Bab 2

1194 Words
 “Astaga! Sepertinya kita tidak bisa main-main dengan Mr.Ax. Dia benar-benar 'pembunuh'.” Eren bergidik ngeri. “Jaga Melodi... jangan sampai dia kabur,” bisik Shelyn. Gia dan Lean memeluk lengan Melodi dengan centil.”Ayo..., Mel kita cari minuman dulu.” Melodi mengikuti saja, sekalipun sebenarnya ia tak terbiasa dengan tempat ini. Gelap dan berisik. “Ayo kita kunjungi Mr. Ax sebelum dia melempar kita ke tempat sampah.” Shelyn memberi kode pada Eren. Mereka tiba di sebuah ruangan kaca. Itu adalah ruang khusus Mr.Ax. “Kau datang! Pria bertopeng menyeramkan itu menatap Shelyn. Apa kau sudah menyelesaikan permasalahan kita?” Tanya Mr.Ax. “Hmm... aku harap secepatnya, Mr.Ax... tapi saat ini kami belum bisa mengganti kerusakan mobilmu,” jelas Shelyn. Mr.Ax terdiam beberapa saat  lalu bicara, “Aku sudah memberimu waktu seminggu. Ini bukanlah masalah uang, Nona Shelyn. Tapi... tanggung jawab karena kau telah menabrak dua mobilku di parkiran.” “Maafkan, kami, Mr. Ax... ehmmm kau lihat temanku yang di sana,” tunjuk Shelyn pada salah satu meja bar.”Ya... Gia  dia sedang mengalami masalah sulit di keluarganya. Kami sungguh belum bisa memberikannya padamu.” Mr.Ax kembali terdiam. Menatap ke arah bar yang ditunjuk oleh Shelyn.”Siapa gadis itu? Aku tidak pernah melihatnya.” Shelyn berteriak dalam hati karena sepertinya apa yang ia rencanakan, berjalan dengan semestinya. Jelas, Mr.Ax menanyakan Melodi. Tidak mungkin Gia atau Lean karena mereka sudah cukup sering berkunjung ke sini. Kemarin juga mr.Ax sempat bertemu dengan mereka. Sudah dipastikan yang dimaksud Mr.Ax adalah Melodi. “Itu teman kami,” jawab Shelyn. “Teman? Dia tidak pernah berkunjung di sini sebelumnya.” “Ya. Ini untuk pertama kalinya.” Shelyn tersenyum. “Aku ingin mengenalnya.” Ucapan Mr.Ax membuat Shelyn berteriak dalam hati. “Aku... ingin memberikan sebuah penawaran padamu, Mr.Ax,” kata Shelyn dengan senyuman devilnya. “Apa?” Shelyn tersenyum kembali. Lalu ia membisikkan sesuatu pada Mr. Ax dengan penuh percaya diri. Sementara itu Melodi sedang dipaksa untuk minum. “ayo, minum lagi,” kata lean memaksa Melodi minum. Melodi menggeleng, ia sangat tidak suka dengan rasanya. Kepalanya sudah mulai terasa pusing. “Helo, Girls....” Shelyn datang dengan sedikit memberi kode pada Gia dan lean. “Ehmm... lean,bisa temani aku ke toilet?” Tanya Gia. “Oh... iya. Kebetulan juga aku ingin memperbaiki make up ku.” Lean beranjak dari kursinya. “Hei... aku juga ikut.” Eren menyusul Gia dan lean. “Shel... aku ingin pulang saja. Kepalaku sudah pusing.” Melodi memijit pelipis kanannya. Shelyn tersenyum licik, ia mengabaikan apa yang dikeluhkan oleh Melodi barusan.”Ada yang ingin bertemu denganmu, Mel... silakan, Tuan.” Melodi menatap sekumpulan pria di hadapannya. Dan yang paling menarik perhatian adalah pria berkemeja hitam dengan wajah yang tak jelas bentuknya. Terlihat seram. Entah dia memakai topeng atau apa. Tapi  wajahnya seperti dalam film fantasi. “Kenapa dia ingin bertemu denganku, Shel?” Shelin tidak menjawab apa-apa, tapi kemudian Melodi merasakan bekapan pada mulut dan hidungnya. Seketika semuanya menjadi gelap. Mr.Ax langsung menangkap tubuh Melodi. “Siapkan mobil!” Perintahnya. “Senang berbisnis dengan anda, Mr.Ax,” kata Shelyn dengan bangga karena rencananya berjalan dengan mulus. Mr. Ax tersenyum.”Selamat menikmati liburanmu, Nona Shelyn.” Kemudian ia membopong tubuh Melodi dan membawanya ke mobil. Ia sudah tak sabar membawa gadis itu pulang. Merebahkannya di atas kasurnya yang hangat. “Apa yang terjadi?” tanya Lean. “Mr.Ax menerima penawaranku,” ucap Shelyn. “Penawaran apa?” Tanya Gia bingung. “Aku memberikan Melodi dan dia tidak akan menuntut kita membayar mobilnya.” Shelyn tertawa. “Good Job, Shel... aku pikir kau hanya akan menjual Melodi lalu uangnya akan kau buat membayar hutang kita pada Ax.” Eren bertepuk tangan. “Jika kita bisa mendapat yang lebih baik... kenapa tidak.” Shelyn tersenyum puas, kemudian merogoh tas tangannya. “Ada satu kejutan lagi... Ax memberikan kita tiket liburan ke prancis.” “Hah? Serius?” Eren menatap Shelyn tak percaya. Shelyn mengangguk sambil menyodorkan sebuah amplop.”Dengan catatan, tidak akan mengganggu hal-hal yang berkaitan dengan Melodi. Melodi sudah menjadi hak miliknya.” “Hah! Di sisi lain ... Melodi beruntung karena ada laki-laki yang membelinya dengan harga mahal. Tapi... sayangnya laki-laki itu jelek dan menyeramkan,” kata Lean. “Lupakan itu. Itu bukan masalah kita, Lean. Saatnya menikmati liburan!” Teriak Gia kemudian. Mereka berempat memesan minuman dan merayakan apa yang baru saja mereka dapatkan. Di perjalanan yang sangat panjang, Melodi tertidur di pangkuan pria yang dipanggil Ax. Ax tersenyum sepanjang jalan, membelai wajah Melodi berkali-kali. Ia menyelimuti tubuh gadis itu dengan jaket miliknya. “Aku harap kita bisa sampai secepatnya, Daren!” Kata Ax. “Baik, Tuan.” Daren menambah kecepatan mengemudi sesuai dengan permintaan tuannya. Hari ini ia melihat sesuatu yang tak biasa, yaitu senyuman yang tiada hentinya dari wajah Ax. Sekitar setengah jam kemudian, besar itu terbuka lebar ketika melihat mobil sang pemilik rumah terlihat dari kejauhan. Daren membuka pintu mobil dengan hormat. Ax keluar dengan membopong Melodi. “Jangan ada yang menggangguku!” Kata Ax memberi pesan pada Daren. “Baik,Tuan.” Ax membawa Melodi ke kamarnya; Merebahkan Melodi di ranjang, Menyingkirkankan jaket yang sedari tadi menutupi tubuh Melodi. Ax mengusap wajah, leher, d**a, perut hingga sampai paha. Napas Ax mulai tak teratur, celananya mulai mengetat. Ax membuka pakaian Melodi, hingga semuanya benar-benar terlepas. Ax membuka topengnya. Kesadaran Melodi hadir. Melodi membuka mata dan sadar ada sesuatu yang berat di atas tubuhnya. Melodi mendorongnya dengan spontan. “Kau!” Ax tersentak, tapi kemudian ia tersenyum. “Hai, cantik! Kau sudah bangun? Mari kita lanjutkan aktivitas kita. Aku sudah tidak sabar mendengar desahanmu, sayang,” katanya tanpa memedulikan tatapan bingung dari  Melodi. Melodi menatap pria di hadapannya. Pria yang sangat tampan, memiliki postur tubuh yang menggiurkan. Ah, pikiran melodi justru mengarah ke sana. Bukankah saat ini ia sedang berada bersama pria yang tidak ia kenal. Kenapa justru ia merasa tenang. Harusnya ia berteriak dan kabur. Melodi melihat ke arah tubuhnya yang sudah polos, beberapa tanda merah sudah menempel di dadanya. “Siapa kau? Pertanyaan itu justru keluar dari mulut Melodi. Ax tersenyum.”Aku?” Melodi beringsut mundur hinga menabrak sandaran tempat tidur. Ax semakin mendekat ke arah MeMelod “Kau... begitu membuatku b*******h, sayang.” Melodi menggeleng, berusaha menghindar Ax yang menciumnya kembali. “Biarkan aku pergi,” kata Melodi. “Tidak akan!” Ax mengecup pundak Melodi lalu beralih ke lehernya. Tangannya menyentuh d**a Melodi perlahan, dengan sangat intim. Terdengar suara desahan pelan dari mulut Melodi. “Ayo kita selesaikan sekarang, Sayang. Aku yakin... kau akan suka.” Ax kembali menyerang Melodi yang kini justru larut dalam pesonanya. Malam ini menjadi malam yang panjang. Ax terus melakukan aksinya tiada henti. Ia benar-benar menemukan tempat yang tepat untuk 'miliknya' “Sayang... bangun.” Alfa mengusap pipi Melodi. Melodi menggumam karena tidurnya terganggu. Alfa harus membangunkannya untuk makan malam. Melodi tidur sepanjang hari. Melodi terbangun dengan badan yang sakit. Ia sedikit meringis saat mencoba untuk beranjak dari tempat tidur. Pergerakan itu membuat Ax terjaga dari tidurnya. “Kau mau kemana?” “Toilet!” Jawab Melodi sedikit ketus. Ax menunjuk ke arah sudut.”Di sana. Setelah itu kembali ke sini.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD