Author POV
"ROSE! APA YANG KAMU LAKUKAN?!"
Rose terkejut mendengar suara teriakan Xander. Bahkan Xander berjalan dengan cepat dan menghampiri mereka. Rose membeku di tempatnya dan tidak bisa berkata apa-apa saat dirinya ditatap tajam oleh majikannya itu. Sedangkan Yura yang sedang menutupi pipinya dengan tangan itu malah tersenyum licik sambil mengeluarkan suara tersedu palsunya.
"Jelaskan apa yang sedang terjadi ?"
Baru saja Rose ingin membuka mulutnya dan memberikan penjelasan. Tetapi Yura lebih cepat menyelanya.
"Tu-tuan. Ma-maaf kan saya karena sudah membuat keributan. Tadi saya baru saja sampai dan ingin kembali ke kamar Tuan muda. Ta-tapi Rose menghalangi jalan saya, dan tiba-tiba dia langsung menampar saya." Ucap Yura dengan terbata-bata sambil berlinang air mata palsu.
Mendengar pengakuan palsu dari Yura membuat Xander geram. Pasalnya Yura bukan hanya pengasuh biasa untuk anaknya. Dan tentu saja Xander tidak mau jika Yura sampai mengundurkan diri karena kasus pembullyan ini.
Xander langsung melihat kearah Rose dengan pandangan penuh intimidasi. Sedangkan Rose hanya bisa menundukan pandangannya. Baru saja Xander ingin membuka mulutnya tiba-tiba.
Bruk!
Xander dan Rose sama-sama terkejut saat melihat Yura yang tiba-tiba pingsan. Xander terkejut karena takut terjadi sesuatu kepada Yura. Sedangkan Rose terkejut karena bingung melihat Yura yang pingsan karena telah menampar dirinya sendiri ?
"Max!" teriak Xander ke asisten pribadinya yang berada di belakangnya.
Dengan sigap Max langsung mendekat dan berniat ingin membopong tubuh Yura. Tetapi langkah nya berhenti saat Xander sudah terlebih dahulu mengangkat tubuh Yura dan menggendongnya ala bridal style.
"Bawa Rose kepada Nyonya Ann. Dan urus semua kekacauan ini." Perintah Xander sambil melemparkan tatapan tajamnya ke Rose.
"Baik Tuan." Jawab Max patuh sambil menunduk hormat.
Rose yang sudah bisa menebak bagaimana nasibnya setelah ini, langsung berlutut di hadapan Xander sambil menangkupkan kedua tanganya di d**a seraya memohon.
"Tuan... tolong maaf kan saya. Saya tidak menyentuh Yura sama sekali Tuan... Saya tidak pernah menamparnya." Ucap Rose sambil terus menggosok kedua tangannya sambil memohon pengampunan dari Xander.
"Besok pagi aku sudah tidak mau lagi melihatnya! Mengerti!" Titah Xander kepada Max sebelum meninggal mereka.
"Tuan... Tolong maafkan sayang Tuan!" Rose yang berniat menghampiri Xander langsung di tahan oleh Max.
Sedangkan Xander melangkah menjauhi Rose dan Max, tidak mempedulikan teriakan Rose yang terus meminta maaf.
Setelah Xander menghilang dari hadapan mereka. Max dengan cepat menarik Rose untuk berdiri dan menyeretnya ke ruangan Nyonya Ann yang menjabat sebagai kepala pembantu, yang tegas dan galak di rumah tersebut.
*****
Xander meletakan Yura dengan hati-hati di ranjangnya. Dengan pelan Xander menyentuh bagian pipi Yura yang memerah dan bengkak.
Tok! Tok!
"Masuk!"
Nyonya Ann memasuki kamar Yura bersama dengan seorang pelayan wanita. Mereka berdua menunduk hormat saat berada dihadapan Xander.
"Tuan. Maaf kan saya atas semua kekacauan ini. Saya pastikan Rose akan mendapatkan hukuman yang tepat." Ucap Nyonya Ann kepada Xander sambil menunduk hormat.
"Saya percayakan penyelesaian masalah ini kepada anda Mrs. Ann." Ucap Xander tegas dan santun. Bagaimana pun Nyonya Ann adalah orang kepercayaan keluarga Harrison dan juga pernah menjadi pengasuh Xander kecil.
"Baik Tuan." Jawab Ann sopan. Setelah itu Nyonya Ann memerintahkan Jasmine dengan gesturenya untuk mulai mengobati Yura.
Dengan patuh Jasmine menunduk dan mulai menghampiri Yura dengan membawa semangkuk air hangat untuk mengompres pipi Yura.
Saat Jasmine ingin menempelkan handuk hangat ke pipi Yura, tiba-tiba Yura menggerakan kepalanya dan membuka matanya perlahan.
Saat dia melihat Jasmine, Yura langsung berteriak histeris, lalu langsung bangkit dan berlari memeluk Xander. Tentu saja hal tersebut membuat Ann dan juga Jasmine terkejut.
"Tuan... saya takut." ucap Yura lirih sambil menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Xander
Xander menghela nafas kesal, karena dia mengira kalo Yura trauma karena bullying yang di lakukan Rose.
"Tinggal kan mangkuk itu di meja. Kalian berdua keluarlah." perintah Xander.
Akhirnya Jasmine dan Ann pamit dan meninggalkan Tuan nya dan Yura berdua. Dan tentu saja hal itu membuat Yura senang, karena Xander mulai memberikan perhatian untuknya.
Xander melerai pelukan Yura dengan lembut. Dia membawa Yura ke sisi ranjang dan menuntunnya untuk duduk di sana.
"Kamu tenang saja, saya akan menjamin keselamatan kamu di rumah ini."
Yura berusaha menyembunyikan senyumannya, padahal dia sudah berteriak senang dalam hati. Tetapi kesenangannya mati setelah beberapa detik.
"Karena kamu tidak mau di dekati oleh Jasmine. Jadi sekarang lebih baik kamu kompres pipi kamu sendiri. Karena saya tidak mau pekerjaan kamu besok terganggu oleh pipi kamu yang bengkak itu." ucap Xander pelan tetapi tegas. Lalu setelah mengatakan itu Xander keluar meninggalkan Yura begitu saja.
Mendapat perlakuan acuh dari Xander tidak membuat Yura gentar. Dia malah tersenyum sinis sambil menghampiri meja rias.
"Ini baru permulaan Xander. Aku yakin tidak lama lagi kamu akan jatuh kepelukan ku." ucap Yura percaya diri sambil memperhatikan dirinya dikaca dan membelai lembut pipinya yang merah akibat perbuatannya sendiri.
"Sepertinya aku harus melakukan hal yang sama untuknya." ucap Yura sambil tersenyum sinis.
*****
Sebuah taksi berhenti di depan cafe. Yura keluar dari taksi tersebut dan menghampiri Yuna dengan santainya. Yuna yang awalnya tersenyum senang melihat kembarannya sudah tiba, mendadak kedua bola matanya membulat melihat wajah Yura yang masih sedikit bengkak dan merah.
"Yura. Kamu kenapa ? Kenapa wajah kamu bisa seperti ini ?" tanya Yuna khawatir dengan kondisi kembarannya.
Yura langsung menepis kasar tangan Yuna yang mencoba menyentuh wajahnya.
"Gak usah berlebihan. Gua gak kenapa-napa." ucap Yura dingin.
"Tapi, aku itu kembaran kamu Ra. Mana mungkin aku gak khawatir. Apa yang kamu rasain pasti aku juga merasakannya."
"Oh ya. Klo gitu, apa lo pernah merasakan, gimana rasanya di perkosa bergiliran?" Hardik Yura geram.
"Mak-maksud kamu apa ?" Yuna terkejut mendengar ucapan kembarannya itu.
"Ck! Udah deh lo gak usah bawel. Mending lo sekarang balik ke rumah Xander!" Bentak Yura lagi.
"Dan mengenai Rose lo gak usah khawatir, gua udah menyingkirkan dia."
"Mak-maksudnya ?"
"Ck! Lo lebih baik gunakan kebodohan lo itu di depan Xander untuk menarik simpatinya. Dan satu lagi!"
PLAK!
Yura mendaratkan tamparan tepat di pipi kanan Yuna.
"Ke-kenapa ?" tanya Yuna sambil memegangi pipinya dengan mata memerah dan air mata yang mulai menggenang di matanya.
"Dasar bodoh. Kita harus merasakan hal yang sama kan." ucap Yura sinis sambil menunjuk ke arah pipinya yang merah dan bengkak.
Mengerti dengan maksud kembarannya itu Yuna langsung mengangguk pelan dan pergi meninggalkan Yura.
Yura yang melihat punggung kembarannya yang sudah pergi menjauh tersenyum sinis.
"Itu belum seberapa Yuna. Lo tenang saja. Karena secepatnya gua bakal bikin lo merasakan penderitaan seperti yang gua rasakan selama ini." ucap Yura berjanji pada dirinya sendiri.