part 4

1335 Words
Tidak ada seorangpun yang senang dengan kehilangan. Namun, sudah hukum alam di setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Dan itulah yang dirasakan oleh Alif sekarang ini. Alif begitu tidak menyangka bahwa Adiba akan meninggalkan nya secepat ini. Rasanya baru kemarin dia mengukir kenangan berdua, dan akan menyatukan cinta mereka dalam sebuah pernikahan. Namun rencana yang telah mereka susun seketika kandas begitu saja. *** Setelah Adiba selesai dimakamkan, Alif hanya duduk termenung di taman rumah sakit dengan masih lengkap dengan APD di badannya. Dalam kondisi seperti ini, dia ingin sekali untuk menyendiri. Namun melihat keadaan dirumah sakit, tidak mungkin Alif meninggalkan tanggung jawab nya disini. Sebuah tangan menepuk bahu Alif dari belakang. Alif pun menoleh ke pemilik tangan tersebut. "Kamu harus sabar, Lif. Kalau Adiba lihat kamu seperti ini, dia pasti akan sedih disana." Fathur berusaha menguatkan sahabatnya itu. "Aku gak nyangka dia bakal ninggalin aku secepat ini, thur. Padahal sebentar lagi kami akan menikah," ujar Alif yang terdengar lirih. "Itu sudah kehendak Allah, Lif. Mungkin saja ini adalah jalan yang terbaik diberikan Allah untuk kamu. Jadi kamu gak usah merasa sedih terus," balas Alif. Menurut Alif, yang diucapkan Fathur itu benar. Tidak seharusnya dia berlarut-larut dalam kesedihan. Allah juga tidak suka dengan orang yang terlalu menangisi kepergian seseorang. "Daripada kamu sedih terus, mending kamu temani aku follow up pasien," ajak Fathur. Alif pun mengangguk dan mengikuti Fathur dari belakang. Mereka pun mula mem follow up pasien satu persatu. *** Alif baru saja sampai di apartemennya. Hari ini sungguh melelahkan bagi Alif. Alif pun memilih duduk di balkon kamarnya sambil merasakan hembusan angin malam. Seketika Alif malah teringat kembali dengan Adiba. Dia pun merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya. Dibukanya galeri yang terdapat beberapa foto Adiba disana. Dia pun memandangi foto Adiba tersebut. "Kamu pasti udah tenang di surga sana ya. Doain aku disini agar aku selalu kuat disini ya." Alif berbicara dengan foto Adiba tersebut. "Tapi, bagaimana aku bisa hidup kuat disini sedangkan separuh nyawaku kamu bawa pergi bersamamu, Diba." Alif mengusap air mata yang tiba-tiba saja jatuh di pipinya. "Tapi kamu tenang aja. Aku akan tetap berusaha kuat disini agar kamu juga bahagia disana." Setelah puas berbicara dengan foto Adiba, Alif pun memilih untuk mengistirahatkan tubuh nya. *** Sudah 1 bulan lebih semenjak kepergian Adiba. Dan selama itu pula Alif juga berubah. Dia jadi tambah cuek seperti seseorang yang sudah kehilangan pandangan hidupnya. "Dokter alif, ada pasien baru di IGD karena korban kecelakaan. Dokter sudah di tunggu disana," ujar salah satu perawat kepada Alif. "Baik, saya akan segera kesana," balas Alif. "Baik, dok." Suster itupun keluar dari ruangan Alif. Alif yang sedari tadi sudah memakai APD lengkap langsung bergegas menuju IGD. Sesampainya disana, Alif langsung memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan tersebut. Setelah beberapa saat, akhirnya penanganan terhadap pasien tersebut pun selesai. Alif pun kembali ke ruangannya. Namun, tidak berselang lama seorang perawat yang tampak berlari tergesa-gesa menghampiri Alif. "Dok, pasien yang berada di ruangan isolasi no 430 detak jantungnya melemah dok," ujar suster tersebut kepada Alif. Mendengar itu, Alif pun langsung berlari ke ruangan pasien tersebut dengan diikuti oleh suster tersebut dari belakang. *** Alif mendudukkan dirinya di kursi didepan ruangan isolasi dirumah sakit tersebut. Diapun merasa lega karena sudah berhasil menyelamatkan pasien tersebut. Alif sudah pernah gagal menyelamatkan nyawa orang yang dia sayang. Jadi dia tidak mau hal tersebut terulang kembali. Dia akan selalu berusaha agar nyawa pasien bisa di selamat kan. Tak lama kemudian, Fathur juga ikut duduk di samping Alif. "Aku dengar, besok ada dokter baru ya di rumah sakit ini?" Fathur memulai pembicaraan nya dengan Alif. "Iya mungkin. Aku kurang tau juga," balas Alif. Fathur yang mendengar jawaban Alif tersebut pun hanya menganggukkan kepalanya saja. "Lif, sudah satu bulan loh sejak kepergian nya. Tapi kamu masih belum lepas juga dari dia kayak nya." Alif yang paham kemana arah pembicaraan Fathur pun menoleh kearahnya. "Maksud kamu?" "Maksud aku itu, Adiba sudah tenang disana tapi kamu masih bersedih juga disini. Lebih baik kamu juga mencari kebahagiaan kamu disini," ujar Fathur lagi. "Gimana caranya aku cari kebahagiaan disini, sedangkan sumber dari kebahagiaan aku sudah pergi." "Lif, dengerin ya. Perjalanan kamu itu masih panjang. Yakinlah, suatu saat pasti akan ada sumber kebahagiaan baru buat kamu." "Dan aku tidak yakin akan hal itu." Setelah mengatakan itu, Alif pun berdiri dan meninggalkan Fathur yang menggelengkan kepalanya melihat Alif. *** Suasana rumah sakit tampak tidak seramai biasanya. Itu juga karena rumah sakit tempat Alif bekerja lebih banyak merawat pasien yang terinfeksi Covid-19. Dan keluarga dari pasien emang dilarang untuk menjenguk pasien. Dari ujung lorong rumah sakit, tampak seorang dokter yang tengah berjalan dengan anggunnya. Walaupun seluruh anggota tubuhnya tertutupi oleh APD dan masker, namun dari pandangan matanya sudah terlihat kalau orang yang berada di balik APD tersebut adalah seorang wanita yang anggun. Ketika wanita tersebut hendak berbelok ke arah kanan, dia tidak sengaja menabrak Alif. "Eh, maaf dok. Saya tidak sengaja," ujar wanita tersebut yang langsung meminta maaf. "Iya tidak apa-apa," balas Alif. "Kalau begitu saya permisi dulu, dok." Alif pun mengangguk kan kepalanya. Alif sebelumnya tidak pernah melihat wanita itu di rumah sakit itu. Kemudian Alif pun melihat nama yang tertulis di belakang APD nya. "Dokter Nazwa," ujar Alif pelan. Sepertinya itu dokter baru yang dimaksud oleh Fathur kemarin, pikir Alif. Kemudian Alif pun kembali melanjutkan perjalanan nya. Di lain tempat, Nazwa yang baru saja di pindah tugas kan kerumah sakit ini tampak baru saja keluar dari ruangan direktur rumah sakit. Mulai hari ini, Nazwa sudah sah menjadi dokter disini. Tentu ada kesenangan tersendiri bagi Nazwa karena sudah dipercayai untuk merawat pasien-pasien yang berada dirumah sakit besar ini. Kemudian, Nazwa pun mulai berkenalan dengan tenaga kesehatan dirumah sakit ini yang kebetulan juga lagi istirahat. "Wah, ini dokter baru itu ya?"tanya dokter Yana. " Iya, dok," balas Nazwa. "Ya ampun cantik banget sumpah," ujar dokter Aisyah juga ketika melihat wajah Nazwa yang sangat cantik dengan tatapan mata yang teduh. Karena kebetulan waktu istirahat, jadi Nazwa membuka masker diwajahnya sehingga orang-orang bisa melihat wajahnya. "Kalian juga cantik semua kok," balas Nazwa. "Tapi cantikan kamu lagi, kami mah apa atuh," ujar dokter Yana lagi. Semua yang berada di sana pun tertawa. Waktu istirahat pun sudah selesai. Sekarang mereka kembali mengerjakan pekerjaan masing-masing. "Dokter Nazwa?" tanya seorang perawat. "Iya?" balas Nazwa. "Saya disuruh menyampaikan kepada dokter, bahwa dokter diperintahkan untuk menjadi asisten nya dokter Alif," ujar perawat tersebut. "Oke. Kalau boleh tau, dokter Alif dimana ya?" tanya Nazwa. "Biar saya antar kan ketempat dokter Alif, dok," tawar perawat tersebut. Nazwa pun mengangguk. "Ini ruangan dokter Alif, dok." Perawat itu menunjuk kearah pintu ruangan yang ada di depannya. "Baik, makasih ya mas," ujar Nazwa. "Sama-sama, dok. Kalau begitu saya permisi dulu dok." "Iya silahkan." Setelah perawat itu pergi,Nazwa pun mengetuk pintu ruangan tersebut. Tok Tok Tok "Masuk," ujar Alif dari dalam ruangan nya . Nazwa pun membuka pintu itu dan masuk kedalam ruangan nya. "Permisi, dok," ujar Nazwa. "Silahkan duduk." Nazwa pun duduk dihadapan Alif. Alif yang tampil dengan membuka sedikit masker nya membuat Nazwa sempat terdiam sejenak. "Ada apa?" tanya Alif membuyarkan lamunan Nazwa. "Begini dok,saya dokter Nazwa. Saya di perintahkan untuk menjadi asisten dokter untuk follow up pasien," jelas Nazwa. "Yaudah, kebetulan saya akan follow up pasien sekarang. Kamu ikut dengan saya." "Baik dok." Alif pun kembali memperbaiki APD yang dia pakai. Setelah itu diapun mulai mem follow up pasien dengan diikuti oleh Nazwa di belakangnya. Selama perjalanan mereka menuju kamar-kamar pasien, hanya suasana hening yang ada di antara mereka. Tidak ada pembicaraan diantara mereka berdua. Keduanya sama-sama sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Setelah beberapa jam, akhirnya pekerjaan mereka selesai. Nazwa pun bersiap-siap untuk untuk pulang, karena memang jam kerja nya sudah selesai. "Dokter Aisyah, aku pamit pulang duluan ya," ujar Nazwa pada Aisyah yang juga tampak sedang bersiap-siap untuk pulang. "Oh iya, hati-hati ya," balas Aisyah. Nazwa pun hanya mengangguk. Nazwa berjalan di sepanjang lorong rumah sakit menuju parkiran. Disepanjang lorong, Nazwa selalu disapa oleh para tenaga kesehatan disana. Nazwa membalas sapaan mereka dengan memberikan senyuman. Walaupun tertutup dengan masker, orang-orang tetap dapat melihat senyuman Nazwa dari gerakan matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD