82. Itu Sangat Menyebalkan

1061 Words
Selama di perjalanan menuju apartemen, Erina terlihat lebih banyak diam dibandingkan bertanya pada seorang lelaki yang sibuk mengemudikan mobil agar berjalan mulus dan selamat sampai tujuan. Akan tetapi, suasana canggung itu seakan tidak berlangsung lama. Tepat ketika mobil mewah berhenti di depan lampu lalu lintas, Erina pun menegakkan tubuhnya membuat Zhou Yuan melirik sekilas. “Ada yang diperlukan, Xiao Jie?” tanya Zhou Yuan formal. “Tidak. Aku hanya bosan,” jawab Erina menatap lurus ke depan melihat beberapa pejalan kaki yang melintas. “Apa ingin aku putarkan musik?” tanya Zhou Yuan lagi. Namun, baru saja Erina hendak menjawab pertanyaan itu tiba-tiab ada salah satu pejalan kaki yang sangat familier di matanya. Ia terlihat mengenakan sebuah topi dan jaket kebesaran seakan ingin menutup diri dari siapa pun. Akan tetapi, Erina jelas sangat paham pada siapa pun itu kenalannya. “Boys Force?” gumam Erina pelan membuat Zhou Yuan kembali melirik gadis itu bingung. “Apa yang kau katakan, Xia Jie?” tanya Zhou Yuan secara tiba-tiba. Erina yang mendengar pertanyaan itu pun langsung tersadar, dan kembali menatap ke arah jalanan di depannya. Akan tetapi, ia tidak bisa menemukan lelaki itu sehingga membuat gadis itu menyandarkan tubuhnya kesal. “Tidak apa-apa. Aku tidak sengaja melihat kenalanku di sini, tapi sepertinya aku salah lihat,” jawab Erina menatap ke arah luar jendela berusaha untuk Zhou Yuan tidak menanyakan semua ini lebih lanjut. Seakan mengerti apa yang dikatakan oleh Erina, lelaki itu pun mengangguk singkat dan menjalankan mobil menuju apartemen yang telah disebutkan oleh bosnya. Tentu saja Alvaro memerintahkan ia untuk segera sampai di apartemen tanpa mampir ke mana pun tanpa sepengetahuannya. Akan tetapi, di tengah perjalanan itu tanpa sengaja kedua mata cerah berwarna cokelat milik Erina melihat pedagang tanghulu yang berada di pinggi jalan. Tentu saja hal tersebut membuat gadis itu langsung meminta Zhou Yuan menghentikan mobil. “Zhou Yuan, tolong berhenti sebentar! Aku ingin membeli tanghulu,” pinta Erina membuat Zhou Yuan menatap ke arah pedagangan yang terlihat sedikit ramai. “Tidak, Xiao Jie. Presdir Alva memerintahkan untuk kita langsung ke apartemen,” tolak Zhou Yuan menggeleng keras membuat gadis itu spontan mengerucutkan bibirnya kesal. “Ayolah, Zhou Yuan! Aku hanya menginginkan tanghulu. Sehabis itu baru kita lanjut ke apartemenku,” ucap Erina berusaha membujuk Zhou Yuan agar memenuhi permintaannya. Zhou Yuan jelas terlihat ragu memenuhi kemauan gadis itu, sebab Erina jelas-jelas gadis kesayangan bosnya yang sama sekali tidak boleh terluka sedikit pun. Mungkin kalau lelaki itu mengetahui perbuatannya hari ini pasti akan terkena sebuah bogeman mentah yang sangat menyakitkan. “Ayolah, Zhou Yuan! Aku tidak akan memberitahu hal ini pada Presdir Alva, jadi kau tenang saja,” bujuk Erina dengan setengah merengek. Akhirnya, mau tak mau lelaki itu pun menyetujui permintaan Erina. Kemudian, ia menepikan mobil di bahu jalan yang terlihat sepi. Tentu saja bahu jalan di sana terlihat kosong sehingga Zhou Yuan bisa memarkirkan kendaraan di mana pun tanpa harus merasa takut kalau ada seseorang yang mengusirnya. Setelah itu, Erina pun turun dari mobil untuk membeli tanghulu yang berwarna merah tersebut. Senyum mengembang cerita terpatri jelas di wajah cantik nan polos itu membuat Zhou Yuan tanpa sadar ikut tersenyum tipis. Namun, tidak ada yang menduga kalau tiba-tiba Erina ditarik oleh seseorang membuat Zhou Yuan seketika mendelik terkejut, dan dengan cepat ia membuka pintu mobil. Akan tetapi, semua itu jelas kalah kecepatana dengan sang penculik yang ia rasa sudah merenacakan semua ini dengan baik. Sehingga lelaki itu pun kembali dengan tangan kosong. Mekipun begitu, Zhou Yuan harus segera mengabari Alvaro kalau Erina diculik oleh seseorang dari kenalannnya. Sebab, ia dapat melihat jelas dengan postur tubuh yang pernah dirinya lihat di salah satu majalah milik Alvaro. “Halo! Ada apa Zhou Yuan? Apakah Erina sudah sampai di apartemen?” tanya Alvaro terdengar ceria. “Maafkan aku,” sesal Zhou Yuan membuat Alvaro terdiam mematung. “Apa Erina sudah tidak bersamamu?” tanya lelaki itu setengah berbisik membuat Zhou Yuan sungguh menyesali perbuatannya sendiri, “Tidak, Presdir Alva. Dia sudah diculik oleh orang-orang dari Boys Force,” jawab Zhou Yuan tegas seakan ia tidak pernah takut apa yang selanjutnya terjadi. Sementara itu, di sisi lain, Erina tengah tidak sadarkan diri di sebuah kamar asing yang antah berantah keberadaannya. Ia menggeliat pelan ketika seluruh tubuhnya dirasakan sakit membuat gadis itu seketika membuka matanya dan menatap sekitar dengan wajah bingung. Kemudian, tatapan Erina terpaku pada pigura foto yang ada di nakas membuat gadis itu langsung mematung sesaat. Pikirannya melayang entah ke mana sampai tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menampilkan seseorang yang sangat Erina kenali. “Wah, kamu sudah bangun, Erina?” tanya seorang lelaki tersenyum senang. Namun, Erina hanya memasang tatapan datar. Ia sama sekali tidak menjawab perkataan lelaki itu meskipun bumi akan runtuh. Pantang hukumnya. “Oke. Ayah paham kamu tidak akan berbicara, tapi setidaknya katakanlah apa tubuhmu ada yang sakit? Kamu sudah pingsan sejak tadi dan belum terbangun sampai beberapa jam,” tanya Romi lagi. Kali ini lelaki itu mendudukkan diri di tepi tempat tidur menatap Erina tersenyum hangat. “Apa mau kalian berdua!?” kecam Erina. Romi tersenyum lebar mendengar Erina mau berkata meskipun sedikit dengan nada kecam yang membuat gadis itu terlihat seperti orang jahat. Walaupun pada kenyataannya sama sekali tidak. “Tentu saja kami berdua ingin kamu kembali, Erina,” jawab Romi santai. Mendengar hal tersebut Erina langsung tersenyum miring. “Apa harta warisan tidak jatuh pada kalian sehingga memaksaku untuk tetap tinggal?” Seketika emosi Romi pun tersentil ketika mendengar perkataan Erina yang terdengar sinis itu. Bahkan ia langsung mengepalkan tangannya kuat membuat perhatian gadis itu teralihkan sebentar. “Sudahlah. Aku bosan ketika semua orang memaksa warisan dan warisan. Apa di dunia ini tidak ada yang lain, selain masalah itu? Aku benar-benar sangat bosan dan muak dengan semua ini. Bahkan aku terkadang berpikir, kenapa Kakek melimpahkan semua hartanya padaku? Padahal aku tidak pernah memintar sedikit pun. Tapi, sampai detik ini aku baru saja,” jeda Erina menghela napas pendek. Akan tetapi, Romi sama sekali tidak menyela perkataan gadis itu. Ia tetap mendengarkan walaupun ada sebagian dari kalimatnya yang menyakiti hati siapa pun. “Kalau kalian berdua itu emang haus harta. Siapa pun pasti akan merasa kikir ketika mendapat harta sebanyak itu dalam satu malam. Tapi, maaf, aku tidak sepolos dulu yang langsung menuruti kalian berdua. Sekarang aku sudah tenang, jadi kalian berdua mendingan jangan mengurus hidupku lagi. Karena itu akan sangat menyebalkan,” lanjut Erina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD