Cara seorang Werewolf untuk mencari mate-nya, tidak jauh berbeda dengan manusia. Mereka berkeliling, mencari satu sama lain sampai menemukan orang yang tepat. Walau bagaimanapun, Werewolf punya cara yang berbeda untuk menemukan mate-nya. Jika seorang Werewolf menatap mata Werewolf lain dan membuat jantungnya berdetak cepat serta tubuhnya memanas, disanalah ia menyadari bahwa orang yang dipandangnya adalah mate-nya.
Selama dua puluh enam tahun hidupnya, Julia tahu mengenai Werewolf Voref. Mereka hidup tersembunyi jauh di pedalaman hutan atau tempat-tempat berbahaya. Mereka terbiasa hidup liar seperti hewan buas dan memakan daging mentah. Dia tidak bisa mengatakan bahwa itu tidak normal karena bagaimanapun, mereka adalah separuh serigala, seperti dirinya. Karena sejujurnya, dirinya pun pernah memakan daging mentah untuk bertahan hidup.
“Julia...”
Sebuah suara panggilan dan sentuhan di lengannya langsung membuat Julia tersadar. Dia menolehkan kepalanya dan menatap Lu yang memasang ekspresi bingung serta khawatir. Saat ia akan membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tiba-tiba ia merasa melayang dan tanah di bawahnya kini berada di atas kepalanya. Sebelum ia bisa meneriakkan sesuatu, ia menyadari bahwa seseorang mengangkat tubuhnya dan membawanya di pundaknya.
“Rafael!”
Julia mengangkat kepalanya dan melihat pria muda yang baru saja memanggil nama pria yang mengangkat tubuhnya. Julia melihat Lu berlari ke arah mereka dengan wajah takut sekaligus khawatir. Ia berlari melewatinya dan tiba-tiba pria yang membopongnya berhenti berjalan. Ia tidak tahu apa yang membuatnya berhenti karena pandangannya terhalang oleh punggung pria yang membopongnya saat ia menengok ke belakang.
“Tunggu anak muda, kau tidak bisa begitu saja membawa Julia. Kenapa kau membawanya dan kemana kau akan membawanya?” tanya Lu dengan tegas.
Rafael tidak menjawabnya dan malah memutar tubuhnya, menatap dua pria yang masih ada di belakang mereka.
“Dimana mobilmu?” tanya Rafael sedikit berteriak.
Julia menolehkan kepalanya dan melihat kedua pria itu berlari mendekati mereka. Kedua pria itu menatap mereka berdua secara bergantian dengan ekspresi bingung. Lalu ia mendengar Rafael berdecak.
“Kubilang dimana mobilmu?” tanyanya tidak sabar. Julia baru menyadari bahwa selama rapat pertemuan tadi, dia tidak berbicara sama sekali. Hanya pria yang satunya yang lebih banyak berbicara dan ini pertama kalinya ia mendengar suaranya.
“Di dekat hutan,” jawab pria yang berpidato tadi.
Rafael mengulurkan tangannya, meminta sesuatu dari pria itu. Tersadar, pria itu langsung mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya dan melemparkannya pada Rafael dan ditangkapnya dengan tangannya. Setelah itu, Rafael membalikkan badan dan kembali berjalan, tidak menghiraukan Lu yang masih berdiri disana menunggu jawaban.
“Turunkan aku! Kau tidak bisa melakukan hal seperti ini padaku!” protes Julia sambil memukul-mukul punggung pria itu. Tidak mendapatkan respon, Julia mengangkat kepalanya dan menatap Lu yang semakin jauh. “Lu!” teriaknya.
Lu kembali berlari untuk mengejarnya. Bahkan hanya dengan berjalan, pria itu jauh lebih cepat dari Lu yang sedang berlari. Sebelum Lu bahkan bisa mencapai mereka, sosok Lu menghilang dan tertutupi oleh jalan bebatuan saat Rafael mulai menuruni tangga. Mereka mulai mencapai lahan luas di dekat hutan yang digunakan untuk memarkir mobil para tamu yang datang pada pertemuan tadi. Dua orang itu menjadi pemandangan unik tersendiri bagi orang-orang yang masih ada disana. Julia terus berteriak untuk meminta Rafael agar menurunkannya. Namun orang-orang disana tidak berusaha menolongnya dan lebih memilih tidak menghiraukannya karena, siapa yang mau berurusan dengan Werewolf Voref? Kecuali dia orang tidak waras yang ingin cepat pergi ke akhirat hanya dalam satu detik.
Julia menyadari, Rafael semakin menjauh dari kerumunan mobil yang terparkir di lahan luas itu. Ia menuju mobil SUV hitam yang diparkir agak menjauh dari mobil-mobil itu, dan sedikit masuk ke dalam hutan. Setelah mereka mencapai mobil itu, Rafael membuka pintu mobil tersebut dan memasukkan Julia ke dalam, menjatuhkannya di kursi penumpang.
“Tetap disini,” kata Rafael sebelum ia menutup pintu mobil tersebut dan menguncinya kembali.
Julia memukul-mukul kaca mobil dan berteriak memanggil Rafael agar kembali dan mengeluarkannya. Beberapa detik kemudian, ia melihat dua pria tadi datang dan berbicara dengan Rafael. Tidak lama, Lu juga ikut datang dan terlihat marah-marah kepada Rafael. Pria yang berpidato tadi berjalan mendekati mobil tersebut dan membuka pintunya.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya.
“Tidak, aku tidak baik-baik saja! Sekarang, keluarkan aku dari sini dan biarkan aku pulang!”
“Tunggu, biarkan aku berbicara sebentar dengan temanmu,” katanya sebelum menutup kembali pintu tersebut dan menguncinya.
“Hei! Keluarkan aku!”
Julia melihat pria itu menghampiri Lu dan berbicara dengannya. Saat perbincangan itu berlangsung, Julia menyadari ada keterkejutan di wajah Lu. Ia menatap mobil tempatnya berada sejenak sebelum kembali menatap pria itu. Saat Lu berbicara, pria itu juga sama terkejutnya seperti Lu tadi yang langsung membuatnya menoleh ke arahnya dan kembali menatap Lu. Meskipun Julia tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, Julia sudah mengetahui apa topik pembicaraan tersebut. Semuanya adalah tentang dirinya yang adalah mate Rafael dan siapa dia sebenarnya. Julia mengalihkan pandangannya dari mereka berdua dan mencari sosok Rafael. Ia baru menyadari bahwa Rafael dan temannya kini sudah tidak ada.
Pria yang tadi berbicara dengan Lu kini berjalan menghampiri mobilnya, diikuti Lu di belakangnya. Pria itu membuka pintu mobil pengemudi dan masuk ke dalam. Lu membuka pintu mobil belakang, tempat Julia berada.
“Lu!”
Julia hampir keluar dari mobil dan memeluk Lu sebelum Lu menahannya, membuatnya bingung.
“Julia, dengar, kau harus ikut dengannya,” katanya.
“Apa?” ucap Julia terkejut.
“Aku yakin Rafael tidak akan melakukan sesuatu padamu dan kau akan aman disana. Lagipula dia mate-mu.”
“Tidak, tunggu! Bagaimana kau bisa percaya begitu saja? Bagaimana denganmu? Aku tidak ingin sendirian!”
“Julia, aku tidak bisa ikut denganmu. Ini demi keamananmu. Aku masih bisa menemuimu dan akan mengabarimu. Untuk sekarang, kau harus ikut ke wilayah Werewolf Voref. Rafael mate-mu dan kau akan aman dengannya.”
“Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika dia melakukan sesuatu padaku?”
“Aku jamin dia tidak akan melakukan itu,” sahut pria di kursi pengemudi, membuat Julia dan Lu menoleh padanya. “Aku mengenal Rafael dan jika dia melakukan sesuatu padamu, aku berjanji akan mematahkan kedua kakinya. Jika kau ingin bertemu dengannya, aku akan mengantarmu untuk bertemu dengannya, tapi di tempat yang aman.”
Julia menoleh kepada Lu dan wanita itu mengangguk, menandakan bahwa pria itu berkata jujur.
“Tapi kenapa aku harus bertemu Lu di tempat aman?”
“Soal itu akan kujelaskan nanti,” jawab pria itu yang mulai menyalakan mesin mobil.
“Aku akan segera menghubungimu. Tetap hati-hati, ya? Aku akan menghubungi rumah sakit tempatmu bekerja,” kata Lu tersenyum dan menutup pintu mobil.
Tidak lama kemudian, mobil mulai berjalan dan Julia melihat sosok Lu yang mulai menjauh sambil menatap mobil yang ditumpanginya melaju pergi. Selama perjalanan, Julia tidak mengatakan apapun. Bukannya ia takut karena dibawa pergi secara tiba-tiba, atau harus memasuki wilayah Werewolf Voref. Ia takut jika mereka akan memanfaatkannya. Memanfaatkannya karena siapa dirinya. Jika mereka langsung membunuhnya dan tanpa memanfaatkan apapun, itu lebih baik, pikirnya.
“Jadi… namamu Julia?” tanya pria itu yang akhirnya membuka suara.
“Begitulah,” jawabnya dengan pandangan yang menatap keluar jendela.
Julia melihat bahwa mobil yang dikendarainya kini melewati jalanan yang mendaki. Pemandangan di sekitarnya juga mulai berubah, yang awalnya adalah pemandangan beberapa rumah, tanah yang luas, dan kini berubah menjadi pepohonan tinggi yang begitu banyak.
“Namaku Matteo,” katanya sambil melirik Julia sejenak lewat kaca spion di atasnya. “Apa yang bernama Lu tadi temanmu?”
“Namanya Lucinda, tapi aku memanggilnya Lu. Dia bukan hanya temanku, dia lebih seperti kakak dan ibu bagiku.”
Pria bernama Matteo itu mengangguk-anggukkan kepalanya. “Maaf soal sikap Rafael tadi. Ini pertama kalinya aku melihat dia seperti itu. Dia jarang berbicara.”
“Bisa kulihat itu.” Kemudian Julia menatap ke depan. “Omong-omong kemana dia? Kupikir dia ikut masuk ke dalam mobil?”
“Dia pergi dengan Fabian. Rafael dan temannya itu lebih suka berlari dalam wujud serigala. Kurasa mereka sudah sampai disana sekarang.”
Entah sudah berapa lama perjalanan mereka berlangsung, tapi Julia menyadari bahwa mobil yang dikendarainya terus berjalan mendaki. Ia sadar bahwa kini ia sudah berada di tengah gunung. Jalanannya tidaklah mulus dan ia takut jika tiba-tiba ada hewan buas yang menyerang mobil mereka secara tiba-tiba. Harimau gunung contohnya.
Kemudian mobil dibelokkan keluar dari jalanan yang mereka lalui, membuat Julia terkejut. Mobil mulai berjalan di jalanan bertanah di hutan, melewati pepohonan-pepohonan tinggi dan tanaman-tanaman lain yang begitu rimbun. Julia berpikir bahwa pemandangan hutan yang dilewatinya itu seperti hutan belantara. Begitu banyak lumut, tanah yang lembab, dan dedaunan yang berair. Mobil masuk ke dalam sebuah terowongan, atau lebih tepatnya goa. Goa tersebut tidak terlalu dalam karena tidak lama kemudian, mereka keluar dari dalam goa dan Julia disambut oleh sebuah pemandangan menakjubkan.
Sebuah pemandangan air terjun terlihat tidak jauh dari tempat mereka berada. Lalu di samping mereka, adalah sebuah perbukitan dengan pepohonan yang tumbuh tinggi menjulang, dan beberapa tanaman yang ikut menghiasi di bawah pepohonan tersebut. Ini adalah pertama kalinya Julia melihat pemandangan seperti ini selama dua puluh enam tahun hidupnya. Bukannya ia tidak pernah melihatnya sama sekali, ia hanya pernah melihatnya dalam sebuah gambar, video ataupun TV. Tapi melihatnya secara langsung dan menghirup setiap aroma yang ada disana? Ini adalah yang pertama di hidupnya, dan ia tidak bisa menyembunyikan betapa gembiranya dia.
Julia terlalu fokus melihat pemandangan hutan tersebut hingga tidak menyadari bahwa ada beberapa mobil yang terparkir tepat setelah mereka baru saja keluar dari dalam goa. Mobil-mobil ini diparkir di lahan yang cukup luas dan berada tepat di depan perbukitan tersebut. Mobil berbelok dan berhenti di samping SUV berwarna putih. Matteo mematikan mesin mobil dan keluar dari dalam mobil bersamaan dengan Julia.
Julia melihat ada lima mobil yang terparkir disana, termasuk mobil yang baru saja mereka kendarai. Namun salah satu mobil diparkir agak menjauh dari keempat mobil yang berjajar rapi. Itu adalah mobil Rolls-Royce hitam. Menyadari arah pandang Julia, Matteo langsung membuka suara.
“Itu adalah mobil Rafael. Keempat mobil yang lain adalah milik kami bersama. Kami jarang keluar dan menggunakan mobil kecuali untuk bekerja.”
“Kupikir kalian tidak mempedulikan modernisasi dan lebih senang berburu,” balas Julia.
Matteo tertawa. Cukup keras hingga mungkin bisa di dengar dalam jarak yang cukup jauh. Namun karena suara air terjun yang letaknya memang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada, membuat suara tawanya tidak begitu terdengar keras.
“Percayalah manis, kami memang lebih menyukai itu. Tapi kami juga perlu berbaur dengan sekitar kami agar kami bisa mengerti bagaimana cara kerja dunia sekarang.”
“Jadi… kenapa hanya dia yang memiliki mobil pribadi?” tanya Julia menatap mobil Rafael.
“Pada dasarnya itu bukan benar-benar mobil pribadinya. Dia memang membelinya sendiri dan kawanan kami sebenarnya juga bisa menggunakannya, sama seperti mobil-mobil yang lain. Tapi untuk beberapa alasan, kami tidak ingin menggunakannya,” jelasnya.
Julia menatap mobil tersebut selama beberapa saat. Dia berpikir bahwa mobil tersebut sangat cocok dengan sosok Rafael yang misterius dan tidak banyak bicara. Dia, entah bagaimana, cukup penasaran dengan seberapa sering Rafael menggunakan mobilnya, karena dilihatnya mobil tersebut masih begitu berkilau dan tidak terlihat ada sedikitpun goresan di badan mobil.
Matteo menoleh menatapnya. “Tempat parkir dan rumah kawanan cukup jauh, dan sulit dijangkau dengan kaki manusia. Jadi kita harus berubah menjadi serigala untuk mencapai rumah kawanan,” katanya.
“Bagaimana kalian bahkan bisa membawa semua barang belanjaan jika dengan tubuh manusia kalian tidak bisa menjangkau rumah kawanan?” tanya Julia bingung. Ia baru menyadari bahwa sesulit itu hanya untuk mencapai rumah kawanan Werewolf Voref. Tapi sekali lagi ia tersadar, bahwa ini adalah kawasan serigala Voref, tempat berbahaya dan sulit dijangkau, seperti yang dirumorkan.
Matteo terkekeh. “Kau akan mengetahuinya nanti,” ujarnya. “Sekarang, carilah tempat untuk melepas semua pakaianmu, dan bawa mereka dengan mulut serigalamu nanti. Sebenarnya kami terbiasa telanjang di depan satu sama lain, tapi karena kau bukan dari kawanan kami, aku sarankan kau tetap memakainya setelah berubah.”
Sebenarnya Julia pun tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut karena sejujurnya, dia juga terbiasa telanjang di depan kawanannya setelah berubah, sama seperti yang lainnya, hanya saja saat itu dia masih kecil. Karena dia menjalani sebagian hidupnya di wilayah yang dipenuhi manusia cukup lama, hal itu membuatnya memiliki rasa malu untuk telanjang di depan orang.
Julia mendekati salah satu mobil dan bersembunyi di baliknya. Ia menyadari bahwa di balik semak-semak dan pepohonan yang ada di depan mobil-mobil yang terparkir, adalah sebuah jurang yang di bawahnya dialiri air dari air terjun tersebut. Setelah ia melepas semua pakaiannya, ia berubah menjadi serigala dan berdiri dengan keempat kakinya. Selama hidup di wilayah manusia, dua kali dalam seminggu Julia akan berubah menjadi serigala untuk membiasakan tubuhnya. Bagaimanapun juga, jika ia tidak pernah mengubah wujudnya menjadi serigala walaupun hanya dalam beberapa detik, itu akan membuat tubuhnya kesakitan saat mengalami perubahan.
Julia membawa pakaiannya tersebut dengan mulutnya, lalu keluar dari balik mobil. Disana, Matteo masih berdiri dengan wujud manusianya, menatap wujud serigala Julia dengan penuh kekaguman.
“Sekali lagi, aku beruntung bahwa aku masih hidup dan bisa melihat ini,” komentarnya.
Detik kemudian, Matteo berubah menjadi serigala hitam dengan mata kuning menyala. Jika Werewolf lain memiliki bulu hitam pada wujud serigalanya, disana masih bisa ditemukan sedikit warna coklat atau kemerahan pada bulu hitamnya. Namun untuk Voref, tidak ada campuran warna apapun pada bulunya selain hitam. Benar-benar hitam seperti lubang hitam di galaksi. Sama seperti Arctic, yang memiliki warna bulu kebalikan dari mereka, yaitu putih. Seputih salju.