Menghilangnya Dean

884 Words
Dean memutuskan akan pergi ke tempat di mana rumah masa kecil mamanya, karena rumah itu murni peninggalan dari kakeknya, besar kemungkinan jika William tidak akan mengetahuinya, Dean hanya bisa berbahasa indonesia sedikit akan tapi bahasa inggrisnya sangat lancar, ia fikir orang di manapun akan mengerti bahasa inggris karena bahasa itu adalah bahasa internasional. Dean sudah menyiapkan segala sesuatu untuk kepindahanya ya lebih tepatnya ia akan segera pindah ke jakarta, tempat di mana rumah kakeknya berada dengan segala persiapan ia mulai memesan tiket via online. Keesokan harinya Dean sudah berada di bandara Incheoun seoul, ia terlihat sedang menunggu jadwal penerbanganya. "Mama...semoga saja si b******k William tidak menemukan ku " batin Dean sambil mendial suatu panggilan untuk seseorang. "Seo jun....aku percayakan perusahaan padamu" kata Dean pada sahabat nya yang mana akan mengurus perusahaan yang merupakan cabang dari perusahaan Maxwell yang perusahaan induk nya berada di new york yang sekarang di pimpin oleh sang kakak william, "Dean apa kau yakin dengan keputusanmu?" "Tidakkah kau memikirkan sekali lagi?" ujar Seo Jun, "Tidak...mungkin aku bisa memulai hidupku yang baru di sana dan aku ingin bebas dari mimpi burukku," "Baiklah, itu terserah padamu kabari aku jika kau masih ingat padaku," kata Seo Jun, "Hhhhhhh......," di ambilnya nafas panjang, "Sudahlah sebentar lagi take off" "Aku akan mematikan ponsel ku" Bip ...... Dean mematikan ponselnya sebelum Seo Jun sempat menjawabnya, lalu ia berjalan menuju pesawat yang akan segera pergi meninggalkan negaranya. Di sisi lain Melanie yang sedang berkutat di dapur sembari bersenandung lagu kesukaanya, "Hari ini kan ulang tahun pernikahan ku dan mas Hendra yang ke 8 ... ," gumamnya, "Mmmmmm.....apakah aku harus ke salon untuk memperbaiki penampilanku," "Aku yakin, Mas Hendra pasti lupa," Ia berdiri di depan cermin sambil berputar2, Mela yang memang sudah mempunyai kecantikan yang alami hanya perlu make up tipis dan gaun cantik sudah menunjang kecantikan, "Sepertinya aku butuh ke salon, aku butuh penampila baru agar terlihat lebih cantik di depan mas Hendra nanti," Setelah menjemput Dila dari sekolah, Mela berniat menitipkan dila pada orang tuanya karena ia berencana mengajak Hendra pergi makan malam hari ini, kini ia dan putrinya sudah berada di depan rumah orang tuanya butuh waktu 15 menit untuk sampai kesana, "Assalamualaikum ...," "Waalaikum salam ...," sang empu rumah bergegas membuka pintu rumah. "Nenek ...," pekik Dila dan berlari menghambur ke dalam pelukan Neneknya, "Waah.....cucu kesayangan nenek," Mela segera mencium tangan ibunya dan tersenyum, "Ayo masuk sayang kakek di belakang lagi kasih makan ikan," ujar sang nenek "Nenek Dila pengen kagetin kakek," katanya sambil tersenyum lebar, "Pasti kakek seneng banget lihat Dila di sini," ujarnya dengan nada yang imut, "Ya udah, kamu langsung ke belakang aja sayang," ujar sang nenek, "Bagaimana kabar ibu dan ayah, sehat kan?" "Alhamdulillah sehat nak kabar kamu sama Hendra juga baik baik aja kan?" "Baik juga bu," "Bu, kedatangan Mela kesini tadi mau nitip Dila," "Hari ini Mela sedang ingin merayakan ulang tahun pernikahan sama mas Hendra, rencananya Mela mau ajak mas Hendra merayakan berdua bu," Mela menatap ibunnya dan mengelus punggung tangan ibunya sambil tersenyum, sang ibu yang mengerti kalau anaknya membutuhkan waktu berdua dengan sang suami, karena itu di rasa perlu untuk menjaga keharmonisan rumah tangga mereka, "Baiklah, tinggalkan Dila di sini dan pergilah dengan suamimu...," kata sang ibu sambil terkekeh, Sebelum Mela menjawab gurauan sang ibu, Dila dan sang ayah datang dari arah belakang rumah, Mela langsung menyambut sang ayah dan mencium tanganya, "Pergilah nak, ayah senang kalau Dila di sini," Mela tersenyum dan segera berpamitan pada Dila serta kedua orang tuanya, sebelum pulang kerumahnya Mela menyempatkan pergi ke salon untuk merias diri seperti rencananya semula dan berbelanja beberapa baju untuk acara nanti malam. Paman Ben sedang tergesa2 menuju ruangan tuanya, setelah membuka pintu terlihat William sedang serius melihat ke arah map2 di atas meja, "Permisi tuan," "Ada kabar kurang baik," "Kabar apa paman?" "Ini menyangkut tuan muda Dean," ujar paman Ben dengan gugup, "Kenapa dengan Dean paman...?" William mengerutkan kedua alisnya, "Tuan ... kami kehilangan jejak tuan muda Dean?" ujar sang paman, "Bagaimana bisa menghilang paman, bukankah sudah ku suruh kalian mengawasinya ...," ujar William sambil melipat kedua tanganya di depan d**a, "Kenapa kalian bisa lalai..." "Maaf tuan ... tuan Dean sudah mengetahui kalau anda mengikutinya ...," "Bukankah kalian mengerjakan tugas yang kuberikan dengan baik lalu bagaimana bisa?" bentak William, "Segera cari keberadaan Dean," "Kenapa dia trus menghindariku apakah kami tidak bisa seperti dulu dad ...," ujar William di sertai tatapan sendu menuju ke luar jendela dengan dua tanganya yang berada di sakunya, teringat kisah masa lalu nya yang kelam dan semua itu masih teringat jelas di otaknya. Paman Ben yang baru keluar dari ruangan tuanya terlihat menghubungi seseorang dengan ponselnya, meskipun umurnya sudah tak muda lagi tapi kharismanya dalam bekerja masih sangat kuat, "Cepat cari keberadaan tuan muda segera, pergilah ke perusahaan dan cari tau melewati sahabatnya yang bernama Seo Jun," paman Ben mematikan ponselnya, ia berharap jika tuan mudanya segera di temukan, fikiranya sudah sangat pusing karena memikirkan kedua majikanya yang tak kunjung memiliki jalan terang tentang hubungan keduanya. Ia juga ikut andil dalam permasalahan kedua saudara ini karena ia sudah berjanji pada almarhum sahabatnya yaitu ayah dari kedua majikanya, bahwa ia akan selalu menjaga mereka dari orang orang jahat di sekitarnya, dan itu berhasil membuatnya egois dan mengambil jalan yang salah saat memutuskan suatu masalah di masa lalu yang berakibat seperti sekarang ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD