3

473 Words
Rachel berjalan cepat menuju kelasnya. Matanya sudah mulai memanas karena kejadian tadi, sejujurnya, Rachel hanya pura-pura berani agar Lisa tidak bisa terlalu semena-mena padanya. Rachel tidak tau, apa masalahnya dengan Lisa. Yang jelas, semenjak Rachel resmi berpacaran dengan Darren, semua siswi di SMA Bakti seakan-akan menjadi musuhnya. Kecuali satu, Luna sahabatnya.   Rachel menghela napas lega, saat ia berhasil sampai di depan kelasnya dengan aman tanpa Lisa dan dua dayangnya mengikuti. Jujur, Rachel sebenarnya tidak berani dengan ketiga makhluk itu. Mendengar berita tentang orang-orang yang pernah berurusan dengan mereka bertiga, membuat bulu kuduk Rachel berdiri.    "Lo diapain sama mereka, Syel?" sambar Luna begitu Rachel duduk tepat di sampingnya.   "Sama kayak sebelum-sebelumnya, Na," jawab Rachel pelan.   Luna menghela napasnya, "sabar aja, Syel."   "Selalu, Na," Rachel duduk di bangkunya yang berada tepat di sebelah Luna, "kayaknya gue tau, alasan Kak Mika ngajak lo backstreet."   "Apa?"   "Ya, mungkin Mika nggak mau lo bernasib kayak gue. Hampir tiap hari, Na, gue diginiin."   "Gue nggak merasa backstreet itu karena Mika takut gue kena amuk fansnya, gue lebih merasa kalo Mika itu takut kehilangan fansnya."   "Positif thinking aja, Na," Rachel tersenyum tipis.   Luna mengangguk, hening sesaat sebelum Rachel kembali bersuara.   "Apa gue sama Darren beneran putus aja, ya?"   "Heh, lo ngomong apa?!" protes Luna, "lo gila, Syel? Lo baru aja mau ngelepasin berlian."   "Buat apa gue nyimpen berlian, kalau cuman bikin hidup gue tambah sengsara?" tanya Rachel seraya menatap Luna sendu, "gue capek, Na. Tiga bulan gue bertahan, tapi gue merasa gue sendirian."   "Syel, lebih baik lo pikirin mateng-mateng dulu," nasehat Luna, "penyesalan itu selalu datang di akhir. Saat kita membuat sebuah keputusan tanpa pemikiran matang, ego kita selalu bilang kalo itu adalah keputusan yang benar. Padahal? Itu awal dari penyesalan kita."   "Na," Rachel menghela nafasnya, "lo yang paling tau kisah gue sama Darren dari awal. Lo tau, kan? Dia manis di awal doang, makin ke sininya? Dia makin nggak peduli."   Ucapan Rachel ada benarnya, Darren begitu mengejarnya, dulu. Waktu itu, Rachel masih ragu, namun Darren berhasil membuatnya yakin. Dan, kini, saat perasaan kaku Rachel sudah berubah menjadi sayang dan cinta, perasaan yang dulu Darren miliki seakan sirna.   Yang membuat Rachel kesal, Darren hampir tidak pernah ada di saat dia butuh. Seperti saat Rachel harus menghadapi tingkah anarkis para fans Darren, saat Rachel sedang membutuhkan dukungan dari orang tersayangnya, dan di saat Rachel terjatuh, Darren tidak pernah ada.   Alasannya? Darren bahkan tidak mau repot-repot memberikan alasan pada Rachel.             "Gini deh, Syel," ucap Luna membuat Rachel tersadar dari lamunannya, "kalo lo mau tetep kekeuh putus, jangan lo yang mutusin. Harus Darren yang mutusin, kenapa? Biar lo nggak nyesel, biar Darren aja yang nyesel."   Rachel hanya terdiam seraya menatap Luna dengan ekspresi yang tidak dapat dibaca.    Melepaskan apa yang telah ia genggam, apakah Rachel bisa?   Semoga.     Part 4     "Di dunia ini, tidak ada yang lebih baik dari Aku dan Kamu, menjadi kita."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD