Jika Kau Bersedia

1052 Words
"Aku mau pernikahan ini di batalkan." Bisma berhasil meluncurkan kalimat menyakitkan itu. Freya membulatkan matanya sempurna, gawai yang sejak tadi di tangannya nyaris jatuh jika saja Gista tak cepat cepat menyelamatkannya dan segera mengunci layar itu, jaga jaga jika saja Bisma ingin merebutnya dan menghilangkan jejak bukti dari sana. 'Sialan, harusnya aku dong yang batalin pernikahannya. Kenapa justru dia yang ngancam aku. Oke, permainan akan ku mulai. Kamu sendiri yang udah berkhianat, kamu juga harus menanggung akibatnya,' batin Freya kesal setengah mati. "Oke... Aku juga enggak sudi punya suami seperti kamu. Lebih baik aku enggak jadi nikah dari pada harus menerima laki laki b******k kayak kamu." Lalu berbalik badan sambil mengangkat gaunnya tinggi tinggi meninggalkan kamar sialan itu, di ikuti Gista yang membantu dari belakang. "Freya, Frey... Dengerin aku dulu, aku bisa menjelaskannya Frey..." Teriak Hilda sembari mengejar Freya saat celananya telah terpasang sempurna. "Gis, cepat hubungi Alvin suruh mereka bawa bodyguard aku dua orang, cepat Gis. Sebelum si b******k itu bertindak kasar sama kita," ucapnya pelan sekali pada Gista dan langsung mendapat anggukan kepala saat keduanya telah berada di depan pintu keluar suite tersebut. Dari belakang Hilda dan Bisma sama sama berlarian mengejar Freya, kelihatannya mereka ingin berbuat buruk pada calon mempelai wanita. Beruntung saat pintu kamar terbuka, ternyata Alvin dan dua bodyguard Freya telah terlebih dahulu berdiri di depan pintu dengan wajah yang penuh kekhawatiran. "Gila kamu Frey, ini sudah telat lima menit." Wajah Alvin panik sambil melihat ke arah pergelangan tangannya yang di lingkari arloji berwarna hitam kesukaannya. Saat bersamaan air mata Freya tumpah begitu saja, bahunya berguncang dengan kedua tangan yang bergetar menyambut uluran tangan Alvin. "Kenapa, Hey?" "Freya, Frey, kamu eng-" Hilda dan Bisma menghentikan langkahnya, bersamaan dengan matanya yang terbelalak melihat keberadaan Alvin dan dua bodyguard Freya yang sangat di takutkan Hilda sejak pertama bertemu ternyata telah berdiri di depan pintu. "Vin, mereka selingkuh di belakang Freya, dan barusan mereka ma-" Gista menghentikan ucapannya saat melihat kepala Freya menggeleng samar. Alvin meradang, langsung mengepalkan kedua tangannya begitu melihat Hilda dan Bisma dengan wajah yang berantakan, tanpa Gista menjelaskan pun Alvin memang telah menduga jika sahabat baiknya itu pasti telah di khianati dengan dua makhluk yang tidak punya nurani itu. "Asshole!!!" umpat Bisma dengan wajah garangnya. Alvin melepaskan tangan Freya dan langsung mencengkeram kerah kemeja Bisma dan menghimpitnya ke dinding hingga laki laki yang bertubuh lebih pendek lima centi dari Alvin itu terangkat ke atas. "Lo emang enggak tahu diri ya, b******k lo!" Buuukkk... Satu pukulan keras mendarat di wajah Bisma hingga kepalanya bergerak kesamping karena tangan Alvin yang tak kunjung melepaskan dirinya. "Alvin, stop!" teriak Freya histeris. "Cukup, Vin. Aku enggak mau sahabatku berhubungan lagi dengan mereka berdua. Temani aku ke bawah, aku mau bertemu papa mama. Hiks..." Freya terisak sambil menyeka air matanya. "Frey, aku bisa jelasin sama kamu." Hilda mencoba meraih tangan Freya dengan wajah mengiba-nya tapi segera di tepis oleh Freya. "Dengar ya mbak. Mulai hari ini mbak bukan lagi managerku. Gaji mbak akan aku transfer nanti malam. Silahkan pergi keluar dari hotel ini, dan jangan ada meninggalkan satu barang pun di kamar ini." Dengan perasaan yang hancur Freya mencoba menguatkan dirinya sendiri. "Ken, Joy," panggil Freya pada kedua bodyguard bertubuh besar tinggi, berotot dan berpakaian serba hitam itu. "Ya, Nona muda." Ken dan Joy maju satu langkah tepat berada di sisi kiri belakang Freya. Hilda dan Bisma harap harap cemas mendengar Freya memanggil kedua orang kejam yang tidak bisa di ajak kompromi itu. "Pastikan mereka pergi dari sini dalam waktu setengah jam paling lama. Periksa seluruh barang mereka, jangan sampai ada barang berharga milikku yang mereka bawa," titah Freya tak pernah terbantahkan oleh kedua laki laki itu. "Siap, Nona muda," sahut keduanya bersamaan. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Freya meninggalkan tempat terkutuk itu bersama Alvin dan Gista yang mengiring dari samping tanpa memperdulikan teriak Hilda yang mengemis iba padanya dan Bisma yang terlihat menggeram. *** `Ballroom Hotel Alshya.` "Apa?" "Ya Tuhan... Bisma, tega kamu nak." "Sialan, anak kurang ajar." "Apa ini, hukuman apa yang engkau beri untuk keluarga kami, ya Tuhan." Kira kira begitu lah reaksi yang terlontar dari mulut kedua orang tua Freya dan Bisma yang kini berada di ruang khusus di dalam ballroom itu. "Astaga... Jadi bagaimana ini?" Laki laki paruh baya yang masih terlihat tampan dan berkharisma itu terlihat meraup kasar wajahnya. "Freya sendiri yang akan mengumumkan di depan para tamu undangan bahwa pernikahan ini telah di batalkan," ucap Fraya sambil menahan isak tangisnya sambil mengusap lembut lengan Frans--papa Freya. "Kamu yakin, sayang?" Shina--mama Freya menggenggam tangan sang anak dengan mata yang berkaca kaca. Dengan keyakinan yang mantap, Freya menganggukkan kepalanya. "Asal mama dan papa mendukung, aku pasti bisa melewati semua ini." Ada interval sejenak di antara orang tua dan anak itu, setelah berpikir cukup yakin, akhirnya mama dan papa Freya menganggukkan kepalanya yakin dan menggandeng tangan Freya untuk menemaninya memberi pengumuman yang akhirnya akan menjadi cibiran panas seantero jagat raya. Baru saja kaki mereka melangkah ke luar ruangan, tiba tiba seorang pria yang mereka kenal berdiri di hadapan ketiganya sambil tersenyum tipis dan kepala yang mengangguk sopan. "Pak Zyan..." ucap Freya lirih. "Ada apa ini? Kenapa wajah putri cantik ini bersedih?" Zyan berniat menggoda Freya. "Tuan Frans dan Nyonya Shina, apa kabar?" tanyanya sopan pada kedua orang tua Freya. Mereka memang saling mengenal, Zyan Edward merupakan pendiri dan CEO dari perusahaan entertaiment terbesar di Indonesia, yang menaungi para artis artis senior dan terkenal termasuk Freya, yang namanya telah bersinar sejak umur lima belas tahun saat berhasil terpilih menjadi gadis sampul. Dia juga merupakan rekan bisnis dari Frans Rawles yang cukup mempunyai hubungan baik. Haah... Helaan napas berat dari Frans membuat Zyan menaikkan sudut alisnya penasaran. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dari wajah ketiga orang di hadapannya. "Pernikahan aku batal, pak Zyan," sahut Freya tiba tiba dengan senyum miris di wajahnya. Mata Zyan sontak terbelalak mendengar hal tersebut, namun beberapa detik kemudian ia kembali dalam mode tenang. Belum sempat Zyan bertanya alasannya, Freya segera menarik tangan kedua orang tuanya dengan wajah yang sangat kacau, lalu menundukkan kepalanya di hadapan Zyan sebagai tanda permisi darinya. "Freya, menikahlah denganku!" ucap Zyan sedikit berteriak. Deg... Jantung Freya berdetak, lebih cepat dari biasanya. Begitu pula dengan kedua orang tuanya yang langsung berbalik badan bersamaan dengan Freya. "Aku sudah menyiapkan semuanya di Ballroom Hotel Atlas di sebelah, jika kau bersedia."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD