Soraya mengenakan gaun putih dengan belahan d**a rendah. Belt warna silver melingkari pinggangnya, rambutnya dibiarkan terurai begitu saja. Daniel sadar dia kehilangan konsentrasi menyetir saat berada di dalam mobil berduaan dengan Soraya. Soraya diam-diam mencuri pandang pada Daniel dan begitu pun sebaliknya hingga mereka bersitemu pandang. Daniel segera melihat kembali ke arah jalan, dia tidak ingin membuat Soraya dan dirinya celaka dengan tidak bisa mengendalikan pandangannya.
Tapi, Soraya sangat cantik malam ini. Daniel yakin kecantikan Soraya akan membuat Kris menyesal.
“Aku—“ Daniel menoleh kepada Soraya.
“Kenapa?” tanya Soraya.
“Aku deg-degan, Niel.” wajah Soraya tegang.
“Kita ini mau datang ke pesta para pengusaha dan kamu deg-degan? Kamu menjelaskan siapa dirimu, Soraya. Bukannya keluargamu malah rata-rata pengusaha kan? Bagaimana dengan Ken?”
“Aku—tidak pernah tertarik dengan menjadi pengusaha, CEO atau semacam itu.”
“Kamu hanya ingin jadi bawahanku?” Daniel memandang dengan pupil melebar. Soraya ini benar-benar aneh! Dia hanya menginginkan sesuatu yang diatur-atur atasan dan staf biasa padahal dia bisa mendapatkan lebih dari itu.
“Staf keuangan. Hanya itu keinginanku.”
“Ckckc!” Daniel mendecakkan lidah.
“Dulu, aku mau jadi penulis novel saja tapi...” Soraya menatap Daniel agak malu. “Tulisanku jelek. Alur ceritanya ngawur dan aku rasa bakatku bukan di situ.”
“Orang yang berbakat itu akan kalah dengan orang yang terus belajar di bidang yang mau ditekuninya.” Kata Daniel galak. “Kamu ini cengeng. Aku yakin kamu baru nulis satu cerita dan menyerah.”
“Kok kamu bisa tahu?” Soraya tampak penasaran.
Daniel hanya menggeleng.
Mereka sampai di sebuah hotel berbintang. “Kenapa aku selalu saja meresa aku tidak cocok bersaudara dengan Ken?” gumamnya heran sendiri.
“Karena kamu insecure dengan apa yang Ken miliki.” Kata Daniel. matanya menyipit dan wajahnya semakin mendekat pada Soraya.
Soraya yang menduga Daniel ingin menciumnya setelah berhasil memeluknya memilih memejamkan mata. Dia mau menolak tapi dia juga penasaran akan tak tik ciuman Daniel.
“Ada kotoran di hidungmu.” Daniel mengusap ujung hidung Soraya.
Soraya mematung dengan kedua daun bibir terbuka. Kali ini dugaannya salah. Lagian bukankah gila berciuman di depan lalu lalang orang-orang?
Soraya adalah tipikal wanita yang selalu merasa tidak layak. Dia mencoba melayakkan diri dengan berdandan full color saat kuliah dulu. Sayangnya, dengan make up full colornya tidak bisa membuat dirinya merasa layak. Perubahan itu terjadi saat usianya bertambah. Saat dia menyadari bukan itu keinginannya. Keinginannya adalah hidup sederhana dalam kesenyapan dan jauh dari hiruk pikuk orang-orang.
Daniel melihat Soraya yang masih dengan ekspresi wajah insecurenya. “Kamu cantik, Raya. Tolong, jangan buat ajakanku ke sini menjadi sesuatu yang membuatmu tidak nyaman. Arahkan padanganmu ke depan dan tatap semua orang.”
Soraya mendongak. Wajahnya diangkat sesuai perintah Daniel lalu dia menatap Daniel dengan mata memelotot. “Seperti ini?”
Daniel hendak saja mengusap-usap wajah Soraya kalau saja dia lupa dengan make up Soraya. Matanya tidak sengaja memandang ke arah Relisha dan Ken yang sedang mengobrol asik dengan seorang pria tua.
“Itu Relisha dan Ken.” Daniel menunjuk dengan dagunya.
Soraya menoleh. “Aku rasa kita tidak perlu ke sana.”
Daniel melirik Soraya. “Kamu takut aku akan menciptakan bencana dengan mendatangi mereka?”
Daniel kembali memfokuskan tatapannya pada Relisha yang tertawa bersama dengan suaminya. Apakah bisa dia melenyapkan perasaannya pada Relisha?
“Ayo, kita ke sana!” Daniel menarik pergelangan tangan Soraya. Mereka berjalan menuju Ken dan Relisha.
“Hai,” sapa Daniel ramah.
Ken dan Relisha menatap Daniel. Terdiam beberapa saat. Daniel tersenyum sangat tenang.
“Daaaniiiel...”
“Apa kabar, Rel?”
Relisha menatap Soraya yang seperti biasa menggerak-gerakkan tangannya menyembelih lehernya sendiri.
Ken yang selalu cemburu pada Daniel menatap pria itu dengan tatapan angker.
“Aku baik. Bagaimana denganmu?”
“Baik.” Dia melirik pada Ken. “Tenang, Ken, aku ke sini dengan seseorang yang spesial.”
Soraya menoleh dengan cepat. Spesial?
“Aku senang kamu baik-baik saja bersama Ken.” Daniel menggenggam tangan Soraya.
Soraya merasakan sensasi aneh saat tangan hangat Daniel menggenggamnya. Mereka berbalik melangkah menjauh dari Ken dan Relisha. Mereka berpapasan dengan Kris dan kekasihnya.
“Halo, Pak!” sapa Kris.
“Halo,” Daniel membalas sapaan Kris.
Kris menatap Soraya takjub untuk beberapa saat sebelum tersadar kalau dia bersama dengan Amarta kekasihnya.
“Perkenalkan ini atasanku.” Katanya pada Amarta.
“Halo, Pak.”
“Ya, halo. Oh, perkenalkan Soraya ini kekasihku.”
Soraya menoleh dengan tatapan tajam pada Daniel.
Amarta menatap Soraya.
“Hai,” Soraya melambaikan tangan dengan senyum ramah buatan.
Amarta mengangguk.
Kris sendiri tampak agak malu karena Soraya kini kekasih atasannya sendiri. Bagaimana bisa mantan kekasihnya menjadi kekasih atasannya sendiri?
Soraya sibuk dengan pikirannya sendiri.
Apa maksud Daniel dengan mengatakan aku sebagai kekasihnya?
***
Sepulang dari pesta, Daniel malah membawa Soraya ke dalam rumahnya. “Kita minum-minum dulu.” Katanya dengan wajah sendu.
“Bukankah kita sudah minum saat di pesta tadi?”
“Itu kan hanya untuk formalitas bukan benar-benar mabuk.”
“Maksudmu kita akan mabuk-mabukan malam ini di rumahmu.”
Daniel mematikan mesin mobilnya. Dia menoleh pada Soraya. “Ya, terserah aku.” Ujarnya dengan angkuh. “Kalau kamu tidak mau ke rumahku kamu bisa pulang sendirian.” Daniel keluar dari mobil.
“Sialan!” umpat Sorara sebelum keluar dari mobil menyusul Daniel.
“Yang mengajak aku ke pesta kan kamu, Niel, kenapa kamu malah menyuruh aku buat pulang sendirian?” omel Soraya di sepanjang langkahnya.
“Aku hanya ingin minum.” Jawab Daniel seperti kelelahan.
“Ah, ya, kenapa kamu bilang aku kekasihmu di depan Kris dan kekasihnya?” Soraya melipat kedua tangan di atas perut sambil terus memandang Daniel dengan kesal.
Daniel melepaskan dasinya. “Terus kamu mau aku bilang kamu sebagai bawahanku di depan kekasih mantanmu itu? Kamu mau aku membuatmu malu sebagai bawahanku di mata pria itu. Lalu dia dan kekasihnya tertawa jahat melihatmu sebagai bawahanku tapi kubawa-bawa ke pesta. Lihat, penampilanmu itu mencerminkan seorang putri.” Kalimat terakhir mengandung pujian tulus.
Soraya memandangi tubuhnya dari bawah ke atas d**a. “Maksudmu, aku terlalu cantik sebagai bawahanmu?”
Daniel mengangguk.
Soraya tidak bisa menahan keinginannya untuk tersenyum.
“Jangan percaya diri terlalu berlebihan.”
Mereka meminum wine bersama. Daniel menenggak winenya tanpa mengalihkan tatapannya dari Soraya.
“Dari tadi kamu menatapku terus.” Protes Soraya menatap balik Daniel dengan mata menyipit.
Daniel tersenyum mendengar keprotesan Soraya. “Memangnya kenapa kalau aku menatapmu, aku atasanmu. Ingat itu.” Dia selalu mengatakan kalimat andalannya. Kearogansiannya selalu muncul saat Soraya mencoba untuk komplain, protes, mengelak dan semacamnya.
“Ya, tapi sejauh ini kita sudah melakukan hal yang cukup jauh sebagai atasan dan bawahan.”
Sebelah alis Daniel terangkat. “Maksudmu?”
“Kamu mengajakku ke pesta bertemu mantan kekasihku dan mengakui aku sebagai kekasihmu lalu kita berada di sini di rumahmu. Kamu membawa aku ke rumahmu. Hubungan atasan dan bawahan seperti apa ini? Kita mabuk bersama di rumahmu.” Dari nada suaranya yang melambat Daniel tahu kalau Soraya sudah mulai mabuk.
“Kita tidak pernah berteman dekat kan, kita berteman karena dulu aku menyukai Relisha.”
“Tidak. Aku sudah memulai mendekatimu saat meminjam buku. Pertemuanmu dengan Relisha itu kebetulan saja.”
“Jadi, kamu meminjam bukuku untuk mendekatiku?” Daniel mencoba mengingat saat Soraya meminjam buku tebalnya.
Soraya mengangguk dengan gaya anak-anak. “Kamu tidak melihatnya? Aku mencoba mendekatimu ,tapi kamu malah menyukai Relisha.” Soraya tersenyum getir.
Daniel terdiam. Dia mencoba mengingat-ngingat Soraya di masa kuliah.
“Aku bertingkah seolah-olah aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak ingin membuat Relisha dan kamu tidak nyaman dengan perasaanku.” Dengan wine yang menguasainya, Soraya tidak bisa berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Dia membuka rahasianya sendiri pada Daniel.
Soraya menenggak winenya kembali.
Daniel tidak berkata apa-apa. Dia hanya memperhatikan dan menatap Soraya. Dia baru menyadari kalau dia benar-benar melukai hati Soraya. Awalnya dia berpikir Soraya tidak memiliki perasaan sebesar ini padanya dan masih terhitung rasa suka baru. Tapi, Daniel salah. Wanita itu menyukainya sejak lama.
“Kamu tahu saat kita pertama kali bertemu, kamu begitu menarik perhatian banyak wanita termasuk aku. Aku menatapmu dari awal kedatanganmu sampai kamu duduk di sampingku. Ya, kamu duduk di sampingku saat pertama kali kita masuk kuliah.”
Daniel bukan pria pelupa. Dia jelas mengingatnya. Mengingat pertama kali tatapannya mengarah ke pada Soraya dan tersenyum kecil sebagai tanda keramahannya. Tapi, saat itu Soraya sama sekali tidak menarik perhatiannya apalagi Soraya mengenakan make up terang. Dan Daniel memang tidak mudah tertarik pada sembarang wanita. Dia punya selera yang unik. Dan keunikan itu dia temukan pada sosok Relisha.
Daniel menenggak winenya berkali-kali. Dia merasa bersalah pada Soraya karena mengabaikan wanita yang memendam perasaannya dan berusaha baik-baik saja padahal hatinya terluka.
Soraya terus mengoceh dengan keadaan sudah terlalu payah. Daniel yang terus menerus meminum winenya tidak bisa mengendalikan diri. Dia ikut mengoceh. Ocehannya sama sekali tidak bermakna dia menceritakan bagaimana bulan bisa terlihat bulat dan kenapa burung suka berkicau. Hingga rasa bersalahnya membuat pria itu melakukan tindakan yang tak pernah dipikirkan Soraya.
Daniel mencium bibir Soraya. Soraya mengerjap beberapa kali. Dia tidak bisa menolaknya karena dia dipengaruhi alkohol dan tepat pada saat itu Daniel membuat Soraya terbaring di atas sofa.
Daniel mengecup leher Soraya tanpa berkata apa-apa.
Semua terjadi begitu saja.
“Niel...” lirih Soraya. Matanya terbuka sedikit kemudian mengerjap lagi.
“Malam ini kamu sangat cantik.” Daniel tersenyum menatap wajah wanita dengan mata terpejam itu.
Tangan Soraya meraih leher Daniel. Dia tidak sepenuhnya tidur tapi alkohol menguasai dirinya. Soraya tersenyum. Tangannya membelai rambut Daniel dengan gerakan tak keruan.
Daniel tidak bisa menahan diri dia kembali mencium bibir Soraya lebih rakus daripada ciuman sebelumnya.
“Hmmmm—” Suara Soraya tenggelam karena ciuman mereka. Soraya mungkin ingin mengatakan sesuatu atau mungkin itu refleksi dari apa yang Daniel lakukan pada bibirnya. Yang jelas dia kepayahan dan kesulitan untuk memberi respons yang sama seperti Daniel.
Ciuman itu turun ke dagu mungil Soraya lalu ke lehernya dan memberi beberapa tanda di sana. Daniel melepas kemejanya dan melemparnya di lantai.
“Niel...” lirih Soraya sambil menatap atasannya itu.
Daniel tidak mengatakan apa-apa selain melepas belt warna silver di gaun putih Soraya. Lalu dia melepas gaun yang membalut tubuh Soraya. Tidak ada perlawanan dari Soraya.
Tangan Soraya berusaha meraih Daniel tapi pria itu malah mencengkeram kedua pergelangan tangan Soraya dan meletakkannya di atas kepala Soraya. Daniel kembali mengecup leher Soraya dan turun ke d**a Soraya. Pria itu melepas bra Soraya. tubuhnya bergerak cepat.
Suara rintihan Soraya menambah ritme kecepatan Daniel hingga Daniel meledak di dalan diri Soraya. Untuk beberapa saat mereka saling bersitatap dalam keheningan yang membungkus atmosfer keduanya. Soraya merasakan kesakitan sekaligus terkejut atas apa yang dilakukannya dengan Daniel.
Daniel memilih tidur di atas tubuh Soraya dan Soraya memejamkan matanya sembari memeluk tubuh Daniel.
***