PART 1

715 Words
"Kau memang anak tidak tahu terima kasih, seharusnya kau mengikuti ibumu pergi selamanya dari dunia ini. Kau hanya menjadi beban untukku," "Papa, sakit. Aku minta maaf, papa. Jangan pukul aku," "Kamu pantas dipukul! Kelakuanmu mirip seperti ibumu yang hanya menginginkan harta lelaki, setelah mendapatkannya lalu dibuang begitu saja." "Papa, hiks." "Papa!" Aletta terbangun dengan nafas tersengal dan wajah basah oleh keringat dan juga air mata. Aletta mencoba mengatur nafasnya dan mengambil air putih yang berada di nakas meja sebelah tempat tidurnya. Suara ketukan pintu membuat Aletta sedikit terkejut lalu berusaha menormalkan detak jantungnya yang menggebu. "Al? estás bien?" terdengar suara seorang wanita dibalik pintu. "sí, estoy bien." balas Aletta. "Boleh aku masuk?" "ya," Wanita itu membuka pintu lalu menatap Aletta dengan khawatir. "Mimpi itu lagi?" Aletta mengangguk lemah. "Kamu tidak ingin mencoba pergi ke psikiater?" "Tidak, aku bisa meminum pil." "Jangan terlalu sering meminumnya, Al. Kamu akan kecanduan," Aletta tertawa lemah. "Aku sudah kecanduan, Bella. Pil itu sudah seperti penunjang hidupku," "Maka dari itu kau harus pergi ke psikiater, kau harus bisa menghilangkan candumu dengan pil itu." "Pil itu hanya untuk berjaga-jaga, Bella. Aku baik-baik saja," Wanita yang bernama Bella hanya menghela nafasnya, mungkin sudah seribu kali Bella memperingati Aletta bahwa wanita itu tidak boleh terlalu mengandalkan pil tidur untuk membantunya ketika mimpi buruk. Dan jawabannya akan selalu sama seperti itu. "Kau benar-benar akan pindah ke London?" Aletta tersenyum lalu mengangguk. "Aku ingin mencoba suasana baru, Bella." "Aku pasti akan sangat merindukanmu, aku tidak keberatan kau tinggal disini untuk selamanya." Aletta menggenggam tangan Bella dengan erat. "Aku yang keberatan, sudah terlalu lama aku tinggal disini. Dan tabunganku sudah cukup bila sewaktu-waktu aku pindah," Bella memeluk Aletta dengan erat. "necesitas ser feliz, Aletta." "si eso espero," ■□■ Aletta tidak tidur hingga pagi menjelang, hanya menatap langit-langit kamar. Setelah cahaya matahari memasuki kamar Aletta, ia terbangun lalu segera membersihkan badannya, Aletta berjalan ke arah wastafel lalu membasuh mukanya. Dia terdiam sebentar menatap wajahnya dengan lengkungan hitam di bawah mata. Aletta menutup matanya menahan air mata yang ingin keluar. Setelah menenangkan dirinya, Aletta keluar dari kamar mandi lalu memakai pakaiannya dan menarik kopernya keluar kamar. "Kau sudah siap, Al?" tanya seorang wanita paruh baya yang sedang mengoleskan selai Coklat pada rotinya. "Ya, tia. Dimana Bella?" "Dia sedang ke supermarket bawah," Aletta duduk dikursi meja makan lalu mengoleskan selai Blueberry pada rotinya. "Apa kau tidak ingin mempertimbangkan lagi?" Wanita paruh baya yang sekarang sedang bersama Aletta adalah ibu dari Bella, ayah Bella sudah tiada. Aletta telah tinggal bersama mereka dari 5 tahun yang lalu, dan Aletta merasa apa yang mereka berikan sudah cukup. Aletta ingin menjalani kehidupannya sendiri, dengan pindah ke London. "Aku sudah memikirkannya dari jauh-jauh hari, tia." "Kau bisa mencari pekerjaan di sini, mungkin bekerja di perusahaan yang sama dengan Bella." Aletta meletakan rotinya di piring lalu beranjak dari kursinya menghampiri Nina, ibu Bella. "Tia, yang kau berikan padaku selama 5 tahun sudah sangat cukup. Aku ingin berusaha berjuang untuk hidupku sendiri," Aletta memeluk Nina yang sudah menangis, Nina sudah menganggap Aletta sebagai putrinya semenjak Bella membawanya ke apartment ini. Beberapa menit kemudian, Bella datang membawa belanjaan bahan mentah untuk dimasak. "Jam berapa pesawatmu berangkat?" "Jam 9," "Aku bisa mengantarmu sebelum pergi ke kantor," ucap Bella. "Tidak perlu, aku bisa menggunakan taksi." "Aku memaksa, Al." Aletta tertawa pelan lalu akhirnya mengangguk. ■□■ Prasyas International Airport Bella memeluk Aletta dengan erat tidak mau Aletta pergi meninggalkannya. "Aku akan sangat merindukanmu, jangan lupa mengabariku bila sudah sampai. Atau aku akan datang ke sana dan menggeret mu kembali ke Spanyol!" Aletta tertawa mendengar ancaman Bella. "Baiklah, aku pasti akan langsung mengabarimu sesampainya di London." Bella mengangguk lemas, tangannya tidak pernah lepas dari Aletta. Infromasi pemberitahuan bahwa pesawat yang ditumpangi Aletta akan segera berangkat membuat Bella mau tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Aletta melambaikan tangannya kepada Bella dan Bella balas melambaikan tangannya, Aletta segera berbalik karna tidak ingin Bella melihatnya menangis. Aletta ingin memulai hidup baru tanpa bayang-bayang masa lalunya yang pahit dan menyakitkan. Dan pergi jauh dari tempat yang membuatnya selalu takut adalah pilihan terbaik, meninggalkan semuanya dan memulai lembaran baru. ¤▪¤ estás bien? = kau baik-baik saja? sí, estoy bien = Iya, aku tidak apa-apa necesitas ser feliz = Kamu harus bahagia si eso espero = Iya, aku harap begitu tia = Bibi
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD