Modus Licik

1185 Words
"Sabar itu tidak ada batasan, tapi siapa yang bersabar pasti akan mendapat pahala tanpa batas" *** "Emang dasar cabe lo yah, kebanyakan bacot. Lo udah gangg..." "Uhuuuk..uhuuuk..." Alvaro sudah terbatuk-batuk karena Azzam sudah mencengkram kasar kerah baju pemuda itu. Kedua pemuda itu saling melempar tatapan tak bersahabat membuat Azura dan Intan saling melirik takut. "Lo ngomong apa barusan?" Kata Azzan dingin sembari masih mencekik kerah baju Alvaro. Azura sendiri sudah mengigit bibir takut. Intan hanya diam memandangi wajah Azzam yang bak pahatan tuhan itu, gadis itu hampir ngiler kalau saja Azzam tidak menggebrak meja membuat ia terlonjak kaget dan hampir latah tak karuan. "Udah Zam, gak usah diladenin. Udah yah, gue gak mau lihat lo berantem," Azzam melirik saudara kembarnya itu sekilas, lalu perlahan melepaskan cekikannya pada baju Alvaro membuat cowok itu langsung terbatuk-batuk. Azzam sudah menarik tangan Azura keluar dari sana meninggalkan tatapan-tatapan berbeda dari anak-anak. Alvaro sendiri masa bodoh malah kembali melanjutkan makan batagornya seakan tidak terjadi apa-apa. Intan hanya menggeleng melihat teman, sahabat dan juga ampas di depannya itu. "Masih bisa makan lo setelah bikin masalah?" Alvaro menyengir lebar dengan kekehan yang terdengar dipaksa, "Emang kenapa coba? Leher jenjang gue masih utuh, jadi masih bisa nelen makanan," Intan mendesah penjang sembari meraih mangkok siomay yang Azzam bawa tadi. "Gue makannya gimana ini?" Katanya sendu sembari menatap tiga piring di hadapannya itu. "Ada gue," kata Alvaro tanpa beban, Intan sendiri bingung dengan cowok jangkung dengan rambut hitam pekat di depannya ini. Selain pecicilan, Alvaro dikenal humoris, candaannya memang terdengar blak-blakan dan kadang kalau orang yang tidak kenal pasti akan marah. Seperti reaksi Azzam tadi, yang hampir menghajarnya. Tapi yang namanya Alvaro tetap tidak peduli pandangan orang terhadapnya. Dia memiliki sifat dan kepribadian yang membuat orang lain heran dengan tingkahnya. "Ini itu makanan yang Azzam beli, malu dikit dong lo," Alvaro mendelik kecil, "Ngapain mikirin malu njir, makan yah makan aja. Food is number one, malu is number terakhir," celetuknya tidak bermutu, Intan hanya cekikikan sembari memakan siomaynya. "Tadi pacarnya si cabe?" "Jangan panggil Azura cabe ih," Alvaro berdecak lalu menatap Intan serius. "Itu kembarannya dia, makanya lo jangan sembarangan ngomong kalau ada Azzam," cowok itu hanya bergedik ngeri sembari mencebikan bibir. "Apaan njir lebay amat," "Bukan lebay b**o, itu namanya bentuk kepeduliannya sama adiknya," Alvaro mengangguk pasrah tak mau berdebat dengan Intan. Karena kalau ia melanjutkan perdebatan yang tidak berfaedah ini, maka akan menghambat ia memakan dua piring siomay di hadapannya. *** "APA?!" Teriak Erza kaget, membuat istrinya yang sedang mengambil kue di kulkas hampir latah bilang ayam. "Siapa yang berani ngomong kasar sama kamu? Kasih tahu ayah sekarang, biar besok ayah labrak tuh anak," kesal ayahnya sembari mengepalkan tangannya erat, Azura hanya menyenggol tangan Azzam yang hanya mendesah pelan. "Gak usah, biar Azzam yang tangani," kata Azzam berusaha menenangkan, namun sang ayah malah menggelemg tidak setuju. "Gak bisa, ayah gak bisa diam aja disini. Masalahnya ini anak kesayangannya ayah, masa dibilang begitu. Kurang ajar banget tuh anak, belum tahu apa yah siapa ayahnya?" Gerutunya lagi masih dengan emosi yang meluap. "Apaan sih mas lebay," kata istrinya sembari meletakan kue dan minuman untuk suami dan anak-anaknya. "Ini bukan lebay sayang, ini anak kita dikasarin lho," Sang istri hanya menautkan alis bingung sembari mendudukan diri di sebelah suaminya. "Ngomong kasar gimana sih? Kasaran mana sama amplas?" Azura hampir mengumpat melihat wajah polos bundanya. "Serius dong sayang, makanya perhatiin anak-anak jangan sibuk di dapur aja," katanya sembari menoleh lagi pada anak-anaknya. "Aku sibuk di dapur buat kalian juga, kalau aku gak masak kalian mau makan apa? Makan batu? Apa makan amplas?"  Azzam sudah menghela napas lelah dengan kedua orang tuanya. Selalu saja begini, mereka berdua seakan punya dunianya sendiri. "Masa kamu mau kasih mas makan batu? Kamu mau mas kutuk jadi batu?" Aisyah membelalakan matanya kaget lalu memukul pelan bahu suaminya. "Oh gitu, biar kamu bisa cari istri lagi? Gitu?" Erza mendelik kecil, "Apasih, ngapain cari istri lagi. Satu aja galaknya minta ampun, gimana kalau dua," "APA?!" "Eh gak sayang, kamu cantik kok," katanya lalu melesat ke kamar diikuti Aisyah yang sudah cerocos panjang lebar. Azura menghela pelan sembari terkekeh geli, "Heran deh punya orang tua gini amat," Azzam menoleh lalu menepuk-nepuk kepala adiknya. "Udah sana tidur, besok gak usah hirauin tuh anak. Kalau dia sampai jahatin lo, telepon gue langsung," Azura mengangguk pelan sembari mengulum bibir. "Zam gue malas bangat harus naik tangga nih," rengeknya lalu berdiri diatas sofa, Azzam mengulum senyum lalu membiarkan adiknya itu menaiki punggung lebarnya. Azzam pun menggendong Azura menaiki tangga sampai ke kamarnya. Azzam dengan hati-hati menurunkan sang adik dari gendongannya membuat Azura tersenyum lembut kearahnya. "Makasih yah Zam," cowok beralis tebal itu hanya mengangguk lalu menyempatkan mencium kening sang adik. "Jangan lupa wudhu sebelum tidur," Azura mengacungkan jempol sembari melihat sang kakak yang berlalu pergi meninggalkan ia sendiri di kamarnya. Cewek itu pun beranjak lalu melesat ke kamar mandi, mengambil wudhu seperti yang dikatakan Azzam. Azzam selalu ditanamkan sifat saling menyanyangi kepada sang adik, lebih mengutamakan apapun kebutuhan Azura. Karena ayahnya bilang, ia adalah penjaga buat Azura, yang harus melindungi dan juga menyayanginya tulus. *** Azura terlihat duduk di dalam ruangan OSIS menunggu anak-anak OSIS berkumpul. Katanya akan ada rapat dadakan, cewek itu sendiri merasa malas harus mengikuti kegiatan yang menyita waktu itu. Tapi mau gimana lagi, ia harus ikut. Pintu OSIS terbuka menampilkan Alisa dan teman-teman sudah tersenyum culas kearahnya. Azura membuang muka begitu saja tidak ingin berlama-lama melihat wajah seniornya yang menyebalkan. "Lo jadi anggota OSIS juga?" "..." "Kalau ditanya tuh jawab," "Malas," Alisa mendengkus lalu menggeser tubuhnya mendekat pada gadis berkulit putih bersih itu. "Maaf yah soal kemarin, gue gak sengaja nampar lo," cicitnya sembari menyodorkan tangannya pada Azura. Azura menautkan alis bingung merasa kaget dengan perlakuan Alisa yang aneh. "Lo maukan maafin gue?" Azura menghela pelan lalu meraih tangan Alisa pelan. Tak tega juga membiarkan tangannya menggantung lama-lama di udara. "Makasih yah udah maafin," katanya tulus, "Sebagai permintaan maaf gue, gue mau ngajak lo makan dikantin sebentar. Tapi ajak Azzam juga yah," Azura mengumpat dalam hati, jadi ini alasannya mengajak Azura baikan karena ia sudah tahu kalau keduanya bersaudara. "Eh sekalian ajak Kevin juga, iyakan Vin?" Cowok berkacamata bening yang baru masuk  itu pun menautkan alis bingung sembari melirik kearah Azura. "Lo maukan makan di kantin sama Azura, sama Azzam dan gue," Kevin memicingkan mata merasa curiga dengan sikap Alisa yang tiba-tiba baik. "Seriusan?" Ujarnya lebih ditujukan ke Azura yang hanya mengangguk lemah. "Oke," balas Kevin tanpa basa-basi. "Anak-anak belum pada kumpul juga? Lama amat dah," tutur Alisa sembari menoleh pada Azura yang hanya merunduk pada ponselnya. "Eh gue panggilin lagi deh," kata Alisa lalu mengajak temannya yang lain untuk ikut dengannya. Meninggalkan Azura dan juga Kevin di dalam sana. "Lo udah baikan sama Alisa?" tanya pemuda itu dengan mendudukan diri di mejanya. "Begitulah," balas Azura seala kadarnya. "Lo nanti pulang sama siapa?" Tanya Kevin sembari menatap Azura dari jauh, karena duduk di meja paling depan walau letak mejanya berhadap-hadapan. "Sama Azzam," "Oh" "Kenapa?" Tanya Azura pelan. "Gue mau ngajak lo pulang sama-sama," Azura mengerjap dengan mendongak kecil, menatap Kevin yang sudah tersenyum tipis padanya. Senyuman yang manis bagi Azura, ia baru menyadarinya sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD