BAB 3: RAJA

1616 Words
SELAMAT MEMBACA  ***  “Nanti temani Giwa ke Mall ya Bang??” Sejak tadi Giwa merengek kepada Raja, agar mau menemaninya ke Mall. Dia ingin membeli baju baru tapi malas pergi sendiri. “Pergi sama A’a ya, Abang ada urusan,” tolak Raja dengan halus. “A’a pergi, Abang kan lagi libur dinas, jadi tidak masalah sekali-kali temani Giwa, ya ya yaa Abang.” Giwa terus saja membujuk Abangnya itu agar mau menemninya. “Ayah kemana?” “Pergi main tenis.” “Bunda?” “Ikut Ayah kayanya, jadi rumah sepi. Mending Abang temani Giwa, Opa sama Oma pergi kerumah Tante Rara.” “Yasudah sana siap-siap,” ucap Raja akhirnya. Dia juga tidak tega membiarkan adiknya pergi sendirian. Cup… “Saaaayang Abang,” Giwa langsung pergi, untuk bersiap-siap. *** Di lain tempat Nawang bersama Leni tengah asik memilih barang-barang lucu di toko aksesoris. Mereka membeli semua hal yang menurutnya lucu. “Lucu kan Wang?” Leni memperlihatkan bandana warna merah muda kepada Nawang. “Lucu, tapi kok ada kuping-kupingnya. Kurang bagus kalau di pakai ke kampus,” ucap Nawang. “Ya kali, gila pakai bandana beginian kekampus. Maksudnya buat dipakai di rumah, lucu kan ya?” “Iya, beli sana kalau suka.” “Yasudah aku ambil ini juga deh, bagus. Kamu beli apa?” Nawang mengangkat sebuah gelang kain di tangannya. Sejak tadi dia asik memilih berbagai gelang-gelang yang menurutnya lucu untuk dia pakai. Setelah merasa cukup dengan apa yang ingin mereka beli. Nawang dan Leni langsung menuju ke kasir dan membayar belanjaannya. “Mau makan apa habis ini?” Leni sibuk memeriksa belanjaannya sambil berjalan. Sedangkan Nawang, dia tidak sengaja melihat seseorang yang dia kenal baru saja keluar dari toko pakaian dengan brand kalangan manuasia-manusia bertahta atas. “Wang, hei. Kok diam sih…” Leni yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari Nawang, menepuk pelan lengan Nawang. “Kayanya aku mau langsung pulang. Takut kena omelan sama Ayah.” Nawang terus mengamati orang yang tadi dia lihat, masuk ke sebuah restoran masakan jepang. “Yahh kok gitu. Yasudah, kalau gitu aku juga pulang aja ya.” “Iya…” Mereka pun berpisah untuk pulang. *** "Bunda..."  Giwa dan Raja tidak menyangka kalau mereka akan bertemu Dita di sini. Dita tengah duduk dengan santainya sambil makan sendirian. Raja meneliti penampilan bundanya dari atas sampai bawah. Kaos oblong yang di padukan dengan jaket kulit dan celana jeans robek - robek dan sepatu boot hitam. Raja tidak mengerti dengan selera berpakaian bundanya ini. Pasti bundanya pergi diam-diam tanpa seizin ayahnya. Karena Raja yakin ayahnya tidak akan suka melihat bundanya berpenampilan seperti itu jika pergi sendirian. Bukannya tidak pantas, meskipun telah memasuki usia kepala lima namun bundanya masih terlihat sangat muda. Apalagi di tunjang dengan wajahnya postur tubuhnya yang mungil, tidak akan ada yang percaya jika bundanya ini wanita berusia 50 tahun lebih dengan 3 anak yang sudah dewasa. "Kalian ngapain sih disini? Kalian ngikutin Bunda ya?" Dita menatap tidak suka kearah kedua anaknya. Pasti mereka akan berceramah panjang lebar. Dita merutuki putranya yang satunya, yaitu Rafa. Mereka sudah janjian akan pergi ke sircuit bersama, namun sejak tadi Rafa belum juga muncul. Justru malah putranya yang paling lurus hidupnya ini yang muncul. "Bunda ngapain disini? Bukannya pergi sama Ayah?" Raja bertanya kepada Dita. "Iya tadi Bunda pergi sama Ayah. Tapi Ayah lama mainnya tidak selesai-selesai. Bunda sudah izin kok sama Ayah, mau pergi ini sama A'a tapi tidak tau belum muncul-muncul." "Beneran Bunda sudah izin sama Ayah, kalau Abang perhatikan kok Bunda kabur ya..." "Adek sependapat sama Abang." Dita merasa seperti tersangka yang di kahimi oleh putra putri sendiri. "Kalian pasti mau makan kan, Ayo sini duduk. Ngapain berdiri terus." Dita langsung memanggil pelayan, dan memesankan makanan untuk anak-anaknya. Mereka ngobrol bersama, sambil menunggu makanan Raja dan Giwa tiba. Sedangkan dirinya sudah selesai dengan makanannya. Cup... "Sayang, kenapa disini. Tadi katanya mau ketemu Nawang ..." Tiba-tiba seorang gadis datang dan mencium pipi sebelah kanan Raja. Tanpa peduli apapun, dia mengambil kursi di samping kursi Raja. Kejadian itu sontak membuat Dita dan Giwa terkejut. Seorang Rajasa yang tidak pernah terlihat bersama seorang perempuan, tiba-tiba di cium perempuan. Sedangkan gadis yang tadi tiba-tiba mencium Raja tanpa permisi, duduk dengan santai di samping Raja. Sambil bergelayut manja di lengan kanan Raja. Dia adalah Nawang, sudah sejak tadi Nawang, memperhatikan Raja, Dita dan Giwa dari jauh. Melihat Raja yang dia kira adalah mantan pacarnya yang b******k itu bersama seorang perempuan, Nawang jadi memiliki sebuah ide untuk membalaskan kekesalannya karena di jadikan taruhan oleh Rafa. Tapi nyatanya tanpa dia sadari dia salah mengenali orang. "Kamu ini siapa?" Dita yang baru tersadar dari keterkejutannya kembali bersuara. Dia tidak marah, dia justru senang kalau ternyata putra itu memiliki tambatan hati. Dia jadi tidak perlu khawatir lagi dan berusaha menjodoh-jodohkan putranya dengan putri teman-temannya. "Saya pacarnya Abang, tante ini pasti Bundanya ya..." dengan tanpa beban, Nawang mengulurkan tangannya kepada Dita. Dita menerima uluran tangan gadis dihadapannya itu dengan senang. Nawang yang menerima sikap baik dari Dita pun merasa menang, apalagi melihat gadis yang sejak tadi bergelayut di lengan orang yang dia kira Rafa itu masih terkejut. Nawang tersenyum samar, sepertinya rencananya berhasil. "Jadi ini pacarmu Bang, ya ampun Abang. Kok nggak bilang sama Bunda dari dulu, kalau kamu sudah punya pacar. Cantik lagi, tau gitu kan Bunda nggak sakit kepala mikirin jodoh buat kamu Bang." Raja tidak tau harus mengatakan apa, dia sama sekali tidak mengenal perempuan yang tiba-tiba duduk dan mengaku sebagai pacar di hadapan bundanya itu. Dia ingin sekali mengatakan, kalau dia tidak mengenal perempuan sinting itu, namun melihat ekspresi bahagia dari bundanya, Raja jadi tidak sampai hati kalau harus mengatakan yang sebenarnya. Pasti bundanya akan kembali sedih. "Siapa namamu cantik?" Dita kembali bertanya kepada Nawang. "Saya Nawang Tante," jawab Nawang dengan sopan. "Sudah lama kenal Abang?" "Belum Tan, baru dua minggu." Raja hanya diam, dia membiarkan perempuan disampingnya itu yang menjawab pertanyaan Bundanya. Dia juga tidak tau apa sebenarnya tujuan dari perempuan itu mengaku menjadi pacarnya, Raja akan membiarkan perempuan yang katanya bernama Nawang itu untuk mendapatkan apa yang dia inginkan sebelum Raja mengusirnya. "Kamu punya pacar sudah dua minggu tapi nggak cerita sama Bunda Bang, keterlaluan kamu." Dita menatap sinis kearah putranya itu. "Abang belum sempat cerita Bun," jawab Raja singkat. "Jadi tadi Giwa ajakin ke Mall, Abang bilang mau ada urusan itu mau ketemu pacar Abang ya. Maaf ya, Giwa kan nggak tau, kalau tau Abang mau jalan sama pacar kan Giwa bisa ajak A'a." Giwa yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. Dia turut senang jika akhirnya Abangnya menemukan wanita yang dia sukai.  "Hallo, aku Giwa adiknya Abang." Giwa mengulurkan tangannya kepada Nawang, Nawang yang mengetahui bahwa perempuan yang sejak tadi dia kira adalah kekasih Rafa ternyata adalah adiknya. Siall...  Jadi untuk apa dia sejak tadi bersandiwara, lebih baik dia pulang... Di tengah-tengah obrolan mereka makanan datang, Dita langsung ngajak semuanya untuk makan. Untung tadi Dita memesankan makanan untuk Rafa, dan sekarang makanan itu di berikan kepada Nawang. "Nawang sekarang, kerja dimana?" Dita kembali bertanya, pasalnya dia penasaran dengan perempuan seperti apa yang berhasil menarik perhatian putranya. "Saya masih kuliah Tan." "Jurusan apa?" "Teknik Geologi..." "Kaya Pakde sama Bude kan ya Bun." Mendengar jurusan teknik geologi, Giwa langsung teringat dengan Pakde dan Budenya yang ada di Jogya mereka juga menggeluti dunia Geologi. Pakde dan Bude yang mereka maksud adalah Nares dan Fia. "Iya," jawab Dita singkat. "Semester berapa?" kali ini Giwa yang bertanya. "Semester 8..." mengetahui Giwa adalah adik Rafa bukan pacar seperti yang dia kira, Giwa langsung merasa malas melanjutkan sandiwaranya. Dia sebenarnya muak berlama-lama berada disana. "Berarti sudah mau skripsi ya..." "Ini sedang skripsi..." "Wah sudah mau lulus ternyata." "Bun..." Saat maka sudah hampir selesai, seseorang datang yang membuat Nawang hampir pingsan saat itu juga. Rafa mantan pacarmu berdiri didepannya sekarang, lalu siapa yang duduk disampingnya dan dia cium tadi. Nawang sepertinya kamu dalam masalah sekarang... "A'a kok lama sih, Bunda nunggu dari tadi." "Maaf Bun, tadi macet. Kalian sudah selesai makannya, ayo pulang..." "A'a kenalin, pacarnya Abang Raja." Dita menunjuk seseorang yang sejak tadi menunduk, Rafa pikir itu adalah temannya Giwa taunya pacar Abangnya. "Rafa," Rafa mengulurkan tangannya kehadapan perempuan itu. Dengan pelan dia mengangkat wajahnya. Rafa sedikit terkejut dan ingin tertawa. Kondisi apa ini, sejak kapan perempuan yang beberapa hari lalu masih berstatus pacarnya namun pagi tadi memutuskannya lewat sebaris pesan singkat dan sekarang justru menjadi pacar Abang kembarnya. Ini lucu ... "Kenapa A'a kamu kenal?" "Tidak Bun, A'a baru ketemu. Nggak nyangka ternyata Abang sudah punya pacar." Rafa melirik kearah Raja yang sejak tadi diam. Begitupun dengan Nawang, dia juga tidak membuka suaranya sedikitpun. "Ayo pulang, Bunda sama Giwa pulang sama A'a. Abang masih mau jalan sama Nawang kayanya. Ayolah kita pulang," Dita segera berdiri, mengajak Giwa dan Rafa untuk pulang. Sedangkan Raja hanya diam, dia tidak tau harus bicara apa. "Nawang, Tante pulang dulu ya. Sudah sore, nanti di cari Om. Besok kamu main kerumah Tante. Tante tunggu ya. Besok aja Nawang kerumah ya Bang, ini perintah Bunda." Nawang dan Raja hanya mengangguk, tidak tau kalau kesalafahaman ini akan berbuntut panjang. Setelah kepergian Dita anak-anaknya, Nawang juga ingin berdiri. Dia harus segera pergi dari sana. Ini tidak benar… "Mau kemana kamu?" Namun Raja lebih dulu menahan tangan Nawang, sedangkan tangannya yang satunya dia gunakan untuk mengusap pipinya yang tadi di cium sembarangan. "Maaf, sepertinya ini salah faham." Ucap Nawang dengan pelan. "Jadi kamu salah satu korban Rafa?" "Rafa, jadi dia Rafa yang asli. Lalu kamu..." Nawang tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Dia merasa sangat malu terhadap laki-laki di hadapnnya itu. Dia menciumnya tiba-tiba dan mengaku-ngaku sebagai pacarnya. Ini melakukan Nawang ... "Saya Raja ..."  “Jadi kalian kembar …” ucap Nawang dengan lirih. ****BERSAMBUNG****  JOGYAKARTA, 28 JULI 2021 SALAM E_PRASETYO 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD