KECELAKAAN TERENCANA

1317 Words
Hari demi hari berganti begitu saja, tapi Mona belum memiliki kesempatan untuk menyelidiki masalah foto yang dikirimkan oleh Fara itu kemarin. Dia dilanda kesibukan yang luar biasa karena pekerjaannya tiba tiba menumpuk, selain ia harus mengurus rumah, tugasnya sebagi content creator juga membludak. Selama ini, Ryan tidak tahu kalau Mona bekerja, Ryan berpikir uang yang dimiliki oleh istrinya itu adalah uang tabungan istrinya yang jumlahnya pasti Fantastis, mengingat Mona adalah pewaris tunggal Keluarga Adiguna yang kaya raya. Ia merasa kalau sang istri hanyalah bekerja melayani dirinya dan mengurus rumah. Ia tidak terlalu paham kalau sebenarnya sang istri juga bekerja dan menghasilkan uang yang cukup lumayan besar. Selama ini memang ia menjatah istrinya itu dengan uang yang tidak begitu besar, tapi herannya sang istri selalu bisa mencukupkan uang yang ada itu dengan makanan yang enak dan juga membayar keperluan-keperluan lainnya. Ryan masih selalu menampilkan wajah baiknya, karena ia merasa bahwa sang istri pasti memiliki tabungan yang cukup besar mengingat bahwa rumah yang mereka tempati ini adalah rumah yang dibeli istrinya jadi ia masih mempertahankan wajah baiknya di hadapan sang istri. Ryan dan Gita memang sedang berusaha untuk membunuh Oma Nova karena Oma Nova dianggap sebagai halangan yang terbesar bagi mereka untuk mendapatkan warisan dari keluarga Adiguna. Tinggal sedikit lagi rencana mereka akan berhasil, karena sedikit demi sedikit, Ryan dan Gita memberikan racun kepada makanan yang dikonsumsi oleh Oma Nova. Sekarang posisi Oma Nova itu emang sakit sakitan, setelah Oma Nova meninggal, tentu warisan akan jatuh pada Mona, tinggal merancangkan pembunuhan sama Mona dan semuanya ... booom! Dirinya dan Gita jadi orang kaya raya! "Sayang, aku harus kerja lembur dan ada acara sama kantor di luar kota hari ini, jadi aku mungkin aku gak pulang hari ini." "Oh, lalu pulang kapan mas?" tanya Mona curiga, tapi ia menyembunyikan kecurigaannya itu dalam diam. "Mungkin 3 harian sih, sayang!" "Hah?Kok mungkin?Mana ada agenda kerja kok gak jelas begitu?" tanya Mona dengan tegas. "Ehm ya soalnya aku juga tak tahu, si bos bilang kalau acaranya 3 hari tapi kamu kan tahu sendiri sayang, namanya juga bawahan, selalu harus siap di setiap bos membutuhkan." Mona pura pura percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya itu, dan mempersiapkan baju sang suami untuk 3 hari. "Hati hati ya, mas! Kabari terus kamu dimana!" Mona santai saja menghadapi sang suami, walau ia curiga. "Siap!Aku mandi dulu!Tolong siapkan bajuku ya, sayang!" katanya sambil mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Mona hanya tenang, mengambilkan baju sesuai permintaan sang suami. Drrtt ddrtt .. Ponsel milik suaminya bergetar dan notifikasinya terlihat sangat mencurigakan, karena sang suami menamai kontak itu dengan nama laki laki tapi interaksinya terlalu intim. [Kalau kamu jadi ikut aku pergi ke luar kota, jangan lupa jemput aku dulu ya! Nanti akan ada service tambahan deh buat kamu!] Tanpa dibuka, notifikasinya sudah jelas terlihat. Sehingga Mona berpikir kalau sang suami gak mungkin pergi keluar kota dengan pimpinannya melainkan dengan wanita lain seperti yang diinfokan oleh Fara. Ponsel suaminya itu diberi sandi oleh sang suami, membuat ia tak bisa mengeceknya, akhirnya ia memutuskan akan menyewa detektif untuk menyelidiki Ryan. "Mana baju yang kamu sudah siapkan itu, sayang?" "Itu diatas ranjang!" Mona menjawab seolah tidak ada masalah apa-apa padahal saat ini dia sedang menahan emosi karena tingkah laku sang suami. . . Baru saja suaminya pergi meninggalkan rumah, ia langsung mendapatkan telepon dari seseorang yang memberikan berita buruk. Mona harus dihadapkan pada kenyataan kalau Oma Nova, dinyatakan meninggal dunia karena sakit penyakit. "Tidak ... tidak !!Oma, jangan tinggalin Mona sendiri. Maafin Mona, Oma!Maafin Mona!!" teriaknya dengan histeris ketika ia mendengar berita kehilangan sang oma tersayang itu. Padahal di waktu terakhir pertemuan mereka, Oma dan dirinya berseteru, sehingga Oma Nova meninggalkan dunia ini, ia dan Oma masih ada persoalan yang belum selesai dan dirinya masih belum termaafkan. Di pemakaman, Mona tak melihat adanya Gita, bahkan suaminya yang ia kabari sama sekali tak membalas pesannya, bahkan ponselnya tidak aktif. Mona langsung di kerubuti para pelayat yang datang, mereka kebanyakan memberikan ucapan bela sungkawa yang sedalam dalamnya mendengar kematian dari Oma Nova. Walau banyak yang sudah tahu kalau Mona menikah tanpa restu sang nenek, tapi di akhir hayat sang Oma, Mona tetaplah anggota keluarga satu satunya yang dimiliki oleh Oma Nova. "Nona Mona, saya pengacara Nyonya Nova, dan saya ingin bertemu dengan nona perihal surat warisan milik Nyonya Nova, yang dititipkan pada saya, dan ia sudah memberikan mandat apabila ia meninggal maka surat itu harus langsung dibacakan dan diserahkan kepada anda."katanya dengan tegas. Mona langsung menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti dan mempersilahkan sang pengacara untuk masuk dan menyerahkan berkas surat warisan kepadanya serta membacakannya secara langsung untuk ditanda tangani dengan segera. "Baik, akan segera saya tandatangani supaya semuanya bisa langsung diurus dengan segera!" kata Mona dengan tegas. Setelah ia menanda tangani berkas tersebut, ia terkejut melihat ponselnya ada panggilan dari nomer asing. "Halo?" "Dengan keluarga pasien yang bernama Ryan? " tanya seseorang di sana. "Iya saya istrinya." "Pasien terlibat kecelakaan, apakah ibu bisa segera datang kemari?" tanya orang itu dengan nada memaksa, membuat Mona langsung saja mengiyakan tanpa banyak protes. "Maaf pak pengacara, saya harus segera pergi karena suami saya kecelakaan, untuk masalah surat itu, biasa dibicarakan lagi nanti." "Oh baiklah nona, saya akan mengabari lagi kalau surat sudah selesai dibuat." Mona mengangguk dan langsung saja pergi dengan mobil yang ada di garasi rumah keluarga Adiguna. Mobilnya yang dulu biasa ia pakai, namun karena ia dinyatakan keluar dari keluarga Adiguna maka ia meninggalkan mobil itu di garasi. Mona memacu mobilnya dengan cepat karena ia khawatir dengan kondisi sang suami. Meski sang suami sudah ketahuan berselingkuh, namun ia masih menyimpan prasangka yang baik mengenai sang suami. Tiba tiba saja, di jalanan yang sedikit sepi, dari arah berlawanan ada truk yang oleng ke samping dan membuat Mona harus membanting stirnya ke samping dan menabrak pembatas jalan dengan begitu kencang sampai menimbulkan suara benturan yang sangat kuat. Brakkkkk!! Kap mesin mobilnya terbuka dan mengepulkan asap, sedangkan Monanya sendiri terbentur setir yang ada di depannya sehingga kepalanya terluka dengan berat apalagi pecahan kaca yang menancap di wajahnya dan juga kakinya yang terjepit di dalam mobil itu. Dalam kondisi antara sadar dan tidak sadar ia tahu bahwa ada seseorang yang mendekati mobilnya, ia berharap kalau orang itu akan menolong dirinya. Namun ia harus terkejut karena ia mendengar dengan telinganya sendiri kalau ternyata itu adalah diangkat yang ia bantu dan juga ia rawat semenjak kecil dengan kemewahan yang keluarga Adiguna miliki. Ia bahkan sering berseteru dengan Omanya, karena Oma Nova tak pernah setuju ia mengangkat Gita menjadi adik angkatnya. "Dasar lemah! Baru tabrakan begitu saja sudah sekarat!" Gita mencemooh dengan nada sinis, ia tak tahu kalau Mona masih bisa mendengarnya. "Sudahlah!Yang penting rencana kita berhasil, dan sekali tepuk 2 lalat yang mati, baik si tua bangka itu, dan kini si Mona! Kita kaya sekarang!!" suara laki laki yang familiar ditelinganya terdengar, membuat perasaan Mona tambah sesak. Ia baru tahu kalau suaminya itu adalah orang yang bersengkongkol dengan Gita, untuk melenyapkan Oma Nova, dirinya, menguasai hartanya. "Mona memang dari dulu bodoh, namun sok pintar! Aku benci melihat banyak laki laki yang menyanjungnya! Cih, kita bakar saja mobilnya, biar kecelakaan ini tambah sempurna." Gita terkekeh dengan lengkingan bak mak lampir, membuat Mona semakin di dera ketakutan akan kematian yang membayang di depannya. "Biar aku saja, jangan sampai kamu lelah dan bikin anak kita dalam kandungan kamu kenapa kenapa. Masuklah dalam mobil dan biar aku yang melakukan sisanya." Perkataan itu membuat Mona semakin di dera nestapa, suaminya berkhianat dan sampai memiliki anak dengan Gita. Tapi ia tak bisa apa apa, ia juga tak bisa bergerak dan tempat itu sepi, bahkan truk tadi pun sudah tak terlihat di dekat tempat itu. "Ya Tuhan! Aku sungguh tak rela mati dengan cara begini. Tunjukkan keadilanMu ya Tuhan. Ijinkan aku membalas semua yang telah mereka lakukan kepadaku." jerit batin Mona yang terzolimi. Kebaikannya dan belas kasihan yang ia tujukan buat Gita hanya dianggap semu, bahkan dibalas dengan kejahatan dan kematiannya. Ia sungguh tak rela!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD