istriku , " gumam Steff seorang diri.  Dia menyeringai saat berhasil membuka tali bathrobe yang dipakai oleh Dara. Perlahan tapi pasti ia menyingkap kain yang menutupi tubuh Dara.  " Shit.... " Umpatnya. Mata Steff tak bisa beralih ke lain nya. Benar dugaan nya jika Dara tidak memakai dalaman apapun dibalik bathrobe yang dikenakan. " Oke fine. Kamu sengaja menggodaku hemm ... lihat saja apa yang akan aku berikan untuk mu. Yang pasti kamu tidak akan pernah menyesal.... " Ucap Steff yang tidak disadari oleh Dara, karena gadis itu masih tertidur dengan pulasnya. *** Pagi harinya, Dara terbangun dari tidur nyenyaknya. Dia mulai menguap dan mulai membuka mata. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan seorang pria yang sedang tidur menghadap nya. Dara terkejut sedetik kemudian dia tersadar, dia ingat jika dirinya telah menikah dan lelaki ini adalah suaminya.  Segera Dara bangun dari berbaringnya. Saat membuka selimut pandangan nya tertuju pada tubuh Stefanus yang hanya menggunkan celana boxer tanpa baju.  " Aaaw...! dasar m***m. " Karena terkejut dan tidak terbiasa melihat laki-laki telanjang, Dara berteriak selanjutnya dia menutup mulutnya dengan tangan nya sendiri.  Stefanus yang merasa terganggu dengan suara teriakan Dara, sontak membuka matanya. " Apaan  pagi-pagi sudah berisik. " " Dasar m***m. bisa tidak jangan telanjang disini. " Steff terheran dengan perkataan Dara. " Siapa juga yang telanjang ."  protesnya kemudian. " Pake baju dulu kan bisa. kenapa harus telanjang . " Dara masih saja mengomel karena Steff bangun dan turun dari ranjang hanya menggunakan boxernya saja. Tanpa mempedulikan ocehan Dara , Steff melenggang menuju kamar mandi. Sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi Steff sempat berucap. " Biasa aja... kamu sendiri tidur juga tidak pakai dalaman. " Dara mendengar dengan jelas perkataan Stefanus dan mukanya memerah menahan malu dan marah. " Bagaimana dia bisa tau kalau aku tidak pake dalaman. jangan-jangan…. " gumam Dara lalu kedua lengan nya ia silangkan di depan d**a. " Arghhh...! sialan pasti semalem kamu ngintip kan... dasar m***m. " Dara berteriak dan terdengar tawa Steff yang membahana dari dalam kamar mandi. Semalam saat Dara sedang mandi, dia lupa tidak mengambil pakaian ganti di kamarnya. Awalnya Dara juga tidak berencana untuk tidur di kamar lelaki itu. Tetapi sebagai rasa hormat pada orang tua Steff, Dara meng-iya kan saja saat Steff menarik tangan nya untuk menuju kamarnya. Steffanus keluar dari dalam kamar mandi. Dengan bertelanjang d**a dan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya. Satu tangan nya sedang sibuk mengeringkan rambut yang basah. Dara tercengang melihat pemandangan di hadapan nya. Pagi-pagi sudah disuguhi sarapan yang menggiurkan. Dara yang tadinya berniat mau mandi hanya diam mematung menatap Steff. " Awas iler mu netes ...." celetuk Steff dan Dara secara refleks mengusap sudut bibirnya. " Ehh..." seolah baru tersadar pipi Dara bersemu merah. Dia terlampau malu pada lelaki di hadapan nya karena ketahuan jika sedari tadi tatapan Dara tak lepas dari tubuh atletis lelaki itu. Setengah berlari Dara segera menuju kamar mandi. "Astaga kenapa aku bisa terpesona. Beneran tidak menyangka kalau Pak Steff ternyata punya tubuh yang seksi begitu ...." Dara memegang kedua pipinya yang terasa memanas. Sementara itu Steffanus tertawa geli mengingat betapa lucunya wajah gadis itu yang merona saat melihat tubuhnya. Steffanus sudah selesai memakai bajunya saat ia mendengar teriakan Dara dari dalam kamar mandi. Steffanus bergegas mengetuk pintu kamar mandi karena takut terjadi sesuatu pada Dara. " Hei.. Kamu baik-baik saja kan. Kenapa kamu teriak-teriak. Buka pintu nya Dara." Steff mencoba membuka handel pintu tapi ternyata pintu dalam kondisi terkunci dari dalam. " Dasar mesum... kamu apain aku semalam. Argh ... Dasar m***m, genit, .... " teriak Dara dari dalam kamar mandi yang mampu didengar Steff dengan jelas. Sontak ia tertawa pasalnya Steff teringat apa yang telah ia lakukan semalam pada gadis itu.  " Pasti dia sudah melihat semuanya. " daripada ia terkena amukan dan cakaran macan betina, Steff memutuskan keluar dari kamar.   **** Dara sudah selesai membasuh tubuhnya. Setelah mengeringkan badan dengan handuk Dara hendak memakai bathrobe yang dia pakai dari semalam. Rencananya seusai mandi dia akan kembali kekamarnya untuk berganti pakaian. Tanpa sengaja dia melihat pantulan tubuhnya di cermin yang terpasang di wastafel. " Astaga.... Ini apa. Kenapa tubuhku banyak sekali bercak merah seperti ini." Dara meneliti tubuhnya. Banyak terdapat bercak kemerahan di tubuhnya. Dia semakin mempertajam penglihatan nya. Di leher ada sekitar sepuluh bercak merah yang sebagian mulai kecoklatan. Di sepanjang dadanya juga di area p******a nya hampir penuh dengan bercak merah itu. Pandangan Dara turun di area perut yang juga terdapat bercak merah tapi tidak seberapa banyak. Mata Dara kian terbelalak saat mendapati jika bercak merah itu hingga paha nya. Tadi saat mandi dirinya tidak fokus karena terlalu malu pada Steff. Hingga Dara tidak menyadari akan kondisi kulit tubuhnya. Mengingat nama Steffanus pikiran Dara jadi terfokus pada laki-laki itu. Ditatapnya lagi tanda kemerahan ditubuhnya. " Argh Sial...ini pasti ulah laki-laki m***m itu..." umpat Dara karena kini ia menyadari jika semua tanda merah di tubuhnya itu adalah kissmark. Dara sering melihat tanda seperti ini di leher teman sekantornya. Dara mendengar pintu kamar mandi nya diketuk dan pelakunya adalah Steffanus yang membuat Dara semakin bertambah kesal pada laki-laki itu.  " Hei.. Kamu baik-baik saja kan. Kenapa kamu teriak-teriak. Buka pintu nya Dara." "Dasar mesum... Kamu apain aku semalam. Argh.... Dasar m***m, genit, kurang ajar." teriak dara berapi - api. Dara bergegas keluar dari kamar mandi dan dia sudah tidak mendapati keberadaan Steffanus. Dengan perasaan dongkol Dara keluar dari kamar dan berniat untuk kembali ke kamar nya. Saat Dara hendak menuju pintu belakang dia bisa melihat jika Steff sedang duduk di meja makan bersama mama nya. " Dara mau kemana sayang. Ayo sarapan dulu. Pengantin baru jangan sampai melewatkan sarapan. Biar punya energi." Mama Risa berbicara pada Dara dengan ceria nya dan sedikit genit dengan maksud menggoda gadis yang sekarang sudah resmi menjadi menantu nya. " Iya ma... Dara mau ke kamar. ganti baju dulu. " " Oh ya sudah jangan lama-lama ya. " " Iya ma.. " Dara berlalu meninggalkan ibu dan anak itu. Sejujurnya Dara begitu murka saat melihat lelaki itu yang stay cool seolah tak memperdulikan nya. Rasanya Dara ingin mencakar wajah tampan nya itu karena Steff telah lancang dan berani menjamah tubuhnya. Sementara itu Mama Risa terus saja tersenyum sambil melirik putra nya. "Ehmm... Sepertinya ada yang sudah belah duren semalam." Steff yang sedang menyantap sarapan nya langsung tersedak mendengar ucapan Mama Risa yang terlalu v****r. "Eh pelan-pelan makan nya Steff..." " Mama kalau ngomong jangan aneh-aneh begitu kenapa." Steff menatap mama nya kesal yang justru dibalas sang mama dengan senyuman. " Dih anak mama yang ganteng sudah goal aja... Moga moga tokcer yah..." Mama Risa menoel-noel pipi Steff. "Apaan sih ma...  Lagian ya asal mama tau. Itu gadis nya mama masih ori. Belum Steff buka segelnya." " Hah... Jangan bercandain mama. Itu tadi mama lihat loh lehernya Dara penuh tanda cinta kalian." " Cuman stempel doang itu ma... Udah ah steff ke kamar dulu. " Steff beranjak berdiri dari kursi. " Loh ya Steff... Kapan mama bisa dapat cucu kalo kamu bisanya cuma buat stempel doang.. Ah payah nih anak mama. " Steff hanya bisa geleng-geleng kepala menghadapi kegilaan mama nya.   ***** Sekali lagi Dara memperhatikan penampilan nya di cermin. Kaos yang ia pakai tak mampu menyembunyikan hasil kreasi Steff di tubuhnya. Sedikit berpikir dan pada akhirnya Dara tak mau ambil pusing. " Bodo amatlah.. Paling juga yang lihat hanya Mama Risa." Dara termenung, ia berfikir apa mungkin dirinya sudah tidak virgin lagi. Dara masih terlampau marah. Tubuhnya telah terjamah oleh lelaki. Semburat merah nampak dipipinnya. " Jadi dia sudah melihat semuanya. " Dara teringat akan ucapan Steff yang mengetahui dirinya tidak memakai pakaian dalam. " Ah terang saja dia tau aku nggak pakai apa-apa. Ternyata dia tidak hanya ngintip tapi bener- bener ngeliat semuanya. Argh..." Dara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan . Dara sangat kacau. Antara sedih, marah, malu. Dia sedih saat mengingat tentang kevirginan nya. Menurut cerita teman yang sudah menikah, saat pertama kali kehilangan kevirginan  itu akan terasa sakit. Tapi saat ini Dara tak merasakan apapun. Area intinya juga terasa biasa saja tanpa ada hal ganjil yang ia rasakan. Dara marah karena Steffanus menjamah tubuhnya tanpa permisi. Seolah Dara adalah w************n yang bisa dijamah siapapun. Di satu sisi Dara juga merasa malu karena ia yakin pasti Steffanus telah melihat seluruh tubuhnya. Steffanus lelaki dewasa pertama yang berhasil mengetahui seluruh isi di balik bajunya. Sekali lagi wajah Dara merona hanya karena memikirkan hal itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD