Bab 5

1554 Words
Sudah beberapa hari Nazwa bekerja di rumah sakit ini, ada satu hal yang Nazwa tau. Yaitu sikap Alif yang begitu dingin. Nazwa berasa kerja dengan tembok selama ini. "Ikut dengan saya Nazwa!" Lamunan Nazwa seketika buyar mendengar ucapan Alif tersebut. "Baik, dok." Nazwa pun mengikuti Alif dari belakang. Namun, ketika sedang berjalan, tiba-tiba saja Alif berhenti. Alhasil, Nazwa tidak sengaja menabrak punggung Alif karena tidak tau kalau Alif tiba-tiba berhenti. "Kalau jalan itu gak usah sambil melamun," tegur Alif. "Iya, maaf dok." Nazwa hanya bisa meminta maaf. "Saya itu paling gak suka sama orang yang suka melamu apalagi teledor. Untuk dirinya sendiri aja dia gak bisa ngurusin gimana caranya dia bisa ngurusin pasien. Jadi jangan sampai saya melihat kamu melamun lagi." Untuk pertama kalinya Nazwa mendengar Alif berbicara sepanjang itu. Sepertinya sudah ada peningkatan durasi bicara Alif, pikir Nazwa. "Iya, maaf sekali lagi,dok. Saya tidak akan mengulanginya lagi." Alif hanya menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Nazwa tersebut. Lalu mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan kita. Setelah beberapa saat, mereka selesai mem-follow up beberapa pasien. Dan saat ini mereka sedang berada di ruangan Alif. Mereka memeriksa status pasien-pasien yang akan mereka tangani. "Dokter Alif sudah lama ya bekerja disini?" tanya Nazwa yang memecah keheningan di ruangan itu. "Sudah lumayan lama," balas Alif. Nazwa mengangguk-anggukan kepalanya. Dan setelah mendengar jawaban dari Alif tersebut, tidak ada lagi pembicaraan lagi diantara mereka. Nazwa sebenarnya tidak suka dengan kondisi seperti ini, namun Nazwa juga bukan tipe cewek yang mudah mencari topik Pembuatan. Tok Tok Tok Tiba saja suara ketukan pintu memecah keheningan diantara mereka. "Biar saya saja yang bukain pintu nya dom," tawar Nazwa. Alif mengangguk menyetujui nya. Cklek "Dokter, ini makan siangnya," ujar orang yang ada dibalik pintu tersebut. "Tapi saya tidak memesan makanan ini," ujar Nazwa karena memang dia merasa tidak memesan apa-apa. "Tapi dokter Alif yang memesan nya tadi, dok," balas orang itu lagi. Nazwa melirik kearah Alif. "Oh iya, kalau gitu makasih ya," ujar Nazwa akhirnya. "Sama-sama." Kemudian Nazwa membawa makanan itu ketempat Alif. "Ini makanan pesanan dokter sudah datang," ujar Nazwa. Alif pun melihat kearah Nazwa. "Sudah waktu istirahat, jadi kamu ikut makan sama saya disini," ujar Alif membuat mata Nazwa melotot. "Dokter lanjut aja makannya, saya bisa makan diluar kok," ujar Nazwa. "Tujuan saya mesan makanan-makanan agar kamu gak usah capek-capek makan di luar. Makanya saya nyuruh kamu makan disini," ujar Alif lagi. Tapi Nazwa masih merasa canggung jika berada didekat Alif. "Ayo. Kerjaan kita itu masih banyak, Nazwa. Jadi jangan kebanyakan mikir deh." Alif tampak nya mulai geram melihat Nazwa yang hanya bengong saja. Nazwa terpaksa menuruti perkataan Alif dan ikut makan bersamanya. Mereka makan dalam suasana hening. Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok yang saling beradu. *** Alif yang sedang memeriksa status pasien tampak begitu gelisah. Pasalnya, dia baru saja mendapatkan kabar kalau sakit jantung ayahnya kambuh lagi. Alif begitu khawatir dengan kondisi ayahnya. Tapi ayahnya malah tidak mau dibawa ke rumah sakit. Ditengah lamunan Alif, dia tidak sengaja menyenggol gelas yang ada di atas mejanya. Alhasil gelas tersebut jatuh dan pecah. Nazwa yang baru saja ingin masuk kedalam ruangan Alif tersebut langsung kaget. "Ya ampun, dokter kenapa?" tanya Nazwa yang melihat Alif hanya melamun saja dan tidak menyadari suara gelas jatuh disampingnya. Tidak mendengar jawaban dari Alif, Nazwa pun berjalan mendekati Alif. "Dokter Alif?" Nazwa melambaikan tangannya didepan wajah Alif. "Eh, iya. Ada apa?" Akhirnya Alif tersadar dari lamunannya. "Dokter gak papa?" tanya Nazwa lagi. "Saya gak apa-apa kok," balas Alif. "Itu gelas dokter jatuh. Takut nya dokter nanti nginjak pecahan nya nanti." Alif pun baru sadar kalau ada pecahan gelas didekat kakinya. "Iya saya lihat kok. Nanti saya suruh orang buat bersihin nya." "Biar saya aja yang bersihin nya dok," ujar Nazwa. Dia pun langsung berinisiatif membersihkan pecahan gelas itu. Alif hanya melihat bagaimana Nazwa yang terlihat cekatan ketika membersihkan kaca-kaca yang berserakan itu. Dia sangat mirip dengan Adiba, pikir Alif. Ya memang sikap yang dimiliki oleh Nazwa memiliki kemiripan dengan Adiba, dan itu dirasakan sendiri oleh Alif. Tidak-tidak, dia bukan Adiba. Adiba jauh lebih baik dari dia. Alif menepis pikirannya. Dia tidak mau ada wanita lain di pikiran nya selain almarhumah Adiba. "Sudah selesai,dok," ujar Nazwa. Tapi lagi-lagi Nazwa tidak mendapatkan jawaban karena Alif ternyata kembali melamun. Nazwa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kemarin bilang nya gak suka sama orang yang sukanya melamun, tapi sekarang dokter sendiri yang melakukan nya. Ingat dok, gak baik kalau sering-sering melamun." Alif pun kembali tersadar. Dia berusaha menetralkan ekpresinya seperti tidak terjadi apa-apa. "Dokter lagi ada masalah,ya? kok dari tadi saya lihat dokter kayanya lagi khawatir gitu?" tanya Nazwa yang sedari tadi penasaran dengan Alif. Soalnya selama ini Alif itu sangat anti yang namanya melamun, tapi hari ini dia selalu saja melamun sepanjang waktu. "Saya tidak apa-apa. Kenapa kamu kesini?" Alif mengalihkan pembicaraan mereka. "Saya hanya ingin mengantarkan ini, dok." Nazwa menyerahkan sebuah dokumen kepada Alif. Alif pun menerima dokumen tersebut. "Sebentar lagi pergantian shift. Sebaiknya kamu bersiap-siap untuk pulang." "Baik, dok. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Nazwa. "Iya," balas Alif. Nazwa pun keluar dari ruangan tersebut. Tak lama kemudian, Fathur masuk kedalam ruangan Alif. Sebelum nya dia juga melihat Nazwa yang baru saja keluar dari sini. Fathur menatap Alif membuat Alif menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa?" tanya Alif pada Fathur yang sedari tadi hanya menatapnya. "Kalau dilihat-lihat, kayaknya kamu cocok deh sama dokter Nazwa," ujar Fathur. "Apa maksud kamu?" balas Alif. "Maksudnya tuh, kayaknya dokter Nazwa itu cocok sebagai pengganti Adiba, soalnya dia mirip banget sama Adiba." Mendengar ucapan Fathur tersebut, mata Alif membelalak kaget. "Gak usah aneh-aneh deh kamu. Sudah jelas Adiba sama dia itu beda, jangan kamu sama-sama in dia sama Adiba," ujar Alif yang terdengar tidak suka. Fathur menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Alif tersebut. "Yaudah, terserah kamu aja. Aku kesini cuma buat ngantarin kunci mobil kamu. Tadi ketinggalan di ruangan aku." Fathur memberikan kunci mobil itu kepada Alif. Setelah itu dia langsung keluar dari ruangan itu tanpa berpamitan dengan Alif. Ya emang udah kebiasaan mereka seperti itu. *** Nazwa memasuki mobilnya. Kemudian Nazwa mengendarai sendiri mobilnya untuk pulang kerumahnya. Namun, tiba-tiba saja mobil Nazwa mogok di tengah jalan. Dan juga bertepatan dengan jalanan yang sangat sepi. Nazwa tampak kebingungan untuk mencari pertolongan. Karena, tidak ada satupun kendaraan yang lewat disana. Nazwa pun berinisiatif untuk menelpon temannya. Namun, ternyata baterai hp Nazwa habis. "Yah, habis lagi baterainya,"ujar Nazwa. "Gimana caranya aku nyari bantuan, mana gak ada kendaraan yang lewat lagi." Nazwa masih memikirkan bagaimana caranya agar dapat pertolongan. Namun nihil, Nazwa hanya bisa pasrah aja lagi. Dia hanya berdiri didepan mobilnya berharap akan ada kendaraan yang lewat disana. Sementara itu,Alif yang sedang di perjalanan pulang tidak sengaja melihat Nazwa dari kejauhan yang sedang kebingungan di depan mobilnya. "Ngapain Nazwa di tempat sepi seperti ini, mana sebentar lagi hari udah mau gelap," ujar Alif didalam mobilnya. Alif memutuskan untuk menghampiri Nazwa. Nazwa sempat kaget ketika melihat Alif keluar dari dalam mobil tersebut. "Kamu ngapain di tempat sepi kayak gini? Gak lihat apa hari udah mau gelap?" omel Alif pada Nazwa. "Dokter Alif? ini dok, mobil saya tiba-tiba saja mogok," ujar Nazwa. Mendengar itu, Alif pun mencoba memeriksa bagian mobil Nazwa tersebut. "Ini sepertinya harus di bawa ke bengkel mobil kamu," ujar Alif. "Sekarang, kamu pulang sama saya aja dulu. Mobil kamu biar supir saya nanti yang jemput kesini," lanjut Alif lagi. "Tapi, dok..." ucapan Nazwa langsung dipotong oleh Alif. "Gak usah nolak. Ini udah hampir malam, gak baik cewek di tempat sepi kayak gini sendirian," ujar Alif. Nazwa membenarkan ucapan Alif tersebut. Dan akhirnya dia pun menyetujui perkataan Alif tersebut. "Yaudah, ayo masuk," suruh Alif. Nazwa pun masuk kedalam mobil Alif. Selama diperjalanan, hanya sedikit ada pembicaraan diantara mereka. Itupun cuma membahas masalah pasien. Emang benar kata orang, jika dokter ketemu sama dokter pembahasan nya pasti selalu tentang medis. Gak akan pernah jauh dari hal yang berbau medis. Tak lama kemudian, mereka pun sampai dirumah Nazwa. "Mau mampir dulu, dok?" tawar Nazwa. "Gak usah, saya langsung pulang saja," balas Alif. Alif memperhatikan rumah Nazwa yang terlihat begitu sepi. "Rumah kamu kenapa sepi sekali, keluarga mu dimana?" tanya Alif penasaran. "Saya hanya tinggal sendiri, dok. Orang tua saya sudah meninggal," jawab Nazwa. Alif yang mendengar jawaban Nazwa tersebut merasa tidak enak hati karena sudah menanyakan hal itu kepada Nazwa. "Maaf, saya tidak bermaksud tadi." "Iya gak papa kok, dok. Lagian dokter kan tidak tahu tadi," balas Nazwa "Kalau begitu, saya masuk dulu dok. Makasih karena udah ngantarin saya," ujar Nazwa. "Iya sama-sama." Setelah Nazwa masuk kedalam rumahnya, Alif pun pergi dari sana. Di dalam mobil, Alif sempat salut dengan Nazwa. Diusianya yang masih muda, dia sudah sanggup hidup sebatang kara. Kemudian, Alif pun kembali mengendarai mobilnya kearah apartemen nya. Tak berselang lama, Alif pun sampai di apartemennya. Ya, ternyata jarak dari rumah Nazwa ke apartemen Alif cukup dekat. Hanya memakan waktu sekita 15 menit saja. *** Nazwa merebahkan tubuhnya di atas kasurnya. Harinya sungguh melelahkan hari ini. Tiba-tiba sebuah senyuman muncul di bibir Nazwa. Dia merasa sangat senang hari ini. Setelah beberapa lama kenal dengan Alif, akhirnya hari ini Alif sering berbicara panjang lebar dengan nya. Padahal selama ini Alif itu sangat jarang berbicara. Tapi hari ini sudah ada peningkatan. Tapi ada hal lain yang dirasakan oleh Nazwa. Dia merasa deg degan kalau ketemu dengan Alif. Nazwa tidak tahu bertanda apa itu. Nazwa berusaha menepis pikiran-pikiran aneh yang muncul dalam otaknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD