Greylock 3

1548 Words
Le Fay Klan tertinggi di dunia penyihir, sebut saja raja dari penyihir. Belum ada yang bisa menandingi klan ini. Pemimpin klan ini bernama Chen Le Fay, seorang lelaki dengan kemampuan utamanya dalam bertarung tanpa menggunakan tongkat sihirnya, ia selalu menggunakan tangan kosong. Selain klan ini tidak ada yang bisa. Dan Rosa adalah orang pertama yang  bisa selain Chen. Hal itu membuat Chen lebih mewaspadai Rosa. Chen memiliki istri bernama Ying, dan dua orang anak perempuan yaitu Birdella dan juga Qiandra. Ying memiliki sihir yang sedikit aneh, ia lebih suka menggunakan tanaman untuk menjadi senjatanya. Tak hanya itu, tanpa tongkatnya, Ying juga bisa menyihir apapun. Anak Chen yang bernama Qiandra sudah memiliki seorang keturunan. Sayangnya Qiandra hamil dengan seorang manusia biasa. Kemurkaan Chen muncul kala itu, ia mengusir Qiandra untuk keluar dari mansion besar Le Fay, namun Chen yang merawat cucunya  bernama Yuwen. Dalam klan ini memang tidak seperti klan lainnya, Chen lebih tertutup dari klan lain. Salah satu alasannya adalah karena mereka semua ingin membunuhnya dan merebut tahtanya sebagai raja penyihir. Setiap dua ribu tahun sekali akan diadakan pertarungan untuk memperebutkan tahta itu. Dan hal itu akan terjadi beberapa tahun lagi. Dan semua penyihir dari empat klan bisa mengikutinya. *** "Sayang, sepertinya Abi merubah rencananya untuk menjodohkan Rosa dengan Yuwen.. Apa kau sudah tau?" ujar Ying yang sedang bersantai bersama Chen di ruang kerja "Tentu aku tau, tanpa Abi kemari.. Sepertinya Rosa berbuat kesalahan!, lagi pula aku tak bisa memaksa Abi, karena Yuwen bukan klan murni Le Fay" sesal Chen yang kini terlihat geram karena Yuwen bukan klan murninya "Sudahlah sayang, jangan salahkan Yuwen.. Dia tak tau apa-apa" Chen berdecak kesal karena belum memiliki keturunan laki-laki murni darinya. Kini mereka tengah melihat beberapa berkas yang menunjukkan bahwa banyak penyihir yang tinggal di dunia manusia mulai kembali ke dunia sihir. Hal ini tentu membuat Chen sedikit bingung, apa yang terjadi di dunia manusia?. "Sayang,kau ingat Revian? Sepertinya ia kembali ke dunia sihir bersama pamannya" Ying melihat berkas Revian di antara berkas lainnya "Tentu aku ingat, kedua orangtuanya memiliki peran yang penting saat perang itu. Revian dari dua klan tertinggi, kekuatannya pasti tak di ragukan lagi" jelas Chen "Ya.. Namun aku ragu, anak ini tidak bisa mengendalikan kekuatannya. Mengingat kejadian beberapa tahun lalu di dunia manusia" Ying memperlihatkan wajah khawatirnya "Sekarang usianya sama dengan Yuwen, ia pasti sudah lebih mengerti sekarang." Tiba-tiba Chen menghembuskan nafas panjang. "Ada apa?" "Qiandra datang" Chen berdiri dari tempatnya dan duduk di singgahsananya. Ceklek "Halo dad..." sapa Qiandra "Ada apa?" Chen tak begitu senang melihat kedatangan Qiandra "Aku merindukan Yuwen, apa dia ada disini?" "Yuwen ada di asrama" jawab Chen kesal "Ah.. Sayang sekali.." "Qiqi, ada apa sayang?" Ying melihat adanya satu hal yang Qiandra sembunyikan "Mom, sebenarnya aku hanya ingin berpamitan... Aku akan pergi ke dunia manusia... Edzard memberitahu aku mengenai suasana di perbatasan" jelas Qiandra " Ada apa di perbatasan, sayang?" lanjut Ying bertanya "Ada dark magic terdeteksi di dunia manusia, sepertinya seseorang ingin berulah dan mengacaukan beberapa hal di sana" "Siapa?" Chen mulai serius menanggapi laporan Qiandra "Moll Dyer..." "Tidak mungkin! Moll sudah lama sekali memutuskan hubungan dengan dua dunia!" bantah Chen "Moll kembali, dad. Edzard tak mungkin salah!" "Siapa yang menugaskanmu untuk kesana?" "Saveri.." "Berhati-hatilah! Terakhir kau hampir tak bisa kembali saat melawan Moll tiga ratus tahun lalu!" "Come on dad, aku yang sekarang sudah berubah. Kau tau sendiri bagaimana kekuatanku saat melawan baba yaga!" "Sudahlah kalian berdua! Kenapa selalu saja berdebat jika bertemu!" "Terserah kau saja!" *** Qiandra keluar dari ruangan itu,dan ia pergi menghampiri anaknya di asrama, ia juga menemui saudaranya Birdella disana. Qiandra hanya di usir dari kerajaan milik Chen, ia hidup sendiri di mansion kecil miliknya. Terkadang Yuwen berkunjung untuk melepaskan rasa rindu pada ibunya itu. Ceklek "Hi, kak..." sapa Qiandra pada Birdella yang tengah serius dengan berkas di mejanya "Hi, duduklah.. Yuwen akan segera kemari" "Terima kasih, bagaimana pekerjaan disini? Apa kau tak merasa jenuh?, Duduk seharian dikursi itu. " "Apa kau tak memiliki pertanyaan lain? Sudah dua ratus tahun, jika kau kemari selalu bertanya pertanyaan yang sama" "Hahaha... Benarkah..??" Ceklek "Mama..." "Yuwen, sayang... Sini peluk mama! " Yuwen menghampiri Qiandra dan memeluk erat tubuh mamanya itu. "Sepertinya kali ini mama akan pergi lama" celetuk Yuwen tiba-tiba "Kau selalu tau itu... Diam..! Jangan buat auntymu khawatir padaku!", "Anggap aku tak ada, silahkan lanjutkan perbincangan kalian.. Aku masih sibuk dengan berkas didepanku!" ujar Birdella Qiandra duduk di sofa yang berada di ruangan itu bersama Yuwen. Ia membuat perisai agar Birdella tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. "El escudo!!" TRING... SRING... "Kau selalu menyembunyikannya dari kami , Qi!" gumam Birdella yang melihat perisai yang dibuat Qiandra Qiandra tersenyum pada Birdella yang menatapnya tajam. Kini mereka sedang membicarakan sesuatu. "Bagaimana sekolahmu?" "Baik ma" "Rosa?" "Dia memilih Hara.." "Kau terlalu sering mengalah! Jangan seperti itu, Yu!" "Tak apa, ma.. Untuk apa aku mempertahankan seseorang yang bahkan tak mencintaiku" "Oh sayang... Kau selalu membuat mama khawatir.." "Mama, apa kau akan bertarung dengan dark magic di dunia manusia?" "Iya sayang! Kenapa?" "Tapi kekuatan mama tak bertahan lama disana" "Mama bersama uncle Edzard, sayang. Kau tenang saja" "tetap saja! Hal itu membuatku khawatir" Suara Yuwen meninggi karena kekhawatirannya "Yuwen, mama titip ini.. Itu adalah kalung dari papamu, sebenarnya... Papamu adalah klan murni Ravenwolf, kau adalah klan murni dari dua klan tertinggi" "Apa!!" Wajah Yuwen berubah menjadi geram. Selama ini ia tak pernah tau siapa papanya. Bahkan Chen juga berhasil di kecoh oleh Qiandra. "Jika dalam waktu satu tahun mama tidak kembali, kau akan tau siapa papamu!" "Dari mana aku bisa tahu, ma?" "Aku akan mengirim pesan, dan akan sampai jika aku tak kembali..." "Ma!" "Tenang sayang! Mama akan kembali secepat mungkin untukmu!" "Baiklah.." Yuwen menyimpan kalung yang diberikan Qiandra. Mereka nampak bersedih untuk kepergian Qiandra kali ini. Birdella yang tak bisa mendengarkan perbincangan antara ibu dan anak itu juga ikut merasakan kesedihan. SLING... TRING... Mantra untuk perisai pun hilang "Sudah selesai melepas kerinduan?" celetuk Birdella yang masih menatap berkas di hadapannya "Kak, aku pamit dulu.. Edzard sudah menungguku di perbatasan" "Hati-hati, jangan jatuh hati lagi pada manusia disana!" "Hahahahaha... Kau ini!" "Mama.. Aku kembali ke asrama dulu" pamit Yuwen "Iya sayang", Yuwen menundukkan kepala pada Birdella, dan keluar dari ruangan itu. "Jadi.... Kau sudah memberitahu Yuwen?" ucap Birdella tiba-tiba "Memang percuma memakai perisai jika ada dirimu disini!! Aku titip Yuwen.. Aku pergi dulu" "... Humo..." BUUSSHHH.... Qiandra menggunakan asap hitamnya untuk menghilang dari hadapan Birdella. Birdella menghela nafasnya, ia mengkhawatirkan adiknya. Meski hubungannya tidak terlalu baik, tetap saja Qiandra adalah keluarganya. *** Yuwen sedang berada di kamarnya, ia terus memandangi kalung itu. Seperti ia pernah melihatnya sebelum ini. Yuwen terus mengingat, siapa yang menjadi papanya. Yang membuatnya terkejut adalah klan Ravenwolf lah yang mengalir dalam dirinya. "Apa aku perlu bertanya pada Ros?" gumamnya "Kau ingin bertanya apa, Yu?" Suara Rosa muncul di kepalanya "Ros! Ah.. Aku lupa kau sangat ahli dalam hal ini.. Hahaha" "Cepat katakan sebelum Hara datang!" "Tidak ada.. Sudahlah.. Aku tak ingin merusak mood anak itu.. Terakhir ia melukai seseorang hanya karena menyapamu!" "Maaf, Yu.. Aku akan lebih berhati-hati lagi" "Bukan salahmu, Ros... Hara datang, bye Ros!" Telepati hanya bisa di lakukan oleh mereka dari klan tertinggi. Mereka tidak membutuhkan gadget ataupun alat lain dari dunia manusia. Mereka menggunakannya hanya untuk berjaga-jaga saja. "Dasar Rosa! Suka sekali masuk dalam pikiran orang.. Sepertinya kekuatan Rosa sudah naik beberapa tingkat..." gumam Yuwen lagi Ceklek "Yu..", seseorang tengah berdiri dipintu kamar Yuwen "Revi! Kau disini.." Yuwen nampak terkejut dengan kedatangan Revian "Sepertinya sihir untuk melindungi auraku berhasil mengecohmu! Apa kau jarang berlatih hah? Hara saja langsung tau saat aku menginjakkan kaki di gerbang"  terang Revian yang kecewa dengan menurunnya kekuatan milik Yuwen "Aku hanya terlalu banyak pikiran beberapa hari ini.. Maaf.. Masuklah" "Hahaha.. Coba lihat aku bersama siapa?" Seth masuk menyusul Revian, dan tersenyum melihat Yuwen. "Ah.. Kalian mengerjaiku! Ayolah.. Kita baru saja bertemu!, dimana Alvin?" Pertanyaan Yuwen membuat kedua lelaki itu terdiam sejenak. "Alvin sudah lama tak bisa di hubungi.. Kami tidak tau dimana ia berada!" terang Seth dengan wajah murung "Hmm begitu rupanya.." "Aku dengar kau mengalah pada Hara!, kenapa Yu?" "Rosa lebih mencintai Hara, untuk apa aku harus memaksanya?" "Hei.. Apa kau tak tau?! Rosa mencintai kita berlima!" terang Revian "Hahaha... Mana ada yang seperti itu!" bantah Yuwen dengan wajah penuh harapan "Jadi selama ini kau tak sadar ternyata, Hara yang memonopoli Rosa agar selalu dengannya! Apalagi aku dan Seth tidak ada disini" terang Revian lagi "Bagaimana kalian bisa tau?" Nampak wajah bingung Yuwen "Hei kau ingat kan kalau aku keturunan Ravenwolf murni.. Tentu saja aku tau!" sahut Seth dengan senyum miringnya "Baiklah.. Kalian menang! Lalu apa rencana kalian?" "Kita tahu bahwa Hara selalu ada di samping Rosa, kita juga akan melakukan hal yang sama, Hara hanya mendengarkan perkataan Rosa, dan Rosa selalu ingin kita bersamanya. Jadi mudah saja.." "Hmm.. Asal jangan sampai Alvin datang!" celetuk Seth "Ya, kau benar.. Alvin lebih parah dari pada Hara.. Dan kalian pasti ingat saat Alvin pergi, Rosa hampir membunuh papanya sendiri saat itu" tambah Revian "Aku ingat sekali, saat itu kita sedang bersantai.." sahut Yuwen "Baiklah.. Kita jalankan rencana itu, kita bersaing secara sehat.. Biarkan Rosa memilih pada akhirnya.. Dan siapapun yang Rosa pilih, kita harus menerimanya dengan senang hati" Mereka melanjutkan perbincangan mengenai kehidupan mereka saat di dunia manusia. Dan perbincangan itu berlanjut hingga jam malam yang mengharuskan mereka untuk tidur. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD