Sebuah angkot melaju dengan kecepatan sedang, di dalamnya ada sepasang ayah dan anak yang diam tak bersuara. Mereka terlalu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Malam itu, saat keduanya mengutarakan penyesalan Pak Ari berjanji akan membawa Kania ke kediaman keluarga Pak Agus untuk membatalkan lamaran. Uang yang telah dibayarkan kepada Bahrudin akan dia jadikan sebagai pinjaman, semoga Pak Agus tidak marah. "Ayah, tahu tidak kenapa Kania nolak lamaran?" tanya Kania malam itu, mereka duduk berdua di atas kursi yang terbuat dari bambu. "Ayah kira Kania akan patuh, maaf, Neng geulis, usiamu berapa? Ayah juga sudah tua, ingin merasakan jadi wali nikah, jangan sampai kamu menikah pakai wali hakim karena ayah sudah gak ada." "Ayah ngomongnya gitu, ih," Kania mencebik manja. "Lha benar kan

