bc

Dangerous Love

book_age16+
576
FOLLOW
2.3K
READ
billionaire
HE
friends to lovers
powerful
gangster
sweet
bxg
genius
city
childhood crush
like
intro-logo
Blurb

Kaya, pintar, dan atletis tidak membuat Vano merasa kehidupannya telah sempurna. Jauh di dalam lubuk hatinya, Vano tetap merindukan sosok yang mengisi kehidupan masa kecilnya. Sosok yang menghilang secara tiba-tiba, dan tidak lagi kembali tidak peduli selama apa Vano mencoba mencarinya.

Freya merasa bahwa kebaikan benar-benar telah meninggalkan kehidupannya. Setiap hari berusaha bertahan di jalanan yang keras, suatu hari dia dengan tidak beruntung malah harus bertemu kembali dengan pria berisik yang terus berusaha untuk mencampuri hidupnya.

Sepuluh tahun dipisahkan oleh takdir, mereka akhirnya dipertemukan lagi karena takdir yang mempermainkan hidup mereka.

chap-preview
Free preview
1. Prolog
Chapter ini memiliki ucapan kasar dan adegan kekerasan dalam rumah tangga yang tidak pantas dicontoh oleh pembaca dalam situasi apa pun. Kebijakan pembaca dibutuhkan untuk membaca chapter ini. Mata Freya tertutup saat dia menikmati usapan lembut yang ibunya berikan padanya saat dia tertidur di paha ibunya dengan nyaman. Freya sangat senang, karena hari ini adalah hari langka di mana sang ibu bisa berada di rumah bersamanya dan bersantai berduaan begini. Semenjak mereka mendapat bantuan dari wali kelas Freya, mereka akhirnya bisa mendapatkan kehidupan damai seperti ini. Ayahnya yang jahat tidak lagi terlihat di mana pun. Ibunya akhirnya bisa tersenyum, sementara dia maupun sang ibu tidak perlu takut dipukuli lagi sekarang. "Mama......" "Hm?" Freya tersenyum saat sang ibu menjawabnya dengan nada lembut. Gadis kecil itu dengan manja memeluk perut ibunya, lalu menenggelamkan kepala kecilnya dalam dekapan erat itu. "Aku menyayangi Mama. Aku senang Mama bisa bersama denganku hari ini," ujar Freya jujur. Sebelumnya, dia tidak pernah bisa mengungkapkan kalimat ini karena hubungannya yang rumit dengan sang ibu. Tapi setelah mereka bisa hidup dengan damai, dibarengi dengan ajaran Alexa tentang cara mengungkapkan kasih sayang, Freya akhirnya bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya dia rasakan selama ini. Freya diam-diam tersenyum saat dia bisa merasakan usapan sang ibu pada rambutnya terhenti sebentar, digantikan dengan ciuman lembut yang Freya terima di pucuk kepalanya. "Mama juga menyayangimu Sayang. Mulai sekarang, Mama akan berusaha untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersamamu oke?" Nara, ibu dari Freya sudah tahu bahwa selama ini anaknya tersiksa karena dia tidak bisa memberi anaknya sendiri kasih sayang yang layak selama ini. Freya tampak seperti anak pemberontak hanya karena tidak ada orang dewasa yang bisa mengajari gadis itu berperilaku dengan baik selama ini. Dalam situasi tenang ini, Nara hanya ingin dia bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan anaknya. Anaknya Freya, merupakan anak pintar yang berperilaku dengan baik. Nara benar-benar merasa beruntung, bisa diberikan anak seperti Freya dalam kehidupan sulitnya ini. Nara tidak tahu, bahwa ucapan sayang ibunya membuat Freya jauh lebih senang dari apa pun. Gadis itu benar-benar merasa bahwa selama dia bersama sang ibu, tidak apa-apa jika dia tidak memiliki ayah seperti anak-anak yang lain. Hidupnya bersama sang ibu sudah lebih dari sempurna, selama mereka bisa saling bertukar perasaan seperti ini. Freya baru saja berharap bahwa waktu akan berhenti pada saat ini, ketika pintu rumahnya tiba-tiba saja diketuk dengan kasar. Bukan hanya Freya, bahkan ibunya ikut terkejut saat dia mendengar ketukan yang brutal tersebut. Keduanya saling bertatapan dengan tegang, saat dengan hati-hati Nara mencoba mengintip siapa yang baru saja mengetuk pintu rumahnya dengan tidak sopan begitu. "KELUAR KALIAN BERDUA! AKU TAHU KALIAN ADA DI DALAM SIALAN!" Tatapan Nara langsung berubah horor saat dia mendengar suara sang suami terdengar dari luar rumah barunya. Padahal pihak dinas sosial sudah berjanji bahwa sang suami tidak akan menemukannya di tempat ini. Tapi entah tahu dari siapa, pria kasar itu benar-benar ada di depan rumah mereka saat ini. Tubuh Freya langsung bergetar saat dia mengingat sesakit apa pukulan ayahnya jika pria itu tengah marah seperti ini. Tidak. Dari suaranya saja, Freya sudah bisa tahu bahwa sang ayah tidak pernah semarah ini sebelumnya. Wajahnya setiap detik semakin pucat, saat dia meremas pakaian ibunya dengan sangat kuat. "Mama......." Padahal Freya baru saja berharap bahwa hidup mereka akan berakhir dengan bahagia mulai sekarang. Tapi seakan takdir tidak setuju dengan keinginannya, ayahnya benar-benar malah datang menghancurkan semuanya saat Freya dan ibunya baru saja merasa bahagia tadi. Untung sana Nara selalu mengunci pintu rumah mereka. Wanita itu mencoba memikirkan sebuah cara untuk menyelamatkan anaknya. Di situasi saat ini, Nara benar-benar yakin mereka bisa saja mati jika pria itu berhasil menerobos masuk ke rumahnya saat ini. Bruk "Dasar b******n! Sekarang kamu bahkan tidak ingin membuka pintu untuk suamimu bukan?!" Tapi suaminya tidak ingin menunggu Nara memikirkan sebuah rencana pelarian apa pun. Pria itu dengan nekat mendobrak pintu rumah Nara, untuk masuk dan langsung menyerang Nara yang secara refleks menyembunyikan Freya di belakang tubuhnya sendiri. Bugh "MAMA!" Hanya dengan satu pukulan, Nara langsung jatuh ke lantai dan tidak mampu bergerak untuk sementara waktu. Mata ayah Freya merah karena amarah. Dan dari mulut kotor pria itu, tercium bau alkohol menyengat yang menjadi tanda bahwa pria itu tengah mabuk saat ini. Melihat istrinya sudah jatuh, mata pria itu segera beralih pada Freya yang semula bersembunyi di belakang tubuh rapuh ibunya. Gadis kecil itu bergetar di seluruh tubuhnya, saat sang ayah mendekatinya dengan langkah sempoyongan. "Kau binatang kecil....... Kemari. Biar Ayah menghukum manusia tidak tahu diri sepertimu." Pria itu hampir saja berhasil memukul Freya saat sebuah tangan tiba-tiba menarik kakinya dengan susah payah. Nara dengan susah payah mencoba menahan kaki suaminya, saat dia berteriak keras pada putrinya. "Lari Freya! Minta bantuan pada siapa pun! Mama..... Mama akan menahannya di sini Sayang!" Bugh "Lepaskan kakiku dasar jalang sialan!" Tubuh Freya semakin bergetar saat sang ayah tanpa ampun menendang wajah ibunya sekali lagi. Kali ini, Nara tampaknya berusaha bertahan sehingga masih bisa sadar walaupun pria itu sudah memukulnya keras dua kali berturut-turut. Wanita itu menatap sang anak dengan putus asa, sebelum mencoba berteriak untuk sekali lagi. "LARI FREYA! DEMI MAMA, LARILAH UNTUK MEMINTA BANTUAN PADA SIAPA PUN!" Kali ini, kaki Freya secara refleks melangkah keluar saat dia meninggalkan ibunya dengan suara pukulan yang menyakiti telinga Freya. Air mata mengalir dengan deras saat Freya akhirnya bisa keluar dari rumah sederhana itu. Tatapannya berubah tidak percaya, saat dia melihat beberapa tetangga barunya kini tengah berdiri di depan pintu rumahnya tanpa ada keinginan untuk membantu sedikit pun. "Mama, Mamaku dipukuli di dalam! Siapa pun, siapa pun tolong bantu Mamaku!" teriak Freya dengan putus asa. Air mata mengalir deras di pipi mulusnya saat orang-orang dewasa itu hanya bisa mundur perlahan tanpa ada niat untuk membantu. Masing-masing dari mereka hanya bisa memerintah satu sama lain, seakan mereka tidak peduli bahwa saat mereka berdebat, seseorang bisa saja benar-benar mati di dalam sana. Seseorang memang bersedia menelepon polisi. Tapi Freya tahu berapa lama polisi bisa datang ke lingkungan rumah mereka. Terlalu menunggu saat ini hanya akan membuat ibunya terbunuh sebelum polisi bisa sampai di tempat kejadian. Freya tahu. Tahu sekali bahwa tidak ada satu pun tetangganya yang bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk orang asing seperti mereka saat ini. Dia dengan kasar mendorong siapa pun yang menghalangi jalannya, sebelum terus berlari ke arah tempat yang sudah dia hafal selama ini. Rumah Alexa berjarak tidak jauh dari tempat Freya tinggal baru-baru ini. Gadis itu ingat bahwa Alexa selalu mengatakan bahwa dia bisa meminta tolong pada wanita itu kapan pun dia mau. Freya juga tahu Alexa itu kuat, karena wanita itu sering melawan preman jahat yang menganggu daycare tempatnya bekerja dari waktu ke waktu. Freya tahu Alexa pasti setidaknya bersedia membantunya. Gadis itu berlari tergopoh-gopoh, sampai dia tiba di kompleks apartemen tempat Alexa tinggal selama ini. Freya bahkan tidak mau repot melihat lift saat gadis kecil itu langsung mengambil rute tangga untuk segera sampai di apartemen Alexa. Nafasnya sudah benar-benar hampir habis, saat gadis itu akhirnya tiba di depan pintu apartemen Alexa yang tertutup rapat. Ting tong Ting tong Ting tong "Bibi Alexa, ini aku Freya! Tolong buka pintunya Bibi! Hiks, tolong kami kumohon......" Dengan panik, Freya segera menekan tombol bel secepat yang dia bisa. Gadis itu dengan kasar menghapus air matanya, saat dia mendengar suara langkah kaki terburu-buru yang terdengar dari dalam apartemen. Pintu akhirnya dibuka, menampakan Alexa yang tampak bingung dengan kunjungan mendadak ini. "Freya, apa yang-" "Kumohon tolong Mama! Papa, hiks, Papa berhasil menemukan rumah baru kami dan memukuli Mama dengan keras. Hiks, tidak ada tetangga yang mau membantu kami....... Mama...... Hiks, Mama mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya......" Mendengar penjelasannya, ekspresi dari ibu teman dekatnya itu segera berubah serius saat dia menuntun Freya untuk masuk ke dalam apartemennya. Vano juga ada di belakang wanita itu. Anak kecil itu menatapnya dengan ekspresi khawatir, apalagi saat Freya datang dalam keadaan kacau seperti ini. Dengan lembut, Vano akhirnya mengaitkan tangan mereka menjadi satu. Vano menatap Freya dengan ekspresi kompleks, seakan dia tidak tahu apa yang sebaiknya dia katakan di situasi seperti ini. "Freya, masuklah ke dalam Nak. Bibi akan menolong mamamu, bersama Bu Imella dan orang-orang baik lainnya," ujar Alexa menenangkan. Wanita itu kembali ke dalam untuk mengambil ponsel dan memakai sepatu dengan cepat, sebelum berbalik ke arah anaknya yang masih mematung di belakangnya dengan tangan yang bertautan dengan tangan Freya. "Mama......" "Vano Sayang, tetaplah di rumah bersama Freya oke? Jagalah Freya untuk Mama. Ini urusan orang dewasa, kalian tunggu saja disini sampai semua urusan selesai. Vano, kunci pintu begitu Mama keluar. Jangan buka pintu untuk siapapun kecuali Mama sendiri yang memintanya," ujar Alexa mengingatkan. Vano berusaha protes, sebelum Alexa menunduk untuk menepuk kepala anaknya itu sekali. "Kali ini saja, Vano dengarkan apa kata Mama oke? Freya ketakukan Sayang, tugasmu sekarang itu menjaganya di rumah dengan baik dan menghiburnya," ujar Alexa sekali lagi. Menoleh pada Freya yang masih sesegukan, Vano akhirnya menyerah juga. Anak kecil itu mengangguk pelan, sebelum mengeratkan pegangannya pada tangan Freya untuk menunjukan keinginannya. "Freya jangan khawatir, Mama pasti bisa menyelamatkan Bibi Nara. Mama itu kuat, dia selalu bisa mengusir orang jahat yang berusaha menganggu kami di tempat Bibi Elina." Entah bagaimana, Freya akhirnya merasa sedikit tenang saat Vano muali menghiburnya dengan suara yakin. Freya perlahan-lahan mengangguk, menyatakan bahwa kali ini dia percaya pada ucapan anak laki-laki itu. Alexa tersenyum lega melihat Freya sepertinya mau percaya dengan ucapan anaknya. "Tutup dan kunci pintunya Vano. Jangan buka pintu untuk siapa pun kecuali Mama," ujar Alexa mengingatkan saat wanita itu akhirnya keluar dari apartemennya. Vano membawa Freya untuk ikut mengunci pintu apartemennya lagi, sebelum Vano membawa Freya ke sofa untuk duduk bersama di apartemen sepi itu. "Mereka akan baik-baik saja. Percayalah pada Mamaku, Freya," ujar Vano sekali lagi. Waktu terasa berjalan begitu lambat saat Freya tidak juga mendengar kabar lanjutan dari Alexa. Gadis itu mulai duduk dengan gelisah, sebelum dia akhirnya bangun dan melepas pegangan tangannya dengan Vano. "Aku akan kembali Vano. Mama membutuhkanku. Aku...... Aku meninggalkannya untuk dipukuli Papa demi datang ke tempat ini tadi." Freya belum sempat mengambil langkah apa pun saat Vano menahan tangannya lagi. Wajah anak laki-laki itu terlihat begitu khawatir, saat dia berusaha mengingatkan Freya tentang perkataan ibunya tadi. "Tapi Mama bilang itu urusan orang dewasa. Kita harus tetap berada di sini, sampai mereka kembali nanti." Freya menghempaskan tangan Vano dengan keras, sebelum mulai berteriak panik sekali lagi. "Biarkan aku pergi Vano! Bibi Alexa terlalu lama...... Aku harus mengecek keadaan Mama saat ini juga....." "Mama pasti bisa menyelamatkan Bibi Nara, Freya. Percayalah pada mamaku, dia pasti bisa-" "TAPI BIBI ALEXA BELUM JUGA KEMBALI! Mamaku........ Mamaku bisa mati Vano........ Hiks, aku harus memastikan agar dia baik-baik saja, juga memastikan bahwa Bibi Alexa baik-baik saja....." Vano mulai goyah saat Freya mulai membawa nama mamanya juga. Memang benar, mamanya biasanya tdiak memakan waktu selama ini untuk mengurus masalah seperti itu. Melawan preman-preman menyeramkan saja, mamanya itu tidak membutuhkan waktu selama ini. Perlahan Vano melirik pintu, berpikir mengenai langkah apakah yang paling tepat untuk dia ambil pada situasi saat ini. "Jika Vano ingin disini, kamu bisa tetap di sini. Aku akan keluar, aku harus kembali melihat Mama." "Tunggu." Saat Freya baru saja ingin membuka kunci apartemen Alexa, Vano akhirnya membuat keputusannya sendiri. Anak itu menahan sekaligus menyusulnya. "Aku juga ikut," ujar Vano sambil membantu Freya untuk membuka kunci rumahnya. Keduanya memakai sepatu masing-masing dan mengunci pintu apartemen, sebelum mereka berlari untuk menyusul Alexa yang telah pergi lebih dahulu daripada mereka. ***** Pandangan Freya kabur saat dia berlari kencang menuju rumahnya sendiri sambil berpegangan tangan dengan Vano. Seperti sebelumnya, orang-orang masih berdiri di depan rumahnya tampa ada niat untuk membantu sedikit pun. Freya membawa Vano untuk menerobos kerumunan itu. Jantungnya berdegup semakin kencang, saat dia mendengar keributan dari dalam rumahnya sendiri. "Aarrghhh! Lepaskan aku wanita gila! Kau ingin memenjarakanku begitu?! Jangan lupa tentang siapa yang membuat hidupku hancur p*****r! Kau yang seharusnya masuk penjara! Kau yang mengacaukan kehidupanku terlebih dahulu dengan alasan anak biadab itu!" Dari suara itu, Freya yakin bahwa pria jahat itu sudah berhasil dikalahkan oleh Alexa. Freya membawa Vano untuk semakin masuk ke dalam rumahnya dengan semangat. Wajah cerahnya perlahan terlihat ketakutan kembali, saat dia melihat ibunya yang berlumuran darah terkulai lemas di sofa yang mereka pakai untuk duduk belum lama ini. "MAMA!!!!" Freya yang baru datang segera menghampiri ibunya yang sudah pingsan di atas sofa tanpa memerhatikan wilayah di sekitarnya lagi. Fokus Alexa semakin kacau saat wanita itu melihat anaknya Vano pun ternyata ikut menyusulnya ke tempat ini. Anak laki-laki yang polos itu terlihat begitu terkejut, saat dia melihat kejadian kacau yang tidak pernah dilihatnya seumur hidup dengan mata kepalanya sendiri. "Mati kau!" Menyadari bahwa kekuatan Alexa banyak berkurang karena kedatangan anak-anak itu, pria di bawahnya menggunakan kesempatan itu untuk meraih kembali pisau di dekatnya dan dia gunakan untuk menusuk perut Alexa yang paling mudah dikenainya. Hanya ketika Freya mendengar suara ayahnya, dia akhirnya menatap Alexa yang sudah duduk dengan luka tusuk di bagian perutnya. Saat itu Freya merasa bahwa dia sudah tidak bisa bernafas lagi, saat dia melihat Vano berteriak lalu menubruk ayahnya dengan kekuatan penuh. "Aaaaaaaahhhhh!" Dengan pikiran kalut setelah melihat ibunya sendiri ditusuk tepat di depan matanya, Vano menubruk pria itu sampai terhempas dari ibunya dan ambruk ke lantai. Namun sebagai anak kecil, Vano tetaplah tidak sebanding dengan pria gila tersebut. Pria itu menampar Vano ketika berhasil bangun kembali, sangat keras sampai anak itu terhempas ke lantai dengan keras. "Bocah sialan! Beraninya kau-" Jleb Sebelum pria itu berhasil menusuk Vano seperti yang dia lakukan pada Alexa, Alexa yang telah terluka terlebih dahulu berhasil menusuk pria tersebut tepat di lehernya. Lelaki itu terlihat terkejut, sebelum menjatuhkan pisau di lengannya untuk menutupi lukanya sendiri. Pria tersebut ambruk terlebih dahulu, sebelum Alexa juga akhirnya ambruk ke lantai untuk sekali lagi. "Mama!" "........ Sudah kubilang......... Jangan keluar....... Bukan?" Freya menyaksikan Vano menangis saat ibunya yang terbaring berlumuran darah di lantai masih berusaha untuk menceramahi anak semata wayangnya itu. Tubuh kecilnya tidak bisa bergerak sama sekali, saat Freya mulai menyalahkan semua kemalangan yang menimpa mereka sebagai kesalahannya. Kuping Freya berdengung kencang saat dia tiba-tiba tidak bisa merasakam apa pun lagi. Siapa yang mengajaknya bicara setelah itu, siapa yang mengangkatnya setelah itu, Freya tidak bisa tahu apa pun ketika tubuhnya perlahan diangkat untuk dibawa ke ambulan oleh salah satu polisi perempuan. Tubuhnya perlahan meringkuk seperti bola, saat gadis itu sadar Alexa mungkin kehilangan fokusnya karena teriakan yang dia lakukan sebelumnya. "Salahku........" Freya terus menggumamkan kalimat itu, saat dia perlahan dibawa pergi dari tempat kejadian tersebut. To be continued

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook