Aku menjatuhkan tubuh di sofa ruanganku. Kepalaku berdenyut, tidak percaya dengan apa saja yang baru aku lalui. "Lex.. lo gapapa?" Krista masuk membawakan teh manis hangat, aku langsung meminum setengahnya. "Kok bisa ya kita ga ngeh sama namanya? Padahal jelas-jelas nama itu ada di email yang kemarin kita terima." Sahut Krista sambil mengetuk-ngetuk meja dengan pulpen. Aku menghela napas. "Gw aja ga tau nama profesinya dia begitu." Aku terkejut saat melihatnya tadi diruang meeting, semua orang memanggilnya Dr.Samuel. Sedangkan pria itu, dengan santai bicara seolah tidak mengenalku. Walau aku dapat mengatasi keterkejutan dengan baik, tetap menjalankan meeting itu secara profesional, tapi aku kesal jika membayangkan bahwa aku akan sering bertemu dengannya. Mereka akan menginap selama beb

