Kaizan memilih melanjutkan langkah kakinya mendekati kamar Yasmin, dimana suara desahan itu terdengar, Kaizan begitu penasaran hingga ia melanggar privasi seseorang.
Kaizan membuka pintu kamar Yasmin sedikit, dan mengintip dari luar sana, ternyata suara desahan itu memang dari Yasmin, Yasmin sedang h***y sendirian dengan mata tertutup.
Yasmin merasakan kehadiran seseorang di kamarnya, Yasmin langsung membuka pejaman matanya dan memandang wajah Kaizan yang saat ini berdiri di depan pintu.
Yasmin bangkit dari pembaringannya dan menghampiri Kaizan. Yasmin tak tahan lagi, ia harus menumpahkan hasratnya, sudah cukup lama ia menunggu.
“Tuan,” lirih Yasmin.
“Maafkan saya, Yas, saya tidak tahu kalau kamu—“
“Tuan sudah tahu semuanya, jadi Tuan tidak perlu minta maaf.”
“Tapi, kenapa kamu melakukan ini?” tanya Kaizan menatap wajah Yasmin.
Yasmin menarik Kaizan lembut, memasukkan Kaizan ke kamarnya, lalu Yasmin menutup pintu kamarnya, di sini sempit, namun untuk berdua juga sudah cukup.
“Saya juga wanita dewasa, Tuan, saya tidak perlu menjelaskan sepi ini.”
Kaizan terdiam, ya memang benar, Yasmin sudah dewasa, walau usia mereka terpaut cukup jauh, Kaizan tersenyum dan mengelus leher belakangnya.
“Maukah Tuan mengusir sepi dalam hati ini?” tanya Yasmin membuka kancing piyama majikannya.
“Yas, saya tidak mau menyakiti kamu.”
“Tuan, ini keinginan saya, jadi Tuan tidak menyakiti saya.”
“Ya. Saya tahu. Tapi—”
“Tuan, cium saya, tolong,” lirih Yasmin membuka pakaiannya dihadapan Kaizan dan Kaizan akui, tubuh Yasmin memang indah, pulen dan seperti belum tersentuh siapa pun. “Saya tidak pernah melakukan ini dengan orang lain, Tuan, pertama kali untuk saya, jika Tuan mau.”
“Lalu kenapa selama ini kamu memuaskan diri dengan cara ini?”
“Saya hanya memacu adrenalin saya, Tuan, ternyata enak.”
“Haha. Kamu ini,” geleng Kaizan.
Yasmin duduk di tepi ranjang dengan tatapan menggoda pada Kaizan, Yasmin sudah tidak mengenakan apa pun, bahkan dua gundukan itu terlihat jelas, tubuh montoknya terlihat jelas juga, membuat Kaizan sempat menelan ludah, Kaizan tak mungkin menolak ini.
Kaizan lalu duduk disebelah Yasmin, lalu Yasmin langsung mencium bibir majikannya, kecupan itu berkali-kali ia lakukan, sampai Kaizan membalasnya dengan ciuman yang lama.
“Hemphh.” Kaizan menyentuh bibir bawahnya ketika Yasmin menggigitnya.
Yasmin tertawa kecil melihat wajah Kaizan yang meringis karena perih. “Tuan tidak apa-apa, ‘kan?”
“Kamu memang nakal,” kata Kaizan membaringkan Yasmin ke ranjang kecil itu dan ia pun menindih Yasmin. Tubuh Yasmin dibawah tindihannya benar-benar indah, Kaizan ingin menerkam Yasmin saat ini juga.
“Tuan, biarkan saya yang melakukannya,” kata Yasmin mendorong tubuh Kaizan dan membaringkan Kaizan disampingnya, Yasmin lalu menindih Kaizan dan tersenyum cantik.
“Kamu cantik,” puji Kaizan.
“Tuan tidak akan menyesali ini, ‘kan?” tanya Yasmin.
“Tidak akan. Aku melakukannya dengan sadar,” jawab Kaizan.
Yasmin mengangguk lalu mencumbu Kaizan dan menjilat setiap jengkal tubuh majikannya, Kaizan merasakan kenikmatan yang luar biasa, sudah lama ia tidak merasakan hal ini, dulu yang selalu bekerja keras adalah dirinya, bukan Sarah, namun kali ini Yasmin yang memanjakannya dengan sentuhan-sentuhan manis itu.
Entah keberanian apa yang Yasmin miliki, membuat gadis itu langsung memasukkan junior majikannya ke dalam mulutnya dan ia mulai memainkannya dengan lidahnya. Sungguh, Kaizan baru merasakan hal ini.
“Kamu belajar darimana, Yas?” tanya Kaizan.
“Banyak video yang aku lihat, Tuan,” jawab Yasmin.
“Ouhh, terus, yas, terus,” ucap Kaizan memejamkan matanya dan merasakan kenikmatan sampai ke ubun-ubunnya.
“Tuan, kamu wangi dan tampan,” puji Yasmin.
“Tubuhmu tak kalah wangi, Yas,” jawab Kaizan.
Yasmin tersenyum.
Yasmin lalu menghentikan memanjakan milik Kaizan dengan lidahnya, lalu Yasmin melebarkan pahanya dan duduk di atas milik Kaizan.
Yasmin lalu memasukkan milik Kaizan ke dalam miliknya, masuknya cukup susah, namun ia tetap berusaha memasukkannya, Yasmin memang masih perawan, ia tidak pernah melakukan ini pada orang lain, bahkan kepada kekasih hatinya yang jauh di sana. Orang pertama kali yang menikmatinya adalah Kaizan, dan itu majikannya sendiri.
“Ahh,” desah Yasmin ketika akhirnya junior Kaizan berhasil masuk ke dalam Lembah miliknya. “Tuan, saya akan bergerak.”
“Iya, Yas, bergerak lah,” ucap Kaizan.
Yasmin terus bergerak, membuat Kaizan mendesah terus menerus, karena nikmat yang tiada tandingannya dengan apa pun, surga dunia orang dewasa yang membuat candu.
Yasmin terus menggerakkan pinggulnya, ketika sedang menggerakkan pinggulnya, Kaizan langsung membaringkannya ke samping, ranjang kecil itu menjadi tempat mereka bergulat.
Kaizan menindih Yasmin dan Kaizan menggerakkan pinggulnya, Kaizan meremas dua gundukan Yasmin, membuat Yasmin merasakan surga dunia yang sesungguhnya, jilatan demi jilatan diberikan oleh Kaizan, bahkan Kaizan memilin putingnya. Membuat Yasmin mendesah tak karuan.
***
Sarah datang membawa Rafka bersamanya, Sarah langsung memeluk Kaizan didepan Yasmin.
Sementara itu Rafka langsung memeluk Yasmin.
“Aku datang, Sayang,” ucap Sarah.
Kaizan menoleh dan melihat tatapan Yasmin. Kaizan langsung melepaskan pelukan Sarah.
“Aku minta maaf karena telah menyebabkan ini, tapi kamu nggak usah khawatir, aku nggak mungkin menyakiti Aka, dia putra kandungku, dan aku nggak mungkin menyakitinya. Aku hanya nggak mau membuat Latif terluka karena aku menolak permintaannya. Untungnya Latif nggak ada, jadi aku bisa membawa Aka bersamaku dan pulang kemari.”
Kaizan menoleh melihat Rafka yang saat ini masih memeluk pinggang Yasmin.
“Aka, kenapa kamu memeluk pembantu itu?” tanya Sarah.
“Mama jahat!”
“Sayang, kamu kok ngomong gitu? Mama kan nggak pernah menyakiti Aka.”
“Ya emang nggak pernah nyakitin Aka, tapi Mama dengan Om Latif jahat.”
“Jangan mengatakan hal itu tentang Om Latif, Sayang, dia selalu menyuruh mama menjaga kamu baik-baik.”
“Mama jangan bohong, Aka dengar semua yang Mama dan Om Latif bicarakan.”
“Yas, bawa Aka ke kamarnya, ya. Saya akan bicara dengan Sarah.”
Yasmin menganggukkan kepala, dan melangkahkan kaki menuju tangga, ia membawa Rafka ke kamarnya.
“Kamu duduk, ada yang mau aku bicarakan,” ujar Kaizan.
Sarah lalu duduk dihadapan Kaizan dan menunggu Kaizan berbicara.
“Kamu benar-benar mencintai Latif?” tanya Kaizan.
“Ya. Aku mencintainya.”
“Lalu aku?”
“Aku juga nggak akan melepaskanmu.”
“Maksud kamu? Kamu akan tetap bersamaku dan bersama Latif? Aku harus menutup mata, begitu?”
“Iya. Kamu harus melakukan itu agar kita tetap sama-sama.”
“Kamu lupa kalau sebentar lagi kita akan memenuhi panggilan pengadilan?”
“Iya. Kita bisa membatalkan gugatan itu dan kembali bersama, seperti dulu.”
“Tidak. Ini yang terakhir,” jawab Kaizan membuat Sarah menautkan alisnya. "Aku tidak akan bisa mentolerir perbuatanmu lagi. Kamu ingin uang, 'kan? Itu yang di minta Latif kepadaku. Dia minta ku berikan kamu 20 milliar, agar kita bisa bercerai. Akan aku berikan. Yang penting kita harus benar-benar bercerai."
"Tidak. 20 milliar saja tak cukup."
"What? Tidak cukup? Uang sebanyak itu tidak cukup bagimu?"