Esregnet

CELLA POV Udara lembap menerpa wajahku. Bulan Oktober di tahun ini sudah menginjak ke musim hujan, tanaman tumbuh subur berarti aku tidak perlu menyiramnya dengan susah payah lagi. Ya, aku sangat suka hujan. Entah mengapa, rintikan air yang jatuh selalu membuat tenang. Angin yang segar seolah-olah menjemput. Kulihat orang-orang berlari dengan kedua telapak tangan ditaruh di atas kepalanya, berharap agar tidak kebasahan, tapi apa yang terjadi? la tetap kebasahan. Beberapa pengendara juga memberhentikan kendaraannya dan memilih berteduh. Tetesan airnya membuat suara yang merdu di antara ranting pepohonan. Tumbuhan menggerakan daunnya seiring datangnya angin. Aku tepat di kamar, dari arah lantai dua di balkon, melihat semuanya. Pemandangan yang tidak pernah bosan kulihat. Segera lamunanku buyar. Seseorang berlari mengarahku Dan kusunggingkan senyuman manis. Suara sapaannya membuatku teringat akan sesuatu. "Queen Lala, main hujan-hujanan yuk!" Aku tersenyum. Itu panggilannya kepadaku. Permainan kesukaan kami berdua. Kutarik rok ke atas dan berlari menuruni tangga. "Mau kemana, Sayang?" tanya Bunda saat melihatku berlari sangat cepat. "Main hujan-hujanan sama Prince Avi, boleh 'kan Bun? Sekali ini aja," ucapku. Bunda tertawa sebentar. Tak lama bunda mengganguk membuatku tersenyum lebar dan berlari keluar rumah dengan cepat. Ya, cowok itu adalah sahabatku. Ia lahir di Jerman, dan tinggal di Indonesia. Semenjak aku balita umur tiga tahun hingga kelas satu SD aku bersahabat dengannya. Kebiasaan kita memang sama, daridulu suka banget main hujan-hujanan. Lucu 'kan? Kalo udah mau gerimis Avi pasti bakal jemput aku ke rumah, abis itu main deh, nggak ada bedanya. Baru beberapa detik, rokku sudah kotor. Cipratan lumpur yang kuinjak sudah mengenai baju. Kami saling menatap sebentar, dalam benakku sudah ada rencana untuk mencipratkan lumpur kepadanya. Aku kalah cepat, ia sudah lebih dulu menyipratkannya. Sontak, aku membalasnya. Aku dan dirinya tertawa lebar ketika melihat muka kami yang sama-sama cemong, Hari itu adalah hari yang paling menyenangkan di hidupku. Kami bahagia hingga... keadaan berbalik dari kenyataannya. Aku berlari menuju halaman rumahnya yang bersebelahan dengan rumahku. Tapi di tengah jalan aku terpeleset. Hanya senyuman lebar dan tawa bahagia yang aku lontarkan kepadanya. Aku memancingnya untuk mengejar diriku dan ia berlari mengikuti dengan mimik wajah kagetnya. Mungkin kaget karena aku terpeleset. Tapi aku salah. la melirik kearah kanan dan sayup-sayup ku ikuti arah tatapannya. Aku diam tidak bergerak. Satu mobil mengarah kepadaku. BRUKK.. Tubuhku terbanting. Segera kuelap mukaku. Aku terkejut ketika banyak darah yang mengalir di pergelangan tangan. Dan aku takut darah. Dengan tubuh yang lemas kulirikkan mataku kepada seseorang yang tengah berjalan mengarah kepada darah yang bergelimpangan itu. "Oh Tuhan, bangun sayang bangun. Pak, Bapak harus bertanggung jawab!" Aku jatuh tersungkur, semua gelap. Tubuhku mati rasa. Selanjutnya biarkan waktu yang menjelaskan. Itu adalah secercah potongan masa lalu yang telah terbanting dan pecah. Aku sadar bahwa tak ada hidup yang selamanya sesuai kehendak. Apakah hidupku akan berubah, Prince Avi? [ESREGNET]