Part 2

1343 Words
Dddrrttt... Dddrrtt.... "Emm.. Siapa sih malam-malam telepon!!" 'Halo...' 'Apa kau sudah tidur?, maaf mengganggumu malam-malam.. Karena disini pagi' ujar lelaki di seberang sana 'Siapa ini.. Ahh.. Maaf... Hi, iya aku sudah tidur.. Hari ini aku lelah.. Jadi... Tidur lebih awal..' 'Begitu rupannya.. Apa di sampingmu ada seseorang yang akan marah jika aku menghubungimu?' Aku mengernyitkan dahiku dan sedikit tersenyum. 'Aku masih sendiri tuan... Tidak ada yang marah.. Bahkan aku hidup sendiri, tanpa ada orang lain ataupun keluarga' jelasku 'Maaf.. Aku tak begitu pandai menilai seseorang... Apa aku bisa mampir ketempatmu saat aku sudah kembali dari bisnisku tentunya' 'Hmm akan kupikirkan itu, tuan' 'Ayolah... Berhenti memanggilku tuan.. Panggil saja Elvano' 'Baiklah El... Memangnya kau dimana sekarang?' 'Aku di Amerika, dan kau?' 'Di atas ranjang empukku tentunya!, hahaha... Aku di apartemenku..' 'Hahaha... Kau lucu juga ternyata... Tinggal di apartemen mana?' 'Apartemen Elite, kau tau?' 'Tentu.. Karena aku pemiliknya..' 'Benarkah? Kau tak nampak seperti CEO pada umumnya, yang sombong dan angkuh... Aku terkejut kau mau berbicara denganku, bahkan menghubungiku saat ini' 'Hahaha... Benarkah? Aku bisa menjadi orang lain saat bekerja, namun aku akan jadi diriku saat santai seperti ini..' 'Benarkah? Hmmm' 'Lanjutkan tidurmu, sepertinya kau akan sibuk esok' 'Ya tentu... Aku selalu sibuk setiap hari... Oh ya.. Anjingmu sudah semakin baik kondisinya, dia hanya perlu adaptasi saja' jelasku 'Benarkah? Syukurlah... Senang mendengarnya.. Terima kasih sudah menjaganya', 'Tentu... Sama-sama...' 'Baiklah... Sampai jumpa..' Tut tut tut "Astaga... Kenapa setiap berbicara pada lelaki ini aku jadi deg deg an..." gumamku Karena tidak bisa tidur lagi kuputuskan pergi ke dapur untuk meneguk sebotol soju, minuman beralkohol dari Korea ini sangat ku sukai. Aku berharap bisa tidur kembali setelah menghabiskan satu botol soju ini. Klontang... Klontang... Bugh... "Auh..." Sebuah alat dapur jatuh di atas kakiku dan itu sangat sakit. Membuatku harus secara perlahan untuk berpindah menuju kursi. "Ahh... Dan sepertinya tulangku patah..." Aku berusaha masuk kedalam kamar untuk mengambil ponsel dan menghubungi Raisa atau siapapun yang bisa mengantarkanku ke rumah sakit. Ddrrtt... Ddrrtt... 'Emm.. Apa ini sudah pagi?' suara Raisa yang terdengar malas 'Sa... Aahh... Tolong aku...' 'Kau dimana?' 'Apartemen' Tut tut tut Sepuluh menit kemudian, aku mendengar seseorang masuk kedalan apartemenku. Ceklek... "Kau kenapa?" tanya Raisa panik "Sepertinya kakiku patah.. Tadi tertimpa alat dapur" jelasku "Ayo aku antar ke rumah sakit!, apa kau bisa berjalan?" "Sakit, tapi ayo... Ahh" Raisa membantuku untuk berjalan menuju parkiran. Ia mengantarkanku ke sebuah rumah sakit terdekat. Sampai di rumah sakit, dokter melakukan ronsen. Dan benar perkiraanku, kakiku retak. "Dokter Sia, kami harus melakukan operasi pada kaki anda" ujar dokter jaga disana "Hmm.. Baiklah.. Lakukan" "Dok,biar aku yang melakukan operasinya" "Daniel..." ucapku terkejut melihat mantanku disana "Kenapa kau sangat ceroboh!" bisiknya padaku "Biar dokter lain yang melakukan operasi! Aku tak ingin mati di tanganmu!" bantahku "Sia... Kau!! Hah!! Tenang Dan... Sudahlah... Aku tak ingin berdebat, kita harus melakukan operasinya!!" "Dimana Raisa? Biar dia yang mengoperasi kakiku!!!" "Kau masih saja keras kepala! Raisa sudah dipindahkan ke rumah sakit lain! Dan aku yang menggantikannya! Makannya dia hanya diam saja di luar!" "Ah... Sialnya aku!" "Apa kau bilang?!" "Sudahlah kalian!! Sia, biar Daniel yang melakukan operasi! Kau tenang saja! Dia tidak akan berani mengganggumu lagi!" ujar Raisa menenangkanku "Baiklah jika kau berkata begitu" Daniel adalah mantan terburuk dan terakhirku. Kami putus karena ia berselingkuh dengan seorang dokter muda di rumah sakit tempat dia pelatihan dulu. Dan sampai saat ini, meski kami bertemu, selalu pertengkaran yang terjadi. Aku sudah di gelandang menuju ruang operasi. Perawat sudah memberikan obat bius padaku. Terakhir yang ku ingat aku melihat Daniel sudah siap dengan pakaiannya dan juga alat-alat untuk operasi. *** (Empat Jam Kemudian) Mataku terasa berat, aku mencoba membukanya perlahan. Berharap mendapati Raisa di sampingku dengan wajah paniknya. Aku suka saat melihatnya begitu panik. Itu karena ia sangat menyayangiku lebih dari saudara yang lain. "Kau sudah bangun?" suara Daniel terngiang di telingaku, sepertinya aku masih bermimpi "Ehm.. Dimana Raisa?" tanyaku "Ia sedang ke apotek membeli obat untukmu!, kau membuatku khawatir, Sia!" Aku menaikkan satu alisku dan berfikir bahwa saat itu aku benar-benar sedang bermimpi. "Kau tau lukamu sangat serius, beruntung aku yang menanganimu! Aku akan menjagamu selama masa penyembuhanmu!" lanjutnya "Apa kau sedang bercanda denganku? Kau ingin dokter mudamu memakiku lagi?" ujarku kesal "Sia... Aku sudah putus dengannya! Aku ingin kita perbaiki hubungan kita!" "Hah... Mudah untukmu berkata... Aku sudah tidak ingin memulai hubungan lagi denganmu!" "Beri aku kesempatan, Sia... Ayolah... Aku tau selama ini kau masih sendiri! Apa kau sangat terluka olehku? Aku sungguh minta maaf" sesalnya "Dan, penyesalan selalu datang terlambat, dan kau memang sudah sangat terlambat!! Aku sudah benar-benar melupakanmu! Biar Raisa yang merawatku! Pergilah!!" "Aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta lagi padaku seperti dulu, Sia!" "Terserah!! Coba saja kalau bisa, bahkan aku tak akan peduli dengan usahamu itu!" Ceklek.. "Apa aku mengganggu kalian?" suara Raisa yang baru saja masuk "Darimana saja kau?" "Hei tukang marah ! Aku mengambil obat untukmu, bukan meninggalkanmu!" "Usir dia..!" "Tidak bisa, Sia! Dia dokter yang akan merawatmu! Karena aku ada urusan di luar kota!jadi aku minta Daniel yang merawatmu" jelas Raisa "Hah..." "Baiklah, aku harus segera berangkat. Dan, jaga Sia... Jangan macam-macam!! Atau ku buat hidupmu sengsara!" ancam Raisa pada Daniel Aku hanya berdeham kesal, dan Raisa selalu begitu. Aku harus di rawat selama dua hari. Dan itu membuatku meninggalkan pekerjaan selama dua hari. Text Message From Tari 'Kau dimana Dok?' To Tari 'Di rumah sakit, aku baru saja operasi, kakiku retak tertimpa alat dapur' From Tari 'Kau selalu saja ceroboh! Kami akan kesitu, setelah selesai dengan klinik' Pasti akan membosankan menunggu mereka datang. Sebaiknya aku mencoba memejamkan mataku dari pada harus melihat senyum nakal Daniel di sampingku. "Apa kau tak ada kerjaan lain?" tanyaku kesal "Tidak ada.. Kebetulan hari ini aku libur, jadi tidak akan ada yang bisa menggangguku untuk menjagamu!" ujarnya dengan percaya diri "Aku ingin tidur, pastikan kau tak menggangguku!" "Tentu, Sia sayang..." "Sayang pala lo peyang!" Kenapa juga nasibku sampai sesial ini, bisa-bisanya aku harus berurusan dengan mantanku sendiri. *** Sorenya aku terbangun dan mendapati kedua temanku sedang asik mengobrol dengan Daniel di sofa. Aku berdeham untuk mengalihkan perhatian mereka dan ya aku berhasil. "Hi dear... Gimana?" tanya Nindi "Bad!! Kalian bawa apa untukku? Aku lapar!" "Sayang, aku sudah membelikanmu makanan. Ini masih hangat, makanlah dulu" ujar Daniel mencari perhatianku "Nin, Tar... Tolong beliin aku makan dong" "Kita bawa buat kamu, tapi tadi di makan Daniel, katanya kamu cuma mau makan makanan yang dia beliin" jujur Tari "what? Dan, apa-apaan sih! Aku udah bilang ya sama kamu! Aku ga mau balikan ama kamu!" tegasku "Setidaknya makanlah dulu, agar kondisimu membaik, makanan ini sangat baik untuk pemulihanmu dan ini juga salah satu makanan favorit mu!" "Aku tidak mau, lebih baik aku kelaparan!" "Baiklah kalau itu maumu! Permisi!" Daniel pergi dengan wajah merah padam karena marah atas sikapku. Ia memang tipe orang yang mudah emosi, jadi mudah bagiku untuk membuatnya marah. Satu penolakan saja dampaknya pasti akan besar. Jadi kemungkinan dia akan menyerah dan pergi dari hidupku. "Sia, apa kamu ga keterlaluan kayak gitu ke Daniel?" ujar Nindi "Gak, dia ga pantes di baikin! Baik aja di depan!busuk di belakang! Udah malea aku berhubungan sama dia!" ujarku kesal "Ya udah!, nih masih ada makanan, kamu makan gih" ucap Tari sembari memberikan sekotak makanan Aku melahap habis makanan itu. Setelah selesai makan dan meminum obat, namun aku merasa sakit di bagian kakiku yang masih di balut leococrip. "Ahh.. Tar... Kaki aku sakit.. Panggilin dokternya, ahh" rintihku Tari berlari keluar dan memanggil suster, suster bilang dokter Daniel baru saja pergi. Dan mungkin akan kembali esok pagi, namun Tari memaksa agar suster itu menghubunginya dan memberitahukan tentang kondisiku. Ceklek... "Sus, bantu saya membuka perbannya" ujar Daniel yang terengah engah karena baru saja datang entah dari mana "Aahh... Sakit..." rintihku lagi "Dok, ada infeksi di bagian ini" ujar suster "Siapkan ruang operasi!" setelah mengucapkan kalimatnya Daniel pergi dari kamarku "Apa.. Ahh.... Operasi lagi?" "Kaki kamu infeksi, Sia... Otomatis kamu harus di operasi lagi!" ujar Nindi Suster dan kedua temanku menggelandang tubuhku menuju ruang operasi lagi. Dan aku mulai kehilangan kesadaran ketika Daniel di sampingku dan berbisik. "Kamu tenang ya sayang, aku akan melakukannya dengan cepat"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD