part 2

984 Words
"Adiba!" Teriak Alif. Melihat tubuh Adiba yang sudah ambruk ke lantai, Alif dengan sigap mengangkat tubuh Adiba dan membawa nya ke UGD. "Dokter Adiba kenapa dok?" Tanya salah satu perawat. "Saya gak tau, tiba-tiba dia pingsan tadi," jawab Alif yang sudah terlihat khawatir. Dengan cepat Alif langsung memeriksa kondisi Adiba. "Ambil sampel darah nya! Lakukan test swab!" Perintah Aif kepada tim nya. "Baik dok," jawab salah satu perawat. Perawat itu pun langsung mengambil sampel darah Adiba. Sementara menunggu hasil tesnya keluar, Adiba di rawat di ruangan isolasi terlebih dahulu. Semua itu dilakukan untuk mengantisipasi saja. Semua perawat pun keluar dari ruang tempat Adiba di rawat. Disana hanya tinggal Alif seorang diri yang menatap Adiba dengan pandangan sedih. Alif belum memberi tahu masalah ini kepada orang tuanya mau pun orang tua Adiba. "Dib, kamu harus kuat ya. Semoga saja hasil tes kamu nanti negatif," ujar Alif lirih. "Aku pamit keluar dulu ya, semoga nanti kamu bisa cepat sadar." Alif pun langsung melangkah keluar dari ruangan Adiba. Alif berjalan gontai menyusuri koridor rumah sakit. Dari jauh, tampak Fathur, sahabat Alif, datang menghampiri nya. "Lif!" Panggil Fathur. Alif pun langsung menoleh. "Aku dengar Adiba tadi pingsan ya? Bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya Fathur. Fathur emang mengetahui semua tentang Alif dan Adiba. "Masih belum sadar Thur," jawab Alif khawatir. "Kamu jangan khawatir kayak gitu dong, yang penting kita harus berdoa supaya Adiba gak kenapa-napa," ujar Fathur pada Alif. "Tapi kok aku takut ya, kalau seandainya Adiba itu terpapar covid." "Kamu gak usah mikirin yang macam-macam. Mending kamu berdoa aja biar Adiba gak kenapa-napa," ujar Fathur lagi. Alif pun mengangguk dan pamit untuk menjenguk Adiba kembali. Alif masuk kedalam ruangan Adiba, ternyata Adiba sudah sadar. "Assalamualaikum Dib," ujar Alif dari arah pintu. Adiba pun langsung menoleh ke sumber suara. "Waalaikumsalam mas Alif," jawab Adiba. Alif pun masuk kedalam ruangan tersebut tanpa menutup pintunya. "Bagaimana keadaan kamu sekarang?" "Udah mendingan kok mas." "Tadi sampel darah kamu sudah di ambil untuk melakukan tes swab, semoga gak terjadi apa-apa ya," ujar Alif lagi. "Aamiin. Tapi kalau pun nyatanya nanti aku positif terinfeksi pun, aku ikhlas kok," ujar Adiba yang membuat Alif mengernyit bingung. "Kenapa?" "Karena, ini memang sebagai konsekuensi kita sebagai dokter, dan tugas kita itu mulia. Pasti Allah sudah merencanakan sesuatu yang baik di kemudian hari nya." Alif tersenyum mendengar jawaban Adiba. Ia kagum dengan Adiba, walaupun dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, tapi dia menerima nya dengan ikhlas. "Assalamualaikum dokter Alif, dokter Adiba," ujar seorang perawat yang masuk kedalam ruangan Adiba tersebut. "Waalaikumsalam," jawab Adiba dan Alif bersamaan. "Saya kesini untuk mengantarkan surat hasil tes dokter Adiba dok," ujar perawat tersebut. Lalu ia memberikan sebuah amplop kepada dokter Alif. Dapat terlihat dari wajah perawat tersebut menyiratkan sesuatu yang tidak baik-baik saja. Alif pun membuka amplop dan membaca hasil tes tersebut. Seketika mata Alif langsung melebar, ia tak percaya dengan apa yang dia baca. Melihat ekspresi Alif tersebut, Adiba mengambil alih surat tersebut. Adiba sama kagetnya dengan Alif. Tapi ia berusaha menerima nya dengan lapang d**a. Toh, ini juga karena dia melakukan kebaikan. Dari surat tersebut di terangkan bahwa Adiba terkonfirmasi positif covid-19, itu sebabnya kenapa mereka kaget setelah membaca surat tersebut. Alif memandang khawatir kepada Adiba. Alif tahu, kalau penyakit ini bisa di sembuhkan. Tapi Alif khawatir karena Adiba itu memiliki diagnosa lemah jantung sejak lahir. Dan takut nya penyakit itu nanti nya mengalami komplikasi terhadap virus Corona yang menyerang tubuh Adiba. Paham dengan apa yang ada di pikiran Alif, Adiba pun angkat bicara. "Udah mas Alif, gak usah dipikirin. Aku gak papa kok," ujar Adiba pada Alif. "Tapi Adiba, kamu punya riwayat lemah jantung juga loh." "Aku tau mas. Dan jikapun nanti aku gak selamat, aku ikhlas kok." "Sstt. Kamu gak boleh ngomong kayak gitu. Yakin pada takdir Allah. Kamu pasti bisa sembuh. Adiba hanya mengangguk saja. Setelah itu Alif pun permisi keluar dan membiarkan Adiba ber istirahat. Alif tampak sedang menelepon seseorang. Ya, ia memutuskan untuk memberi kabar ini kepada keluarga Adiba dan keluarga nya. "Assalamualaikum nak Alif, ada apa?" jawab ayah Adiba di sebarang sana. "Waalaikumsalam pak, ini pak, saya ingin memberi tahukan sesuatu." "Sesuatu apa itu? Apa kalian disana baik-baik saja?" "Alhamdulillah, saya baik pak. Tapi..." "Tapi apa? Adiba baik kan?" "Adiba kemaren pingsan pak, dan setelah di lakukan tes, ternyata dia positif covid-19," ujar Alif lirih. "Innalilahi." "Terus bagaimana keadaan Adiba sekarang Lif?" Dari suaranya, sudah jelas ada rasa kekhawatiran yang terdengar jelas di telinga Alif. "Untuk sekarang masih seperti kondisi pasien pada umumnya pak." "Semoga Adiba gak kenapa-napa ya nak. Apa kami boleh datang menjenguk nya kesana?" "Sebaiknya, jangan dulu pak. Soalnya kondisi disini lagi tidak memungkinkan." "Baiklah nak Alif. Kami titip Adiba ya, semoga dia bisa melewati semua ini." "Aamiin. Semoga saja pak. Kalau gitu saya tutup telponnya dulu ya pak, assalamualaikum." "Waalaikumsalam." *** "Siapa yang telpon pak?" Tanya ibunya Adiba. "Nak Alif, buk." "Kenapa Alif telpon bapak? Gak ada masalah kan?" Ayahnya Adiba terlihat menggemaskan napasnya pelan. "Tadi, Alif bilang sama bapak,katanya Adiba..." Beliau menggantung kalimat nya. "Adiba kenapa pak?" Tanya ibunya khawatir. "Adiba positif covid-19, buk." "Innalilahi. Terus gimana keadaan nya sekarang pak." "Sejauh ini masih baik. Kita doakan saja semoga Adiba bisa cepat sembuh." "Aamiin." Raut sedih, cemas bercampur aduk di wajah kedua orang tuanya Adiba. Kenapa tidak, melihat pemberitaan soal pasien Corona lewat TV aja mereka rasanya ngeri. Tapi sekarang, anak satu-satunya mereka yang biasanya mengobati, sekarang malah harus diobati. Mereka sadar, kalau ini sudah resiko menjadi seorang dokter. Yang bisa mereka lakukan sekarang hanya lah berdoa untuk kesembuhan Adiba. *** Beberapa tim dokter terlihat berlarian. Code blue, dari ruang VVIP nomor 3! Teriak salah satu tenaga medis pada pengeras suara yang ada di dalam rumah sakit tersebut. Code blue, dari ruang VVIP nomor 3! Code blue, dari ruang VVIP nomor 3! Panggilan itu masih terdengar, membuat para tim medis langsung berlarian ke ruangan tersebut, termasuk juga Alif. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD