bc

Mantan Miliarder

book_age4+
3
FOLLOW
1K
READ
billionaire
goodgirl
drama
comedy
mystery
genius
female lead
city
enimies to lovers
naive
like
intro-logo
Blurb

Aku adalah Katrina Athira Bahran! seorang putri milyarder yang terkenal akan hobi berfoya foya dan enggan bergaul dengan orang biasa.

Karena dijebak seseorang yang entah siapa, ayahku ditahan karena terbukti melakukan kasus korupsi yang berhubungan dengan negara dan perusahaan.

Akibatnya, semua aset keluarga Bahran disita. Termasuk rumah dan barang mewah yang kami miliki.

Tak cukup hanya disitu, tak lama setelah kami terusir dari rumah, ibuku terjatuh pingsan entah mengapa. Lalu mendapati fakta bahwa ibuku menderita kanker otak stadium akhir.

"Ayah yang dipenjara karena fitnah, tempat bernaung dan harta yang telah disita, serta ibuku yang nampak koma, cobaan macam apa yang sedang menimpaku ini!" pikirku bingung sembari berjalan pergi menuju ke luar rumah sakit.

"Papih?"

Aku terkejut bukan main, saat mendapati sosok seseorang yang nampak persis seperti ayahku. Sosok itu berdiri tepat di luar rumah sakit.

"Jadi benar, ada orang yang memiliki wajah persis seperti Papih!" aku tersentak kemudian lari mengejar sosok yang perlahan naik sebuah ke mobil mewah berwarna hitam.

chap-preview
Free preview
Mendadak miskin
Karena terjerat kasus korupsi, keluarga Bahran mendadak jatuh miskin. Seluruh aset kekayaan yang keluargaku miliki, disita dan dibekukan oleh Bank dan pemerintah. Tak cukup sampai di sana, keluarga ini juga dikenai denda yang tidaklah sedikit, sementara sang kepala keluarga ditahan karena terbukti bersalah. Akibat dari denda yang melonjak tinggi, Aku dan Ibuku ditendang keluar dari rumah kami, tanpa membawa apapun selain pakaian yang kami kenakan, serta ponsel pintar yang kami kantongi. "Huh ... ," Ibuku nampak kesal saat mencoba menelepon seseorang. Entah siapa saja yang sedang dia coba hubungi, yang jelas tak ada satupun yang mau menjawab telepon Ibuku. "Gimana, Mih?" "Mau ke mana lagi sekarang?" tanyaku bingung sembari menatap Ibuku. "Paman dan bibimu tak ada yang mau ngangkat telpon Mamih." Ibuku nampak begitu cemas. Sangat wajar baginya untuk merasa cemas, karena bagaimanapun juga selain saudara ibuku, tak ada lagi keluarga yang dapat kami mintai tolong. 'Andai kakek dan nenek masih ada, mungkin kami tak akan jatuh separah ini,' "Meski kakek dan nenek bukan dari keluarga berada, setidaknya mereka masih mau menerima kita ... ," gumamku sembari termenung sedih. "Maaf ya sayang, gara gara mamih maksa nikah sama papih ... kita jadi seakan gak punya saudara," Ibuku membelai wajahku dengan sedih. "Lupakan soal itu!" "Yang lebih penting sekarang, Mamih harus cari tempat untuk tinggal!" "Kalau aku sih bisa kembali ke asrama seperti biasa, tapi Mamih ... " Aku terdiam sejenak karena tak sanggup menyelesaikan kalimatku. "Jangan pikirin Mamih, kamu fokus saja urusin kuliahmu dan ..." Ibuku terdiam sejenak sembari menyentuh dahinya seperti orang yang menderita sakit kepala. Tak lama setelah itu, keseimbangannya pun perlahan goyah dan ... berakhir terjatuh ke pelukanku. "Mih?" "Bangun, Mih!" "Jangan bercanda dong!" "Kita sedang diluar sekarang, Mih bangun ... ," "Mih ... , Mamih!!!" Aku berteriak kencang saat menyadari lenyapnya hembusan napas ibuku, kemudian perlahan menangis lega ketika memeriksa nadinya masih berdenyut. .... "Apa dok!?" "Kanker!?" "Kok bisa sih!" "Padahal sebelumnya ibuku baik baik saja loh!" "Masa iya ibuku menderita kanker otak stadium akhir!" Aku membentak dokter yang telah mendiagnosis kondisi ibuku. Rasa bingung, kesal, marah dan tak percaya bercampur aduk menjadi satu kala itu. "Mih, kenapa Mamih gak bilang ke Katrina sih?" "Sudah berapa lama, mamih menderita kanker otak?" "Tolong jawab aku mih?" tanyaku lemas. "Pasien sedang dalam kondisi koma, jadi mustahil baginya untuk menjawab sekarang," sambung dokter yang telah selesai mendiagnosis ibuku. "..." karena keadaan, aku terpaksa membiarkan ibuku menginap di rumah sakit. Sementara biaya rawat inap, entah harus kubayar dengan apa. Aku terus melamun, saat mengetahui tingginya biaya perawatan ibu, sementara diriku tak memegang uang sepersenpun kali ini. Dalam keadaan bingung, aku teringat dengan pertemuan terakhir kami kemarin. "Mih, sayangku ... , kalian percaya sama Papih kan?" "Papih bener bener gak bersalah, semua bukti itu palsu!" "Papih sudah dijebak seseorang! Apapun yang terjadi, tolong jangan percaya sama hasil pengadilannya. Meski di mata dunia ini Papih, sudah dicap buruk, setidaknya Papih ingin kalian tetap mempercayai Papih." Dengan seragam tahanan, ayahku duduk dengan penuh harap, ketika aku dan ibuku datang menjenguk. Di samping kanan dan kiri Ayah, nampak petugas kepolisian yang bertugas mengawasi ayah yang sedang kami besuk. "Jangan khawatir Pih, Mamih percaya kok!" "Papih gak mungkin lakuin itu!" Ibuku memegang erat tangan ayah, dengan senyum tulus di wajahnya. "Ya, Katrina juga percaya kok sama Papih." "Jadi, Papih gak perlu hawatir soal itu," sambungku dengan tampang tegar. Kala itu, aku sedang duduk di samping kanan Ibu yang nampak duduk bersebrangan dengan ayah. "Terimakasih sudah percaya sama Papih," Ayahku tersenyum haru. "Oh, iya ... ngomong ngomong, papih tahu gak, siapa dalang dibalik kejadian ini?" tanyaku dengan heran. "Papih gak tahu, yang jelas orang itu berwajah persis seperti Papih!" "Dan anehnya, entah dari mana setiap dokumen palsu itu memiliki sidik jari papih!" jelas ayahku sebelum diminta pergi karena jam besuk telah berakhir. .... 'Ayah yang dipenjara karena fitnah, tempat bernaung dan harta yang telah disita, serta ibuku yang nampak koma, cobaan macam apa yang sedang menimpaku ini!' pikirku bingung sembari berjalan pergi menuju ke luar rumah sakit. "Papih?" Aku terkejut bukan main, saat mendapati sosok seseorang yang nampak persis seperti ayahku. Sosok itu berdiri tepat di luar rumah sakit. Wajahnya nampak begitu jelas meski dari kejauhan. Jika bukan karena pintunya yang terbuat dari kaca, mungkin aku tak dapat melihat sejelas itu. "Jadi benar, ada orang yang memiliki wajah persis seperti Papih!" aku tersentak kemudian lari mengejar sosok yang perlahan naik sebuah ke mobil mewah berwarna hitam. Sayangnya aku tak dapat menangkap langsung orang itu, beruntungnya aku sempat terpikirkan untuk memfoto plat nomor mobil tersebut. "Pih ... nampaknya katrina bisa bersihin nama papih!" gumamku sembari tersenyum yakin saat melihat hasil jepretan ponselku.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Rise from the Darkness

read
8.5K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
36.0K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.7K
bc

DIHAMILI PAKSA Duda Mafia Anak 1

read
40.9K
bc

TERNODA

read
198.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook