Chapter 23: Sejumput Benih Penebar Selaksa Harapan

1630 Words

“He, apa yang kau katakan itu benar?” Loka menjeda sejenak proses mengunyah manisan yang diberikan oleh Hayam Wuruk. Mereka kini duduk bersebelahan di atas batu besar di taman sebelah kamar Loka. Pada awalnya, Loka hanya berniat untuk berterimakasih dan berbasa-basi untuk sejenak saja. Namun, mendengar seluruh cerita Hayam Wuruk memperpanjang obrolan mereka dan tanpa sadar keduanya sudah menghabiskan waktu selama satu jam lebih. “Tentu saja. Penampilannya sungguh berbeda dari kebanyakan orang, seluruh tubuh dan kulit pedagang itu benar-benar cerah seolah mereka menyimpan obor di dalam sana. Rambut hitam panjang dan pakaian penuh corak—sangat berbeda dari kebudayaan Majapahit. Mahapatih bilang, mereka adalah orang dari tanah utara yang jauh. Bahkan dengan mengarungi kapal sekalipun, memerl

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD