Pertemuan Kedua

1362 Words
Setelah seminggu kemarin  mengikuti kegiatan yang cukup padat. Hari ini, Ara harus mulai dengan perkuliahanya. Rasanya ia masih ingin istirahat, mengingat seminggu kemarin dia tak memiliki banyak waktu istirahat dikarenakan kegiatan yang sangat padat mulai dari pagi hingga sore, sehingga dia sampai di kontrakan sudah malam. Aah, ternyata susah juga mau jadi masiswi, aku pikir waktu sma saja mabim itu dibuat. Keluh Ara. Ara, sedang duduk sambil mencoret – coret kertasnya, sementara disebelahnya  wina dan Nita tengah asyik  berbagi cerita tentang kampung halaman masing – masing. Maklum kebanyakan mahasiswa/ I di sini adalah anak rantau, sehingga tidak heran jika kami pun memiliki bahasa daerah yang beragam. Dan itulah sebabnya kita harus bangga menjadi orang Indonesia. Selalu bisa bersatu dalam perbedaan. Tak heran jika kita  saling mencari tau daerah asal teman’’ yang lain Sekalian menambah pengetahuan.  Mata kuliah pertama akan dimulai 30 menit lagi. dari arah luar terdengar sura gelak tawa parah cowok yang sedang berjalan menuju kelas membuat Ara yang sedari tadi menunduk pun mendongak kearah mereka, tiba – tiba pipi Arah terasa panas, sekujur tubuhnya mendadak dingin, bahkan jantungnya berdetak begitu cepat, wajah itu, pemilik tawa renya itu. Lelaki sombong dan dingin itu, sedang apa dia disini? Sekebat tanya memenuhi kepala Ara. Bangku ini udah ada yang nempatin? Suara Airon yang entah sejak kapan sudah ada disamping tempat Ara duduk, Ara hanya menggeleng, karena mendadak tenggoroknanya kering, tak berselang lama dosen datang. Arah bersyukur bisa terselamatkan dari kecanggungan ini. Bagaimna tidak lelaki disebelahnya ini sedari tadi hanya duduk diam dengan ekspresi datarnya.serta sorot mata yang tajam, makin membuat Ara menciut. Perkuliahan pagi ini cukup membuat seisi kelas tegang ternya pak dosen ini sangat kiler setelah dua jam mendengar ceramah akhirnya pembelajaran pun berakhir dengan seabrek tugas yang harus dikumpulkan dua hari lagi. Mina, Nita, dan Arah sedang serius membolak – balik modul, untuk mengerjakan tugas, yah, mereka bertiga berniat menyicil saja bahkan bakso yang sedari tadi terletak dihadapan mereka pun belum terjamah, akibat keseriusan mereka. “ woi bakso seenak ini dianggurin? Kasih aku aja kalu gitu, suara Rolan sontok mengalikan perhatian ketiga orang itu sejenak, kemudian ketiga kembali sibuk  tanpa menghiraukan Rolan. Merasa diabaikan Rolan pun tak peduli, tanpa memberi tahu si empunya, Rolan langsung melahap habis bakso milik Ara, kebetulan posisi  mereka saat ini bersebelahan.  Kemudiaan dia berdehemn, ehemnn, halo, ledis? Ketiga pun menoleh serempak menatap si empunya suara.  Woi mau lo apa si? Ganggu aja  lo. Terus siapa coba nuru lo habisin bakso temen gue? Nita berteriak emosi. Yah, Nita itu memang tempramen dan juga memiliki gaya tomboy . Ara dan Wina mencoba menenangkan temanya itu. Udah  ngga Papa Kata Arah, menengahi, btw, kamu mau ngapain sebenarnya Rolan? Hehe, maaf ya Ara, Gue Cuma iseng, gue udah pesanin yang baru ko buat lo. Gue boleh g gabung sama lo bertiga buat bikin tugas ini ? kata Rolan dengan wajah memelas. Umnh,… Ara menjeda kalimatnya sambil menoleh kearah kedua temanya, memita pendapat. Aku si oke –oke aja, asal mau kerja juga jangan mau enak doing, kata wina memberi pendapat. Gue juga ok tukas Nita jutek. Rolan, tersenyum senang. Ok kalu  gitu, nti kontak gue de, kapan mau ngerjainnya. Bentar  sore aja de Rol, soalnya, kita bertiga udah sepakat buat ngelanjutin di kontrakan Ara ni, kata wina. Iya Rolan, jadi kalu kamu mau kamu boleh langsung ikut bareng kita pas pulang nanti, lanjutnya. Memang sehabids kuliah, rencananya Ara dan Wina akan langsung pulang  kekontrakan Ara, sementara Nita, Akan menyusul mereka sore nanti, karena nita harus mengantar mamanya Arisan terlebih dahulu.  Emang boleh Ra ? tanya Rolan sambil mengaruk tengkuknya.  Boleh Kok Rolan. Jawab Ara sambil tersenyum. Yang membuat Rolan Mendadak salah tingkah.  Sungguh senyuman Ara begitu indah, membuat siapapun yang melihatnya terpukau dan menghangatkan hati setiap orang yang dingin. *** Ara, tengah sibuk beberes didapur, sementara  Wina dan Olan sedang berada diruang tamu salbil mengobrol rece. Sesekali wina menoleh kearah dapur yang memang letaknya dapat terlihat dari ruang tamu yang hanya disekat menggunakan rak – rak buku. Kontrakan Arah, bukanlah rumah yang mewah.  Hanya sebuah Rumah sederhana  memiliki 2 kamar tidur satu ruang tamu, ruang makan sekalian dapur serta teras depan yang tidak terlalu luas. Meski  rumah ini kecil namun penataan taman dan juga ruangnya sangat rapi mencermikan diri Ara yang menyukai kebersihan dan kerapian. Selesai memasak dan menghidangkan masakannya yang sederhana  Arah, menghampiri Wina dan Olan ternya keduanya tengah sibuk mencari materi terkaiat tugas yang mereka kerjakan. Rolan, Win, makan dulu yuk, suara Arah, memecah keheningan diruang tamu, Rolan menoleh sekilas kemudian lanjut mebaca buku yang sedari tadi bacanya. Wina, mengangguk setuju. Sedetik kemudian wina berdiri meninggalkan Arad an Rolan menuju dapur. Dasar si wina,  masa makan nggak ngajak Rolan, padal Rolankan masi canggung secara dia orang baru disini.  Rolan Menatap Wina dengan tatapan sulit diartikan sementara Ara hanya tersenyum. Kemudian dia  menarik Tangan Rolan Memaksanya mengikuti Wina yang sudah Nagkring Dimeja Makan dengan wajah Sumringah. Duduk Lan, jangan malu, Arah mempersilakan Rolan sory Cuma seadanya aja ni . maklum anak rantau. Hehe. Arah Nyegir sambil menarik kursi disamping Wina, sementara Rolan sudah duduk berhadapan dengan Wina. Ketiganya makan dengan tenang sesekali Rolan Memuji masakan Arah, Arah hanya tersenyum malu, mendengar pujian Rolan. Tiiitttt…tittitttt…suara ponsel Rolan sontak mengalikan perhatian ketiganya. Halo, bro. sapa Rolan setelah menekan tombol hijau pada Hpnya.  Lo dimana ni? Dirumah bro, kenapa? Boóng lo. Gue tadi kerumah lo ngak ada. Hehe, gue lagi dirumah temen. Kenapa bro? paper ekonomi  makro lo udah selesai? Belum.  Ni baru mau dikerjaian. Njirr lo, kok ngak bilang gue, kerja bareng gue dong. Gue mumet ni kalau kerjanya sendirian. Duh, gimanaya? Gimana ? Gue juga kerjanya sama temen gue.  Gini gue tanya dulu de, mereka mau ga, kalau gue ngajak elo. Bentar. Ara, Wina, keduanya serempak menatap Rolan dengan ekspresi bingung. Wina langsung menyenbur dengan pertanyaan Kenapa? Siapa yang nelpon? Temen gue. Boleh ngak dia gabung bereng kita? Siapa? Tanya wina lagi, sementara Ara hanya mendengarkan. Airon. Uhuk, uhuk. Kenapa Ra? Minum dulu kata wina. Entah mendengar nama itu membuat tubuh Arah panas dingin sendiri ada sesuatu dalam hatinya bergemuru hingga tanpa sadar dia tersedak makanan hingga terbatuk –batuk. Jadi gimana Ra, boleh tidak? Tanya wina sambil menaru kembali gelas berisi air yang diberikan pada Ara keposisi semula. Kok aku si. Kamunya dong Ara malah balik bertanya pada Wina. Humnt, ok.  Nyuru dia nyusul aja kesini kalau begitu. Semakin banyak kita akan semakin cepet selesainya kan? Wina berucap sambil mengusap dagunya seolah berpikir. Arad an Rolan mengangguk setuju. Setelah Rolan Menyampaikan kepada kepada Airon dan mendapat jawaban dari Airon  sambungan telepon  pun berakhir. Tok – tok  tok, suara ketukan pintu dari luar, membuat ketiga orang yang sedang berkutat dengan kesibukan masing – masing sontak menoleh, Ara, bangkit dari duduknya dan bergegas membuka pintu sementara kedua temannya menatap dengan penasaran. Selamat sore, sapa seseorang dari balik pintu itu, Ara hanya terdiam membisu, menatap sesosok  manusia jangkung dihadapannya. Ternyata dia memang tampan, Ara membatin. Ehmnt, suara deheman itu kembali myadarkan Ara, mari masuk, Ara kata Ara sedikit menggeser tubuhnya memberi jalan, yang disuruh tanpa menyahut segera bergegas menuju ke ruang tamu dimana sudah ada Wina dan Rolan Disana. Woi, Ron kok baru dateng? Sambut Rolan. Iya tadi masih ada sedikit Urusan gimna? Udah selesai? Tanya Airon dengan ekor mata mengarah pada leptop yang tergeletak diatas meja. Selesai Apaan?  Pusing gue nyari astikel dari tadi Roan mengacak rambutnya frustasi. Kamu mau minum Apa? Suaru Ara menghentikan obrolan dua lelaki tampan itu. Airon memasang wajah dingin sementara Rolan hanya nyegir kuda. Arah mengangkat kedua Alis kearah Rolan seolah bertanya. Rolan yang menyadari situasi segera berkata, dia minum apa aja, racun juga kalu di kasih gula pasti dihabisin ko. hhhh, Rolan tetawa  jail. Sementara yang ditertawai Cuma masang wajah dingin.  Tak berapa lama Ara, kembali dengan membawa segelas kopi hitam dan juga setoples kecil kacang kapri. Beberapa menit kemudian suasana kembali hening. Semuanya sibuk mengerjakan tugas yang sudah dibagi wina,  Roland dan Airon mendapat bagian mencari artikel dan teori – teori mengenai ekonomi makro dari beberapa buku sementara Ara dan Nita yang baru beberapa menit lalu sampai mendapat bagian mencari artikel terkait di internet. Dan tugas wina adalah mengetik hasil temuan temannya pada leptop. Tetapi baru kerangkanya. Nanti setelah selesai akan diedit oleh Arah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD