I Get Homesick

2144 Words
Happy Reading . . . *** Hari sudah sedikit gelap dan Jade baru sampai si rumah kecilnya. Ia membuka pintu rumah dan memasukkan sepeda yang selalu ia pakai untuk berpergian ke dalam rumah. Lalu Jade menyalakan semua lampu yang ada di dalam rumahnya dan mendudukkan dirinya di kursi yang berada di depan televisi. Seperti itulah ketika Jade pulang dari sekolahnya, ia selalu disambut dengan kesepian karena Jade hanya tinggal seorang diri. Benar-benar sendirian, tidak ada siapa-siapa yang menemaninya. Tiga tahun sudah Jade merasakan kesepian seperti itu setelah Ayah dan Ibunya bercerai. Dulu Jade bukanlah orang yang tidak mampu seperi saat ini. Bahkan ia pernah merasakan keluarga yang sangat harmonis dan tinggal di dalam rumah besar bertingkat tiga selama empat belas tahun. Flashback On... Jason Lourain, merupakan seorang pebisnis properti yang sudah menginjakkan perusahaannya ke kancah internasional. Kebutuhan Jade selalu terpenuhi dan ia tidak pernah merasa kekurangan. Dan masa kecil Jade yang sangat membahagiakan seperti yang diimpi-impikan semua anak kecil, selalu didapatkan dari Jason dan Anitta. Mendapatkan hadiah disaat ia berulang tahun, berlibur bersama saat ia libur sekolah dan apapun yang diinginkan Jade akan diberikan oleh kedua orangtuanya. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Setelah itu perusahaan Jason terancam bangkrut karena penggelapan dana salah satu karyawannya hingga perusahaan terlilit hutang ratusan miliar rupiah. Sebenarnya Jade dan Anitta tidak mempersalahkan jika mereka harus hidup serba kekurangan dan tinggal di tempat yang kecil, asalkan mereka bisa tetap hidup bersama. Tetapi tanpa di sangka Jason memilih jalan lain untuk berselingkuh dengan rekan bisnis wanitanya. Sepertinya ia tidak sanggup menghadapi perusahaannya yang bangkrut dan hidup serba kekurangan. Maka dari itu ia berselingkuh agar bisa bekerja bersama wanita tersebut dan tidak hidup berkekurangan. Setelah itu Jason pun menceraikan Anitta dengan paksa karena Anitta yang sebenarnya tidak ingin bercerai dengan pria itu. Tetapi saat itu Jason mengancam jika ia tidak ingin diceraikan, Jason akan membawa serta Jade dan Anitta tidak boleh bertemu Jade selama-lamanya. Karena Anitta pun tidak ingin terpisah dengan Jade, dengan terpaksa ia menanda tangani surat perceraian itu. Saat itu Jade berusia lima belas tahun, usia yang sudah cukup bisa untuk membuat keputusan sendiri. Tetapi saat itu Jade hanya bisa diam dan hanya bisa menurut dengan siapa ia akan ikut nantinya. Dan Jade sangat bersyukur bisa ikut bersama dengan Anitta. Lalu Jade dan Anitta keluar dari rumah yang sudah sejak kecil Jade tempati karena rumah itu disita oleh pihak bank. Kemudian Jade dan Anitta segera mencari sekaligus membeli rumah yang terbilang cukup kecil. Rumah itu di beli dari uang milik Anitta sendiri, hasil dari penjualan usaha kosmetik yang dimilikinya sejak dulu. Anitta hanya bisa membeli rumah kecil itu karena sebagian uangnya harus ia pisahkan untuk biaya masuk Jade ke sekolah menengah atas. SMA Harapan Bhakti bukanlah sekolah internasional, tetapi sekolah itu merupakan sekolah favorit yang bayarannya cukup mahal. Jade sangat menginginkan untuk bisa bersekolah di sana dan sebelumnya pun Jade juga sudah mendaftar ke sekolah itu jauh-jauh hari sebelum kejadian perceraian itu terjadi. Masuk sekolah tersebut merupakan hal yang sulit karena banyaknya orang yang ingin masuk ke sana. Jade belajar mati-matian agar ia bisa menghadapi tes seleksi masuk. Dan akhirnya usaha Jade pun tidak sia-sia, ia berhasil masuk. Tetapi sangat di sayangkan, perceraian kedua orang tuanya itu membuat Jade jadi bimbang untuk meneruskan sekolah di sana atau tidak. Tetapi Anitta terus meyakinkan Jade agar ia tetap melanjutkan niatnya untuk bersekolah di sekolah impiannya itu. Dan dengan segala keyakinan akhirnya Jade pun memutuskan untuk tetap bersekolah di sana. Setelah itu semuanya berjalan dengan baik, Jade sudah duduk di bangku kelas satu sekolah menengah atas. Kehidupan Jade dengan Anitta pun juga sudah berjalan dengan baik. Tetapi belakangan waktu, Anitta berubah menjadi seseorang yang pendiam dan sering melamun. Terkadang Jade pun sering menemukan Anitta yang sedang menangis di dalam kamarnya. Jade sangat bingung, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan? Jika hanya sebatas menghibur Anitta, Jade yakin hal itu tidak akan berhasil karena ia tahu hati Ibunya itu sangat terluka, tetapi Jade pun sama terlukanya. Ia harus kehilangan seorang Ayah yang sangat ia sayangi. Sampai pada suatu hari ketika Jade baru pulang dari sekolahnya. Ia menemukan Anitta yang sudah tergeletak di atas lantai kamarnya dengan darah yang terus keluar dari kedua pergelangan tangan. Dan Jade juga melihat ada sebuah cutter yang masih berada di salah satu tangan Ibunya. Jade menghampiri Anitta yang sudah tergeletak itu dengan langkah gemetar. Jade berusaha untuk menyadarkan Anitta walaupun rasanya tidak mungkin karena nafas sang Ibu sudah sedikit demi sedikit menghilang. Dan pada hari itu juga Jade kehilangan satu-satunya wanita yang sangat ia cintai di muka bumi ini untuk selama-lamanya. Flashback Off... *** Jade tersentak dalam tidurnya. Ya, dia masih memakai seragam sekolahnya dan ia pun masih berada di kursi yang berada di depan televisi. Ia secara tidak sadar tertidur di sana dan berakhir dengan mimpi buruk itu lagi. Mimpi yang selalu datang ketika ia sedang rindu dengan Ibunya. Jade melihat jam kecil yang berada di atas televisi yang saat ini sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Jade tidak sadar jika semalaman ia tertidur di sana hingga pagi hari. Bahkan ia masih memakai seragam sekolah yang kemarin. Lalu ia beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki dengan gontai menuju kamar mandi. Sekitar lima belas menit ia membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandi dengan kimono dan sebuah handuk yang ia lilitkan di atas kepalanya untuk mengeringkan rambutnya setelah keramas tadi. Setelah itu Jade melangkah ke dapur kecilnya untuk membuat sarapan sekaligus bekal untuknya sendiri. Kegiatan seperti itu selalu Jade lakukan setiap harinya agar ia bisa menghemat uang tabungan miliknya. Ya, uang tabungan Jade adalah uang hasil dari kerja kerasnya selama dua setengah tahun kemarin. Setelah Jade ditinggal oleh Anitta untuk selama-lamanya, Jade tersadar jika ia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Pada saat Jade menduduki kelas satu sampai dua sekolah menengah atas, Jade mati-matian bekerja keras agar ia tetap bisa membayar uang sekolahnya sendiri dan memenuhi kebutuhan hidupn. Setelah pulang sekolah ia pun langsung pergi ke tempat kerjanya. Jade pernah menjadi tukang pencuci piring di suatu kedai kecil, penjual koran, penjaga toko kelontong, bahkan Jade pernah menjadi petugas kebersihan jalanan. Dan masih banyak lagi pekerjaan yang pernah ia tekuni. Itu semua ia lakukan agar Jade bisa mendapatkan banyak uang dan uang itu bisa ia tabung. Karena Jade tidak ingin saat ia sudah duduk di kelas tiga sekolah menengah atas seperti sekarang ini, fokusnya terpecah antara pekerjaan dan sekolahnya. Maka dari itu Jade bukanlah seorang gadis yang pandai merawat diri seperti para remaja pada umunya yang selalu berlomba-lomba mempercantik diri. Karena seluruh waktu yang Jade miliki, telah ia habiskan untuk bekerja agar ia tetap bisa membayar uang sekolahnya sendiri dan tidak lupa untuk menabung agar kebutuhannya tetap terpenuhi. Setelah itu Jade berangkat menuju sekolah, lalu ia memarkirkan sepedanya di sudut parkiran motor yang disediakan khusus bagi para murid yang mengendarai motor ke sekolah. Ia selalu memarkirkan sepedanya di sudut parkiran yang sedikit tidak terlihat karena jika sepeda Jade terlihat di depan mata murid-murid itu, bisa dipastikan sepeda Jade akan dikotori dengan lumpur, pasir, daun kering dan sebagainya. Hal itu sudah beberapa kali terjadi pada sepeda Jade, maka dari itu lebih baik Jade menyembunyikannya dari pada sepedanya harus menjadi korban lagi. Parkiran pagi itu masih cukup sepi karena jam masuk sekolah baru akan dimulai sekitar empat puluh lima menit lagi. Ketika Jade baru saja melangkahkan kaki, ia melihat ada sebuah sepeda motor sport yang berhenti dan parkir tidak jauh di mana sedang Jade berdiri. Ia sangat tahu siapa pemilik dari sepeda motor itu. Ya, Noel tentunya. Jade akan selalu tahu barang apapun yang dimiliki oleh Noel. Dari sepeda motor, tas, bahkan sepatu yang selalu Noel ganti-ganti setiap harinya. Jade memiliki impian yang sebenarnya sangat ingin ia wujudkan. Yaitu menggantikan posisi Ally yang selalu berada di jok belakang motor Noel. Ia ingin sekali menaiki motor bersama Noel. Tetapi sepertinya itu hanya akan menjadi mimpi dan khayalan Jade saja. "Woi! Pagi-pagi sudah ngelamun saja," ujar Jared, salah satu teman Noel yang membangunkan Jade dari lamunannya. Ya. Noel, Conrad dan Jared. Mereka adalah sekelompok pria yang selalu dilirik dan begitu digemari oleh seluruh siswi di SMA Harapan Bhakti dan mereka pun juga begitu senang mengerjai ataupun menjaili Jade. Mereka begitu dikagumi karena ketampanan mereka, selain itu mereka juga memiliki latar belakang keluarga yang cukup terpandang. Hal itulah yang menjadikan mereka seorang bintang di sekolah. "Sudah sana lo pergi! Pagi-pagi sudah ganggu pemandangan gue saja," timpal Conrad yang berada di sebelah Jared sambil merangkul leher sahabatnya itu. Jade benar-benar tidak sadar jika ia sudah melamun dengan cukup lama di sana. Ia pun juga tidak sadar jika Conrad dan Jared, ditambah lagi Ally yang berada digandengan Noel sudah berada di hadapan Jade. "Iya maaf," balas Jade dengan cepat dan langsung ingin melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu karena ia sangat malu sudah tertangkap basah sedang melamun di tempat umum. Tetapi ketika Jade ingin melangkahkan kakinya lebar-lebar, tiba-tiba saja ia langsung terjatuh ke arah depan dengan lututnya yang terlebih dahulu membentur jalanan yang terdapat batu-batu kecil dan cukup tajam. Saat itu juga tawa Conrad, Jared dan Ally langsung meledak. Jade tidak mengetahui jika diaaat ia melamun tadi, ternyata Jared sudah mengingat kedua tali sepatu wanita itu menjadi satu sehingga begitu melangkah Jade, ia bisa langsung terjatuh. Jade meringis kesakitan merasakan lututnya yang begitu perih karena batu-batu tajam yang ternyata menggores kedua lutut hingga mengeluarkan darah yang cukup banyak. Jade menutup matanya yang sudah mengeluarkan air mata sambil meremas kuat-kuat rok seragam yang ia kenakan. Jade tidak bisa melihat setetes darah pun di hadapannya. Ketika ia melihat darah, pasti ingatannya akan selalu melayang pada kejadian di mana sang Ibu yang dulu melakukan bunuh diri dan terdapat banyak darah di sana. "Nggak lucu lo b**o bercandanya. Nggak liat dia sampe berdarah-darah kayak gitu," seru Noel dengan tiba-tiba di sela tawa kedua sahabat dan kekasihnya. "Sayang kamu apa-apaan sih? Bukannya dia sering dapetin hal kaya gitu, kenapa sekarang kamu kayak nggak suka gitu?" tanya Ally yang tidak terima jika kekasihnya itu membela Jade. "Bukannya aku nggak suka, tapi apa kamu nggak liat dia sampe berdarah kayak gitu?" "Tau ahh... sudah sana bela aja tuh upik abu, aku marah sama kamu!" balas Ally yang langsung meninggalkan Noel dengan langkah cepatnya. Situasi di sana langsung terasa begitu canggung ketika Jade masih terduduk di jalanan sambil menangis dan meremas rok seragamnya dan Noel yang juga masih berdiri di sana. Sedangkan kedua temannya itu sudah melarikan diri tidak lama setelah Ally meninggalkan Noel. Noel merasa bimbang karena di satu sisi ia kasihan dengan keadaan Jade, tetapi di sisi lain ia memiliki ego yang tinggi untuk menolong Jade di tengah lalu lalang para murid. Setelah beberapa saat, akhirnya Noel memilih untuk melemparkan sebuah sapu tangan berwarna silver yang mendarat tepat di hadapan Jade. "Sudah nggak usah nangis. Bersihin luka lo pake itu, abis itu ke UKS minta buat luka lo diobatin di sana," ujar Noel dengan singkat lalu ia langsung meninggalkan Jade yang masih terduduk. Walaupun hanya dengan memberi sapu tangan dengan cara melempar, hal itu langsung membuat hati Jade senang. Menurut Jade itu adalah sebuah bentuk perhatian yang Noel berikan kepadanya. Rasanya, sakit yang ia rasakan langsung menghilang begitu saja setelah Noel memberikan perhatian itu. Dengan tangan gemetar dan sedikit senyum yang terbit di wajahnya, Jade mengambil sapu tangan itu. Lalu sedikit demi sedikit ia mengusap darah yang mengalir hingga menyentuh kaus kakinya yang setinggi setengah betis. Setelah itu Jade melepas sepatu beserta kaus kakinya dan berusaha untuk berdiri agar ia bisa segera pergi ke UKS karena sebentar lagi jam masuk sekolah akan segera dimulai. Jade harus segera membersihkan lukanya agar tidak terjadi infeksi. Setelah selesai mengobati lukanya di UKS tadi, Jade sedikit terlambat masuk ke dalam kelas. Dan kebetulan sekali guru yang mengajar saat jam pertama di kelas Jade tidak bisa menerima toleransi saat ada murid yang terlambat, alhasil Jade disuruh keluar dari kelas dan tidak boleh mengikuti pelajarannya. Di saat Jade melangkahkan kakinya tanpa tujuan dengan sedikit tertatih-tatih, ia pun melihat Noel yang baru keluar dari toilet dan senyuman pun langsung terbit di wajah wanita itu. Tanpa ragu-ragu, Jade segera memanggil dan menghampiri Noel dengan langkah cepat. Ia tidak peduli dengan kakinya yang sedang terluka, karena ia ingin mengucapkan terima kasih atas sedikit perhatian yang sudah Noel berikan kepadanya tadi. "Hhmm... aku ingin mengucapkan terima kasih sama kamu." "Makasih buat apaan?" balas Noel sedikit ketus. "Itu yang tadi kamu ngasih sapu tangan ke aku. Hhmm... aku balikin ke kamunya besok saja ya, soalnya sapu tangan kamu masih ada darahnya. Jadi sapu tangannya harus aku cuci dulu baru aku bisa kembaliin ke kamu." "Nggak usah! Mendingan lo buang saja," seru Noel dengan singkat lalu ia langsung pergi meninggalkan Jade. Walaupun Noel selalu membalas setiap ucapan Jade dengan nada ketus, hal itu tidak pernah melunturkan senyuman yang selalu terbit di bibir Jade ketika bertemu atau pun berbicara dengan Noel. *** To be continued . . .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD