1. Sahabat b******k

1080 Words
"Na, kenalin ini pacar baru gue!" Ada apa dengan diriku. Aku hanya termangu ketika Raka, sahabat kecilku ini membawa seorang gadis ke depan ku. Gadis itu sangat cantik dan begitu serasi dengan Raka. Aku hanya bisa berdiri seperti patung ketika melihat genggaman tangan Raka yang begitu erat pada gadis itu. Tunggu! Apakah aku cemburu? Tidak! Aku tidak mungkin cemburu. Aku dan Raka adalah sahabat yang begitu dekat sedari kecil. Kami tumbuh bersama dan saling mengasihi. Namun .... sikap Raka yang begitu baik dan penyayang itu lah yang kadang membuatku serasa gila. Raka perhatian padaku, layaknya seorang lelaki yang menginginkan seorang perempuan. "Na, lo itu adalah nyawanya gue!" itu yang Raka katakan padaku dulu. Ketika ia melihatku hampir jatuh di atas sepeda yang sedang aku pakai. Waktu itu aku sedang belajar sepeda. Aku yang memang masih sangat baru, belum bisa menjaga keseimbangan. Sehingga aku jatuh ke sebelah kanan di mana ada aspal saat itu. Namun Raka dengan gagah beraninya, ia menahan sepeda itu, dan menghalangi tubuhku agar tidak jatuh ke aspal. Sehingga sikunya Raka menjadi memar dan terluka. Aku sungguh tidak bisa melupakan itu. Pernah juga, Raka membelikan ku banyak barang barang mahal ketika ulang tahunku. Ada tas, dan juga flat shoes. Waktu itu, Raka datang ke rumahku di malam ulang tahunku. Di malam hari sekali, pada pukul dua belas malam. Kedua orang tuaku mengijinkan laki laki itu masuk ke rumahku, tentu saja. Karena rumah kami memang bersampingan. Kadang Raka pun menginap di rumah ku. Ah, begitu banyak yang aku lalui bersama Raka. Aku kadang merasa kalau laki laki itu adalah separuh hidupku, dan begitu pun sebaliknya. Sehingga aku merasa kalau Raka menyukai diriku, namun hari ini ... "Siapa dia yang?" tanya gadis cantik, yang tanggannya Raka genggam. "Dia temanku!" jawab Raka, dengan kedua matanya yang tidak lepas dariku. Membuat semua harapan yang baru ku bangun itu runtuh seketika. Sakit dan ... aku tidak tahu harus berbuat apa. Sungguh, aku tidak menyukainya. Tidak! Tapi kalau dianggap hanya teman, aku merasa tidak terima. Aku sungguh tidak mengerti dengan diriku sendiri. "Iya, kita hanya teman." jawabku dengan senyuman yang begitu kupaksakan. Dua minggu setelah Raka mengenalkan gadis itu. Aku tidak terlalu dekat dengannya. Aku lebih dekat dengan Gio dan Daffa, juga Lani. Mereka adalah sahabatku, selain Raka. Namun mengenal mereka aku di sekolah SMK. Tidak seperti dengan Raka, kami besar bersama. Kami dari TK, SD, SMP, dan sampai SMK. Kami terus bersama. Sehingga kedekatan ku dengan mereka memang agak berbeda. "Si Raka punya pacar baru?" tanya Lani padaku. Saat ini kami sedang berada di kantin. "Iya, kemarin dia ngenalin pacarnya sama gue." ujarkku. "Gila! pacaran kaya ganti sendal aja!" ujar Lani. "Doi, udah biasa kaya gitu kan? masa lo enggak ngerti aja?" sahut Gio. Daffa yang sedang makan cireng menggeleng jengah. "Kesel banget, sama harga es campur. Kenapa sekarang mahal ya?" kelekarnya, keluar dari topik pembiacaraan. Membuat ku, dan yang lainnya kesal. "Eh, ko gue denger, kalau si Raka sama cewek barunya itu, kaya ada masalah ya?" ungkap Gio. "Maksudnya gimana?" tanya Lani. "Iya. Kan mereka baru jadian, tapi ko enggak romatis kaya sikapnya ke lo, na!" ujar Gio lagi. "Huss! ngaco lo!" ralat Reina. Namun percaya lah di dalam sana jantungku bertalu merdu. Reaksi tubuh ini memang sehebat itu, jika menyangkut seorang Raka Hardinata. Ah, entalah. "Iya, serius deh. Si Raka tuh, kalau sama lo beda banget. Lebih manis, perhatian sama gimanaa gitu. Kaya cinta mati sama lo tuh," tambah Gio lagi. "Dih, mana ada yang kaya gitu. Orang si Raka kan emang play boy akut. Sampe gue aja di mainin kan?" ujarku kesal, dan memang apa adanya. "Enggak ko, kayanya emang beda kalau sama lo tuh." tambah Daffa. Sehingga aku kesal, dan memilih pergi meninggalkan kantin. Yang sayangnya malah harus bertemu Raka di pintu masuk. Laki laki itu berjalan dengan pacarnya, namun anehnya tatapannya menyorot dalam padaku. Membuatku menggeleng menenangkan pikiran, karena kedua mata gelap yang indah itu begitu hebat menyerang semua pertahanan yang aku miliki. Merasa kalau Raka seberbahaya itu untuku. Maka aku pun segera berjalan cepat meninggalkan kantin. Sampai di koridor, aku mendengar desas desus. "Gue denger denger, kalau si Raka ngajak putus si Jessi!" "Masa sih, bukannya mereka baru jadian minggu lalu ya?" "Enggak tahu sih, tapi kayanya ada hubungannya sama si Reina sih!" "Hah! maksudnya gimana sih?" "Jadi Jessi cemburu sama Reina. Katanya sih, Raka sering curi curi pandang ke cewek itu. Dan yang lebih parahnya, di ** laki laki itu semuanya poto Reina. Bagaimana Jessi enggak cemburu coba!" "Ah, si Reina nya aja kali yang gatel. Sudah tahu kalau Raka udah punya cewek. masih aja enggak tahu diri, kaya yang enggak laku aja!" "Dih, si Reina emang dari dulu suka ngintilin si Raka kan? sampe setiap kali raka punya pacar, eh, ujung ujungnya putus kan?" "Jadi kasihan gue, sama mantan mantannya si Raka. Mereka tuh, pacaran paling lama satu mingguan. Putus deh, itu pasti karena si Reina yang terus gatel kan sama si Raka!" "kasihan! wajah cakep, tapi enggak bisa punya cowok, karena terjebak sama perasaan sendiri!" "Dih, bilang aja enggak laku!" Dan masih banyak bisik bisik yang lainnnya, yang cukup membuat telinga ini begitu panas mendengarnya. Perasaan selama ini Raka lah yang selalu membuntutiku. Melarangku melakukan ini itu, agar aku selalu bersamanya. Tapi hari ini, entah kenapa mereka bergosip begitu hebat. Sampai aku kehilangan kata untuk sekadar menyanggahnya. Aku berbalik hendak mendekati para gadis yang suka bergosip itu. Namun tiba tiba jessi datang dan menamparku. Membuatku kaget dan bingung. "A-ada apa?" tanyaku pada Jessi. "Enggak usah sok b**o! lo tahu apa yang tengah terjadi sama gue kan? lo senengkan?" Duh, ada apa sih? Aku sungguh tidak tahu dengan jalan pikiran gadis ini. "Gue enggak ngerti. Dan gue enggak punya salah sama sekali sama lo." sumpah, tamparannya panas sekali. "Enggak ngerti? sumpah lo enggak tahu?" Jessi terkekeh. Ia hampir menjambak rambutnya Reina. Namun suara seseorang menghentikannya. "JANGAN PERNAH LO NYENTUH DIA!" Suara Raka begitu tegas, sehingga membuat Jessi menarik tangannya kembali dengan decakan kesal. "Ka, dia tuh--" "Kita putus!" Raka menyelah kalimat yang akan diutarakan Jessi. Sekaligus, membuat ku dan Jessi kaget. Jessi menatap padaku dengan tatapannya penuh benci. Membuatku segera mengalihkan mata ini ke arah Raka. "Ka, ko lo mutus--" "Kita pergi!" Raka meraih tanganku dan mengajaku pergi dari sana. Jessi mencak mencak dan mengutuku. Ku hempaskan tangan ini dan menatap Raka tegas. "Ka, lo kenapa mutusin Jessi sih?" tanyaku. Raka menghela napas dalam dengan menatapku lembut dan dalam sekali. "kenapa ka?" tanyaku lagi. Raka meraih kedua sisi wajahku, mengecup keningku, kemudian pergi begitu saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD