02 KEAJAIBAN

1590 Words
Mereka sudah berkumpul dan siap berpetualang bersama, pasti sangat seru. Apa yang akan mereka dapatkan di petualangan itu? *** Dengan semangat membara Zell dan teman-teman berangkat berpetualang. Di perjalanan mereka asik ngobrol dan bercanda, sambil menikmati udara segar dan sejuk di pagi hari. Melewati persawahan, sungai-sungai kecil santai pepohonan rindang. Mereka kemudian melewati sebuah desa lain, bernama Lexda. Desa yang cukup indah dekat lereng gunung, saat di tengah pedesaan 4 sahabat tersebut melewati sekumpulan Cewek yang sedang ngobrol di depan rumah. Lalu para Cewek tersebut melihat 4 Cowok tampan itu lewat di depan rumahnya... "Aaaa...!" Cewek-cewek tersebut hanya bisa teriak histeris tanpa berkata lain. "Pada kenapa itu Cewek-cewek?" tanya Melio penasaran. "Biasa kalau liat sekumpulan Cowok ganteng lewat, Right?" Ben menanggapi. "Hahaha...," semua tertawa sambil melanjutkan perjalanan. Beberapa menit kemudian bertemu lagi seorang Gadis yang sedang bersantai di ayunan sendirian, Ben mencoba merayu gadis itu. "Hay... Lagi ngapain kok sendirian?" tanya Ben. "Gak apa-apa. Cuma ingin bersantai aja," jawab gadis itu sambil menunduk malu. Ben mencoba bertanya apakah gadis itu mau atau tidak ditemani, tapi teman-temannya menjitak kepala Ben hingga membuatnya sedikit kesakitan. Melio memperingatkan Ben supaya menghentikan gombalan konyolnya itu, karena lagi ada misi berpetualang. Arta juga tidak mau kalau sampai gagal gara-gara Ben. "Oke, oke! Aku mengerti," jawab Ben menyanggupi saran temannya. Mereka lalu melanjutkan perjalanan, namun diam-diam Zell menoleh kebelakang, melihat Gadis itu sambil mengedipkan sebelah matanya 'Thiinx' Sontak Gadis itu sangat kaget, langsung mimisan dan terjatuh. Melihat itu, Zell senyum-senyum dan tertawa dalam hati. "Zell, ngapain kamu senyum-senyum gitu?" tanya Ben penasaran. "Hehee... gak ada apa-apa," jawabnya, kemudian lanjut lagi. Mereka menuju air terjun yang indah bernama 'Vicink' di tengah pegunungan. Mereka cukup lelah melewati perjalanan namun lelah itu hilang dengan segarnya udara dan pemandangan di sana. Tak lama kemudian, akhirnya mereka tiba juga. "Wuahh... Akhirnya sampai juga kita," kata Zell dengan senang. Melio merasa kelelahan setelah menempuh perjalanan, dia segera mengusap keringat diwajahnya, teman yang lain juga merasa lelah. Ben yang paling semangat segera beraksi. "Ayo saatnya mandi besar!" sorak Ben. "Hah, mandi besar?" ketiga teman lainnya terkejut sampai berkata serentak. "Ben, Jangan-jangan kamu tadi malem..." "Ehh, maksudku mandi bersama, hehehe," kata Ben mencoba membenarkan perkataannya. "Ngaku aja deh. Tadi malem kamu habis ngompol istimewa kan?" tanya Arta. "Hah, apaan itu?" jawab Ben sedikit bingung. Teman-temannya hanya bisa menertawainya, tapi Ben tidak peduli dan menyuruh untuk melupakan perkataannya tadi. Selanjutnya Ben segera terjun ke air karena pakaiannya sudah dicopot. Kemudian diikuti temen yang lainnya juga segera mencopot pakaian dan mandi bareng di air terjun. Mereka cuma memakai celana dalam saja saat mandi. Mereka bercanda ria menikmati segarnya air terjun di pagi hari. "Ehh, gak ada Cewek yang ngintip kan, malu aku?" kata Melio kawatir. "Hahaha... mana ada Cewek ngintip, yang ada para Cowok yang doyan ngintipin Cewek mandi. Bener gak?" kata Zell menanggapi. "Benar. Tapi mungkinkah ada Cewek yang suka... Ah gak yakin, bingung aku," jawab Arta menanggapi argumen Zell. Ben juga berpendapat bahwa yang jelas banyak Cowok yang suka ngintip Cewek mandi, kalau pun ada Cewek yang suka ngintip, maka Cewek itu perlu di telusuri dan dipertanyakan. "Hahaa... Cewek langka itu!" kata Zell dengan sedikit bercanda. Melio pun menanggapi bahwa teman-temannya sedikit gila karena membicarakan hal tidak jelas. Lalu mereka mengganti topik, mencoba melakukan hal seru di air terjun itu. Ben mengajak lompat bareng dari atas tebing biar seru dan menantang. Dia bertanya kepada teman-temannya apa mereka berani atau tidak, Melio dan Arta setuju dan tidak takut sama sekali. Tapi Zell yang Phobia dengan ketinggian tidak ikut ajakan Ben. "Zell, kenapa gak ikut lompat? Seru lohh," tanya Ben. "Gak ah, aku takut ketinggian. Kalian saja sana!" jawab Zell. Mendengar hal itu Ben mengejek dan bilang bahwa Zell penakut, banci. Mendengarnya, Zell sedikit terpancing emosinya. "Apa kamu bilang? Sini aku gampar biar kamu tau banci apa bukan" kata Zell sedikit kesal, lalu Ben minta maaf dengan perasaan takut, meski itu hanya pura-pura. Mereka terlalu asik mandi di air terjun, mereka mandi sambil coba mencari ikan atau udang di situ. Zell pun melihat seekor udang yang cukup besar, namun sulit sekali ditangkap, udang itu malah bersembunyi di lubang batu yang cukup dalam. "Ah sial, udangnya kabur sembunyi," kata Zell. "Yahh, sayang sekali. Padahal enak tadi, mantap...," kata yang lain. "Udahlah biarin aja, coba cari lagi lainnya." Sudah cukup lama mereka mencari ikan dan udang namun hasilnya nihil, karena saat itu mungkin sudah diambil orang lain. Akan tetapi mereka cukup puas mandi di air terjun dan membuat badan segar. Arta mengajak untuk menyudahi mandinya, lalu istirahat sejenak. "Baiklah!" jawab mereka bertiga. Selanjutnya mereka keluar dari air, dan mencari tempat nyaman untuk istirahat. Mereka di bawah pohon beringin yang cukup besar, sambil ngobrol dan rebahan di tanah berbatu, tiba-tiba Zell melihat sebuah cahaya dikejauhan dekat gua. "Apa itu? Cahaya terang di dekat gua," kata Zell sambil menunjuk gua. "Hah, cahaya? Mana?" "Oh iya, aku juga lihat di sana," jawab Melio, lalu teman lainnya pun juga bisa melihat. Zell mengajak untuk mengecek ke sana daripada penasaran, tapi Arta khawatir jika itu berbahaya buat mereka. Ben mencoba menenangkan, "Gak usah takut kan ada aku," kata Ben sok berani. "Apaan sih kamu," kata yang lain meremehkan. "Cukup! Ayo kita cek, aku yang akan tanggung jawab," kata Zell sambil menepuk d**a sok jiwa pemimpin. Kemudian mereka menuju ke gua bercahaya itu dan saat mereka mau sampai, mereka mencoba pelan dan hati-hati sambil mendekat. Dan pada saat berjarak sekitar 10 meter, cahaya itu semakin terang, dan... "Whoaaa... kenapa ini tubuhku terasa berat," teriak Zell yang seolah-olah tubuhnya mulai ditarik kearah cahaya itu. "Whoaaa...," mereka bertiga pun juga mulai ikut ketarik ke sana. "Help me! Aargghhhr..." Zell sang pemimpin tertarik lebih dahulu karena paling depan. Arta mengkhawatirkan Zell karena dia sudah tertarik ke sana. Mereka semua juga tidak bisa melihat karena terlalu silau. Arta berpegangan pohon biar tidak tertarik, Ben juga sangat khawatir dan berpegangan batu besar, lalu Melio berpegangan tangan Ben. "Pegangan yang kuat, jangan sampai lepas Ben!" perintah Melio. "Aargghhhr... kurasa daya tarik cahaya itu terlalu kuat. Aku gak akan sanggup." Akhirnya Melio dan Ben juga ikut tertarik ke dalam cahaya itu karena hanya berpegangan batu yang licin. "Oh s**t, tinggal aku sendiri nih," kata Arta sangat cemas. Namun daya tarik cahaya itu semakin kuat "No...!" teriak Arta karena tangannya sudah sangat pegal berpegangan dan akhirnya lepas ikut tertarik juga. Daya tarik cahaya tersebut sangatlah kuat. Mereka berempat tertarik masuk ke dalam cahaya itu, tidak tau apa yang terjadi... Namun selang waktu sekitar 1 jam, cahaya itu tampak mereda. Dan terlihatlah mereka berempat pingsan di dalam gua. Zell yang mulai sadar pertama sedikit bingung. "Huh, apa yang sedang terjadi? Oh iya, tadi aku keseret cahaya aneh itu dan pastinya teman-teman juga ikut kena," kata Zell, kemudian melihat teman-temannya pada pingsan. "Woii... Bangun kawan! Sadarlah!" Melio segera bangun dan menanyakan mereka sedang ada dimana, Zell menjawab bahwa masih di pegunungan, di dalam gua. Sesaat kemudian teman lainnya juga segera bangun. "Jadi kita masih di sini. Aku kira sudah di Surga," canda Arta. "Kamu pengen banget mati. Enak aja, aku harus bilang apa sama Ibumu." Zell menanggapi sambil menjitak kepala Arta, dia pun sedikit kesakitan dan bilang cuma bercanda. "Syukurlah kita tidak apa-apa, kemana hilangnya cahaya tadi?" tanya Ben yang sudah sadar. "Entahlah, aku gak tau. Yang terpenting kita selamat," jawab Zell. Melio memberi saran daripada terjadi apa-apa lagi, mending segera pulang, karena mereka juga sudah lapar. Melio mengawali perjalanan pulang dan melihat sesuatu. "Batu apa ini, indah seperti kristal." Melio berkata dalam hati saat menemukan batu itu lalu mengantonginya. Ben dan Arta setuju dengan saran Melio karena mereka sangat lapar karena sampai terdengar perut keroncongan. Zell akhirnya juga setuju dan memberi ide untuk mengambil kelapa muda buat menunda lapar, karena jauh perjalanan pulang. Melio sangat setuju dengan Ide itu, lalu menyuruh Ben untuk manjat nantinya. Ben sedikit malas tapi demi sahabat akhirnya mau. Setelah berjalan sebentar, mereka menemukan pohonnya dan Ben langsung memanjat pohon kelapa itu. Mereka makan kelapa muda dengan membenturkan kelapa ke batu biar pecah, hingga mereka cukup kenyang. "Hmm... lumayanlah buat ganjel perut," kata Ben. "Aku cuci muka dulu guys, ke air sungai," pamit Zell. "Oke, nanti kami susul." Dengan hati-hati Zell segera menuju ke air sungai. Namun saat Zell ingin mencuci muka di air sungai, tiba-tiba airnya memancar keatas setelah dia mendekati air, airnya melayang ke udara. "Whoaaa...!" teriak Zell sedikit takut, "Apa yang terjadi?" Melihat ada hal yang aneh, dia menjauh dari air dan air itu jatuh ke semula. "Zell, ada apa?" teriak temannya dari jauh. Selanjutnya Zell memberanikan diri cuci muka lagi, tapi kejadian terulang lagi, air memancar keatas. Kejadian itu berulang hingga 3x, lalu Zell berpikir sesuatu... "Apa air itu karena ulahku?" Dia mencoba lagi, ternyata memang benar "Whoaa, ajaib!" kagum Zell. Ketika saat itu Zell mendapat penglihatan bahwa dia bisa memanipulasi air, disebut "Magic Air" lalu teman-temannya berlari menuju tempat Zell. "Woii... ada apa?" "Hehe, lihat ini!" pinta Zell, dia bisa membuat air melayang seperti ular, lalu digerak-gerakan. "Wah, gimana caranya kamu bisa melakukan itu?" tanya Arta. "Mustahil, seperti dalam Anime aja. Apa kita sedang bermimpi?" tambah Ben. "Tidak, ini nyata." Lalu Zell melempar ular air itu ke arah Ben, dia pun basah kena air. "Gila, beneran," sorak semua teman Zell. Melio berpendapat apakah karena cahaya itu, mungkin saja itu benar akan tetapi mereka tidak yakin. Kemudian Zell mengajak semua untuk segera pulang, dia sangat bahagia karena punya kekuatan Magic. "Okelah!" jawab lainnya, lalu segera melangkah pulang. Mereka semua tidak menyadari bahwa hidup mereka akan berubah dan tidak akan semudah dulu lagi. Akan ada banyak rintangan dan bahaya yang tidak masuk akal dalam hidup mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD