Chapter 2

1915 Words
Lyzander memasuki ruangan yang selama ini dikunci oleh Ruse dan Alister, sebuah ruang singgasana milik Lyzander yang bahkan Dewan sekalipun tidak dapat memasukinya. Anehnya tidak ada debu yang mengotori tempat itu, karena Lyzander tidak menyukai sesuatu yang kotor. Vampir itu menurunkan Savanna dan duduk di pangkuannya, Lyzander yang kini duduk di singgasananya melihat ke arah Alister dan Ruse yang sudah berlutut di bawah tangga. "Turunkan aku!" desis Savanna, ia merasa kepalanya kini terasa sakit dan rasanya ingin merebahkan drinya. Lyzander mengabaikan perkataan Savanna, fokusnya kini tertuju pada Alister, Ruse, dan Magna. Tangan kirinya sudah memeluk posesif tubuh Savanna, sehingga wanita itu tidak bisa bergerak dan terpaksa memeluk tubuh Lyzander. Iris merah milik pria itu langsung saja menggelap menjadi hitam kelam, tanda ia ingin mendengarkan semua yang telah terjadi setelah ia tertidur. "Saya akan menjelaskan pada Anda, My Lord," ujar Alister yang kemudian berdiri menatap Lyzander. "Setelah penyegelan tubuh Anda, ruang singgasana ini kami tutup agar tidak ada yang dapat menggantikan posisi Anda. Saya ditugaskan untuk menjaga kastil ini oleh Pangeran Aizer dan Oliver." Lyzander mengangkat satu alisnya, merasa aneh dengan kedua sepupunya yang sudah berkhianat dengan ikut menyegel ia dan Creviear yang merupakan saudaranya yang paling setia. Untuk apa mereka memberi perintah menjaga kastil, sedangkan singgasana juga tersegel seperti dirinya. "Pangeran Aizer dan Oliver percaya, jika Anda pasti akan kembali terbangun dari tidur panjang. Karena itu klan lain tidak ada yang berani mengusik dan mencoba menguasai kastil ini," lanjut Alister. "Menggelikan, mereka yang menyegelku dengan Creviear, mereka juga yang menantikanku bangkit kembali. Aku tidak akan lupa dengan perbuatan mereka saat menyegelku." Perkataan Lyzander terdengar seperti ancaman yang nyata. Alister menundukkan kepalanya, sebagai kepala pelayan Istana Klan Balthazar, ia tetap saja takut dengan kharisma yang dimiliki Tuannya. Savanna bergerak gelisah di pelukan Lyzander, kepalanya terasa sakit dan jantungnya berdebar kencang daripada seharusnya. Perlahan cairin merah keluar dari kuku-kuku bersih milik Savanna. Lyzander yang mencium aroma darah Savanna langsung saja melihat wajah pucat Savanna dari dalam pelukannya. "Savanna!" teriak Lyzander. "Sa-kit," gumam Savanna yang masih memejamkan matanya. Tanpa banyak kata Lyzander menarik tubuh Savanna agar lebih mendekat, rambut yang tergerai milik Savanna disingkirkan Lyzander dan menampilkan leher jenjang Savanna yang terlihat begitu menggoda. Ditancapkan taring tajam Lyzander dan menghisap darah wanita itu dengan perlahan. "Ahh," desah Savanna yang mampu membuat Lyzander membuka mata saat menikmati darah Savanna. Lyzander menghentikan aktivitasnya, ia tidak ingin menerkam Savanna di depan pengikutnya. "Tolong, tubuhku terasa panas," gumam Savanna yang langsung saja membuat Lyzander menyeringai. "Aku akan ke kamarku, Savanna harus disembuhkan terlebih dahulu."  Lyzander bangkit dari duduknya sembari menggendong tubuh Savanna yang terasa begitu panas dan lemah. Pria itu langsung saja menghilang dari hadapan Alister, Magna dan Ruse. Wajah mereka bertiga langsung saja memucat mendengar perkataan Lyzander. "Mom, apa benar Savanna terjangkit virus Valtora?" tanya Magna yang terlihat khawatir. "Tidak diragukan lagi, Savanna terkena virus mematikan itu," jawab Ruse sambil menundukkan wajahnya. Ruse merasa bersalah karena tidak dapat menjaga putri angkatnya, ia menyayangi Savanna melebihi kasih sayang para manusia. Ruse sudah menganggap Savanna sebagai putri kandungnya, dan sekarang Savanna harus menderita karena virus mematikan itu. "Putriku," gumam Ruse sambil meneteskan air matanya.  Di sisilain, Lyzander membuka pintu kamarnya yang terkunci rapat dengan rantai dan gembok yang begitu besar. Ia memasuki kamar pribadinya yang sudah pasti sangat terawat dan bebas dari kotoran sekecil apa pun. Lyzander merebahkan tubuh Savanna di atas ranjang, kedua mata Savanna terpejam tetapi tubuhnya terlihat tidak bisa diam akibat terlalu panas dan rasa sakit yang sepertinya mulai menerjang tubuhnya. Vampir itu menaiki ranjang dan menindih tubuh Savanna, ia kembali mengelus leher Savanna yang sepertinya begitu sensitif akan sentuhan. Lyzander mulai kembali menancapkan taringnya dan menghisap darah Savanna. Sialnya darah Savanna juga membangunkan sisi liarnya yang terhadap wanita. Padahal selama ini ia dapat menahan hasratnya terhadap wanita manapun. "Sial!" umpat Lyzander yang kedua matanya kembali menggelap. Vampir itu perlahan mencium bibir Savanna, entah mengapa ia merasakan kupu-kupu mulai berterbangan di perutnya. Menggelikan, tetapi ia menyukai perasaan itu, perasaan yang bahkan belum pernah ia rasakan sebelumnya. Lyzander kembali mengigit leher Savanna di daerah lainnya, mengecap setiap tetes darah wanita itu benar-benar membuatnya menggila. Lyzander melepaskan gigitannya, ia mulai menjilati leher jenjang Savanna yang membuatnya mabuk kepayang. Rasa manis dan juga mint berpadu menjadi satu dengan aroma lavender yang membuatnya merasa tenang. Lyzander melepaskan pakaian Savanna, ia ingin sekali mengecap seluruh tubuh wanita yang akan menjadi istrinya kelak. Ya, ia sudah menentukannya, karena ia belum mengerti dan paham betul dengan dunia saat ini. Vampir itu mulai menciumi tubuh Savanna, mengigit dan menghisap darah Savanna perlahan-lahan. Mungkin akan terasa menyakitkan bagi Savanna, tetapi luka gigitan itu akan menghilang dengan cepat.  "Sa ... kit," gumam Savanna yang masih memejamkan kedua matanya. Lyzander tersenyum, ia merasakan hal yang sama seperti saat ia membantai para ras lain di masa lalu. Ia sangat menikmati detik-detik seperti ini, Vampir itu langsung saja menarik lembut tangan Savanna, mencium, mengigit dan menghisap darah wanita itu dengan perlahan. "Savanna," desis Lyzander. Wajahnya mendekat dan mengecup lembut bibir wanita itu, menjilat dan mengigitnya kecil. Ia benar-benar menyukai apa yang wanita itu miliki selain darahnya yang begitu menggoda. "Ahh ... kau milikku."  Lyzander menyeringai, ia kembali mencumbu tubuh Savanna yang kini tidak memakai pakaian yang menutupi tubuh mulusnya. Vampir itu menyentuh d**a Savanna, rasanya begitu kenyal dan pas di tangannya. Perlahan ia meremas d**a Savanna, dan ia dapat mendengar desahan wanita itu yang begitu merdu dan menggoda. Ia mencoba melakukan hal yang berbeda, Vampir itu mendekatkan wajahnya ke d**a Savanna. Mencoba menghisap puncaknya yang mengeras bahkan sedikit mengigit d**a wanita itu. Jantung Lyzander bahkan berdegup kencang, ia tidak tahu apa yang terjadi pada jantungnya. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, perasaan yang lebih menyeramkan dari menghancurkan beberapa ras sekalipun. "Sa-kit," gumam Savanna yang sepertinya mencoba bertahan dari rasa sakit yang menerjang tubuhnya. Lyzander kembali mengigit d**a Savanna dan menghisap darah wanita itu lagi dan lagi, merasa cukup ia kembali menciumi perut Savanna dan ciumannya semakin menurun sampai ke paha kanannnya. Lyzander kembali menancapkan taringnya, kali ini Savanna terlihat jauh lebih baik setelah ia menghisap banyak darah dari tubuh Savanna. Vampir itu membuka celana dalam Savanna dan menyentuh pusat gairah Savanna, Lyzander tertawa kecil melihat keawanitaan Savanna yang begitu terawat dan ia yakin Savanna masih seorang gadis. Wanita itu belum pernah sekalipun berhubungan intim dengan pria dan itu menjadi sebuah penghormatan untuk Lyzander. Lyzander membuka lebar kedua kaki Savanna, mendekatkan wajahnya, dan membuka lipatan pusat gairah Savanna dan mulai menjilati sampai menghisapnya. Ia dapat mendengar Savanna yang mendesah dengan tubuh menegang.  Wajah Savanna yang sudah tidak pucat perlahan membuka kedua matanya, ia merasakan sesuatu yang menggelitik di bagian bawah tubuhnya. Ketika ia merasakan sesuatu yang salah, Savanna langsung saja tersadar jika tubuhnya kini sedang bertelanjang bulat dan membuka kedua kakinya lebar. "Akh ... Lyzander!"pekik Savnna setelah ia melihat Lyzander yang sedang mencumbu pusat gairahnya. Lyzander menyudahi aktivitasnya, ia menegakkan tubuh dan melihat Savanna yang sudah menutup rapat kedua kakinya.  "Apa yang kau lakukan?" tanya Savanna sambil menutupi d**a dan juga pusat gairahnya. "Menyelamatkan calon istriku," jawab Lyzander enteng. "Bagian mana yang menjelaskan jika kau sedang menolongku dan bukan sedang ingin memperkosaku!" desis Savanna. Lyzander tertawa renyah, ia menjentikkan jarinya dan tubuh Savanna mulai terasa aneh. Tubuhnya kembali terasa panas dan ia menginginkan sesuatu. Savanna memeluk tubuhnya erat, dan menatap tajam Lyzander yang kembali mencoba membuka kedua kakinya. "Apa yang kau lakukan pada tubuhku?" cicit Savanna, kedua matanya terlihat mulai b*******h  Vampir itu tidak menjawab, ia merebahkan tubuhnya di sisi Savanna, menarik tangan lembut wanita itu dan menciuminya dengan lembut. "Katakan padaku ... Lyzander!" desis Savanna yang semakin terasa panas saat Vampir itu kembali mencumbunya. Lyzander tidak menjawab, ia membuka lebar kaki Savanna dan satu jarinya menerobos masuk ke dalam pusat gairah Savanna. "Lyzan-" Vampir itu membungkam bibir Savanna justru mendesah kala satu jari Lyzander mulai bergerak di bawah sana. Ia menambahkan satu jarinya dan mampu membuat Savanna melayang dan apa yang tubuhnya inginkan tercapai. Savanna mengalungkan tangannya ke leher Lyzander, entah apa yang merasukinya saat ini, tubuhnya menginginkan Lyzander.  Lyzander terus menggerakkan tangannya dengan bibir mereka yang saling bertautan dan bertukar Saliva. Tubuh Savanna mulai menegang dan akhirnya ia mencapai pelepasannya, Lyzander melepas tautan bibirnya dan tersenyum lebar. Ia menarik tangannya saat meraskan cairan hangat yang membasahi kedua jarinya. Lyzander menjilatnya hingga bersih sembari menatap Savanna penuh dengan gairah. "Tidurlah, aku tahu kau kelelahan, Istriku." Savanna tidak menajwab, ia hnaya memejamkan kedua matanya dan membiarkan Lyzander mengecup keningnya. Vampir itu menutup tubuh Savanna dengan selimut, dan kembali mengecup bibir Savanna sebelum ia pergi keluar kamar. "Aku akan kembali menemanimu, Sayang." Lyzander pergi dengan pintu yang terkunci rapat, tidak ada yang bisa memasuki atau keluar dari kamar pribadinya. Lyzander kembali keruang singgasana, ia kembali melihat Alister dan Ruse yang kembali berlutut menyapanya. "Ceritakan tentang zaman ini, dan aku akan mengambil keputusan setelahnya," titah Lyzander. Alister mengangguk, ia menceritakan tentang sistem Dewan dari semua ras yang kini hidup berdampingan. Tidak ada lagi kantung darah atau b***k untuk para Vampir, semua ras memiliki hak yang sama. Tidak boleh terjadi peperangan karena dunia saat ini bukan hanya milik manusia. "Dengan kata lain, aku tidak bisa membakar habis ras lain?" tanya Lyzander, Alister semakin membungkuk dan membenarkan pernyataan Lyzander. "Benar, My Lord." Lyzander mengangguk, saat terbangun ia memang ingin membalas dendam. Tetapi, saat melihat Savanna, entah mengapa rasa dendam itu menguap menjadi rasa keingintahuan tentang wanita itu. "Mengenai Savanna dan virus yang ia derita, aku akan menikah dengannya, apa aku perlu membuat kontrak dengannya?"  Alister dan Ruse tentu saja membulatkan kedua mata mereka. Lyzander yang mereka kenal tidak mengenal makhluk berjenis kelamin wanita. Bagi sang Raja, semua sama saja dan tidak ada bedanya. Kini sang Raja terlihat sekali jika ia terpikat dengan Savanna, wanita berwajah Asia yang tentu saja sama sekali tidak mirip dengan Alister dan Ruse yang berwajah barat. "Jika Anda menikahnya, Anda tidak perlu membuat kontrak dengan Savanna." Lyzander puas dengan jawaban Alister, ia tidak akan membiarkan Savanna melakukan kontrak dengan Vampir lain. Savanna ada hanya untuk dirinya, tidak ada yang bisa mengambil wanita itu dari sisinya. Dan Savanna dapat menjadi sebuah perisai jika para Vampir lain ingin menyegel kembali tubuhnya. "Buatkan pesta pernikahan untuk kami, aku yakin kau bisa mengurusnya, Alister. Tetapi, sebelum itu aku akan membangkitkan sepupuku tercinta, ia harus hadir di hari bahagiaku, bukan?" "Apa anda akan membangkitkan Pangeran Creviear? Jika itu terjadi, Anda harus bisa menenangkannya, My Lord." "Aku tidak bisa menjamin apakah ia bisa aku kendalikan atau tidak, setidaknya aku harus berada di sisinya. Kalian tidak perlu khawatirkan soal itu, kalian harus cepat mengurus apa yang diperlukan. Mereka berdua pasti akan datang untuk bernegosiasi denganku."  Lyzander bangkit berdiri, ia akan menemani calon Istrinya malam ini, meski ia tidak akan menyentuhnya lebih dulu karena tidak ingin membuat Savanna takut padanya. Pintu kamarnya terbuka sendiri, Lyzander masuk dan pintu itu kembali tertutup dengan sebuah segel dari dalam. Ia melihat Savanna yang masih tertidur pulas, karena Vampir tidak memerlukan tidur, ia jadi memiliki banyak waktu luang untuk memperhatikan sekitarnya. Lyzander dapat melihat lukisan dirinya yang sudah lama sekali tidak ia lihat. Lyzander dapat kembali mengenang masa itu, masa kejayaan klan Blathazar yang ditakuti semua ras karena kekuatannya. Dirinya yang  merupakan seorang Kindred atau Vampir setengah Iblis, dapat memiliki kekuatan besar seperti para makhluk hybrid lainnya. Wajahnya sama sekali tidak berubah sampai saat ini, ia begitu senang karena tidak ada perubahan berarti, bahkan kekuatannya berangsur-angsur pulih karena telah meminum banyak darah Savanna. Lyzander kembali menatap Savanna yang masih terlelap, ia tersenyum dingin saat memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan setelah semua ras tahu jika dirinya sudah terbangun. "Semua akan menjadi menarik." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD