2. pertemuan

1708 Words
aku masih berdiri di depan cermin. mematut diri untuk berangakt kerja. Wajah yang hanya memakai sunscreen dan liptint tipis di bibirku. rambut yang kunikat ekor kuda..celana bahan warna hitam dan kemeja biru tua yang agak kusam karena sudah berkali kali di cuci. Setelah merasa semua ok, aku mengecek gawaiku, ojek online yang aku pesan sudah sampai depan kontrakan, dengan bergegas kuambil tas slempang, kugantung ID card di leher dan kusambar jaket yang ku gantung di belakang pintu. Kupakai sepatuku dan mengunci pintu, dengan sedikit berlari menghampiri tukang ojek yang sudah menunggu. "Maaf nunggu lama ya bang," kataku sambil memakai helm yang diberikan olehnya. "Enggak lama kok neng, baru aja nyampenya" bang ojek sudah menyetater motornya siap berangkat,, aku sudah duduk di boncengannya.. Siang ini aku sedang malas untuk naik angkutan umum, cuaca sudah mendung sekali, dan ingin cepat sampai ke pabrik. Sampai di gerbang, aku turun dan memberikan pecahan duapuluh ribu ke bang ojek dan berlalu masuk gerbang. Benar saja, baru sampai ke area loker terdengar gemericik air hujan yang telah turun, untung sudah sampai dalam. Jam masuk line masih lama, Vian juga belum kelihatan batang hidungnya, semoga saja dia tidak lipa membawa mantel hujannya dan tidak basah kuyup kehujanan. Aku memainkan gawaiku sambil duduk di lantai depan loker, orang orang mulai berdatangan. "Sendirian aja Nay. Vian belum berangkat?" sapa seorang di depanku, yang kutau dia masih satu line pekerjaan denganku dan satu korlap, tapi aku lupa namanya siapa.( parah banget kan). "Iya, masih di jalan kali" jawabku mendongak melihatnya sebentar kemudian menunduk fokis lagi terhadap gawaiku. " Kata anak sift satu banyak anak baru Nay, manager atasan kita juga baru" katanya lagi mengajakku mengobrol. "Iyakah? aku malah tidak tahu" kataku dengan masih fokus ke gawaiku, sebenernya aku enggan menanggapi obrolan obrolan model begini, gak jelas sumbernya. " he'em, bulan depan kan produksi bakalan meningkat Nay, kalo managernya, gak tau kenapa di ganti. Nanti breafing kita enggak ya itu manager baru" katanya sambil touch up dandannya, padahal kuperhatikan masih bagus dan tebal. Aku hanya mendengarkan dia yang terus bicara entah apa aku tidak begitu memperhatikan, hanya kujawab dengan iyakah, dan tidak tahu. " Hadeuh,, basah semua bajuku" Vian tiba tiba datang dan mengibas ngibaskan kan baju yang separuh basah. " Nggak bawa mantel?" tanyaku padanya yang masih sibuk dengan bajunya.. "Bawa, tapi tadi males makenya, orang udah dekat pabrik baru hujan. Udah makan belom Nay? temenin aq makan yuk, gak sempet tadi d rumah" "yuk" " duluan ya mbak," sapa Vian pada orang yang d depanku tadi. Vian memesan mi ayam di kantin, tadi sempat menawariku juga, tapi aku masih merasa kenyang dan sedang malas makan, aku hanya pesan segelas kopi hitam sambil menemani Vian makan. Kantin mulai ramai oleh karyawan yang baru datang, rata rata mereka hanya membeli minum dan cemilan, karena sudah kelewat sore untuk jam makan siang. Aku menyesap kopiku sedikit sedikit sambil memainkan gawaiku. " Itu ramai banget pada gosip apa sih?" Vian menaikkan dagunya menunjuk segerombolan karyawan yang sedang berhahahihi ramai sekali. aku mengikuti arah pandangannya dan ku jawab dengan mengedikkan bahu tanda tak begitu perduli. " Ihh kamu mah, kepo dikit nama sama sekitar" aku tau Vian hanya pura pura kesal. "Apa untungnya sih Vi, buang buang umur aja, gak guna" " Kali ada ingo penting yang bermanfaat, gak semuanya itu buruk Nay" " Kamu aja yang cari tahu,, nanti kasih tahu aku." jawabku tak peduli. Vian hanya menghembuskan nafas dengan sebal, aku tersenyum penuh kemenangan. * Malam harinya waktu jam pulang, hujan masih turun, walaupun tak sederas sore tadi, tapi cukup membuat hawa menjadi dingin menusuk tulang, tidak seperti karyawan yang keluar area pabrik dengan buru buru takut kebasahan karena air hujan, aku berjalan dengan santai di bawah payung biruku yang tak pernah ketinggalan walaupun musim kemarau aku selalu membawa payung kemana mana, sudah seperti kebiasaan, seperti ad yang hilang jika tak membawa payung. Vian juga sudah ngacir duluan karena ada janji dengan saudaranya. Jika jam pulang pabrik gini banyak ojek yang mangkal d depan gerbang, jadi tak perlu repot repot pesan online, mereka sudah siap di samping motornya sambil menjajakan jasanya.." ojek neng...ojek neng" begitu riuh bersahutan, dan kita tinggal milih mau numpang yang mana. Aku menghampiri ojek yang belum dapat penumpang dan menepuk pundaknya. aku tahu bapak ojek setengah baya ini tuna wicara, namun pendengarannya baik, saat tukang ojek yang lain saling teriak bersahutan mencari penumpang dia hanya duduk sambil memandangi orang yang lalu lalang keluar gerbang. Dia sudah seperti menjadi langgananku ketika pulang dari pabrik. " seperti biasa ya pak" kataku agak keras sambil memakai helm yang diberikannya. bapak itu hanya mengangguk tanda mengerti. sebelum sampai kontrakan aku mampir ke penjual roti bakar yang masih kelihatan ramai, perutku sudah memberontak minta di isi, tapi aku malas untuk makan nasi, makan malam d pabrik tadipun aku hanya memakan jatah makan beberapa suap. Entah kenapa ahir ahir ini nafsu makanku menurun. Aroma roti yang di panggang begitu menggoda, hingga perutku semakin terasa melilit minta di isi. "Udah lama gak kelihatan neng," abang penjual roti bakal mengajakku bicara. " Iya mang, udah lama gak masuk malam" jawabku seadanya. setelah itu hening, hanya terdengar suara lalu lalang dari jalan di belakangku. Sampai kontrakan aku langsung selonjoran di karpet, meletakkan tas di lantai begitu saja, mengambil botol air minum yang tadi siang kutinggalkan di karpet dan meminumnya. Entah kenapa hari ini terasa begitu melelahkan. Membuka bungkus roti bakar dan memakannya, baru satu potong roti aku sudah enggan untuk makan lagi, rasanya perutku semakin tidak enak saja. Merebahkan tubuhku di karpet begitu saja tanpa bersih bersih dulu, aku terlalu lelah. menyalakan gawai dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam, kemudian meletakkannya lagi. kupandangi langit langit dengan tatapan kosong. " aku lelah" gumamku perlahan sambil memejamkan mataku. tak butuh waktu lama, aku pun tertidur di karpet tanpa membersihkan diri. Matahari sudah tinggi ketika aku membuka mata, badanku semakin terasa tak enak, tulang tulang terasa ngilu, persendian rasanya mau copot. Kupegang keningku yang terasa hangat. mungkin aku masuk angin. Dengan malas aku beranjak dan merebus air untuk mandi hangat. sambil menunggu airnya panas, kuambil teflon untuk memanaskan roti bakar semalam, bisa untuk sarapan. mengambil kantong teh dan menyeduhnya. Aku langsung membersihkan diri dengan air panas dan makan roti yang telah kupanaskan. Kuambil jaket yang agak tebal dan memakainya, fiks, aku demam. menyalakan televisi dan rebahan lagi di kasur. mengambil gawaiku dan memeriksa notifikasi, ada pesan dari Vian. Vian. Sepertinya nanti aku gak masuk kerja deh, badanku gak enak banget karena kehujanan kemaren, kamu gk papa kan kalo aku gk masuk ntar. aku langsung membalasnya. gak papa vi, kamu istirahat aja di rumah biar cepet baikan. Hanya di balas dengan emoticon jempol oleh Vian. Belum lama melihat televisi dan mataku terasa mengantuk lagi, kurapatkan selimut dan memejamkan mata untuk kembali tidur lagi, tak lupa memasang alarm siang nanti untuk berangkat bekerja. Bukan membaik setelah bangun tidur tapi malah terasa semakin lemas. Sekarang kepalaku ikutan pusing, tapi aku harus tetap berangkat. setelah minum paracetamol aku langsung berangkat untung siang ini tidak hujan, walaupun tidak panas juga sih. Rasanya semakin berputar putar saja kepalaku, kugelengkan kepalaku untuk mencari fokus. " Lagi gak enak badan ya neng, pucet banget" tanya tukang ojek yang kutumpangi sambil menerima helm yang kuberikan setelah sampai d depan gerbang pabrik. " iya bang, sedikit flu" jawabku sambil tersenyum sebaik mungkin. Aku berjalan memasuki gerbang dengan perlahan rasanya kakiku tak berpijak lagi di tanah, karena berangkat lebih awal, masih terasa sepi di pabrik. Aku berhenti di pinggiran dan memegang kepalaku yang semakin berdenyut denyut sakit, pandanganku sudah kabur, kugelengkan kepala malah semakin terasa pusing, pandanganku pun menggelap dan tak ingat apa apa lagi. Mataku masih terpejam, namun aku mendengar ada orang yang bercakap cakap pelan di ruangan ini, dan suara laki2, dimana aku, Kugerakkan tanganku dan ada infus yang terpasang disana, kepalaku masih terasa pusing, Kucoba untuk untuk membuka mata, ruangan ini di d******i dengan warna putih, dan tercium khas obat obatan. " Apa aku di rumah sakit? tapi kenapa bisa sampai disini, tadi kan aku dusah sampai baprik" aku bertanya tanya pada diriku sendiri, sementara orang yang juga berada di ruangan ino belum menyadari kalo aku sudah terbangun. Setelah beberapa saat aku mencoba untuk bangun baru setelah itu, orang yang kidengar tadi bercakap beranjak dan mengampiriku. " Sudah siuman nona, biar saya periksa dulu ya" kata salah seorang yang ternyata adalah dokter, dia menyentuh nadi pergelanganku dan memeriksaku dengan stetoskopnya. " Nona sedang program dietkah?" tanya dokter itu setelah memeriksaku. kugelengkan kepalaku sebagai jawaban tidak. " Nona mengalami dehidrasi dan asam lambung yang naik, makan dengan teratur dan begizi ya. Nanti setelah infus ini habis, nona boleh pulang" aku hanya mengangguk merespon perkataanya. " tidak perlu rawat inap dok, biar lebih baik" tanya orang yang baru kusadari lagi keberadaannya di ruangan ini, dan aku langsung memucat setelah melihat wajahnya, dia Anka, temanku waktu sekolah dari smp hingga kuliah, namun setelah lulus S1 dia melanjutkan S2nya di luar negeri. " tidak pak, hanya perlu makan minum yanh teratur, dan istirahat." jawab dokter itu ramah dan langsung pamit undur diri. Anka memgantar dokter itu hingga pintu, dan kembali lahi disamping ranjangku, aku semakin menundukkan kepala dan meremas selimut di tubuhku. " udah mendingan? "tanyanya sambil menatapku dengan kawatir. aku hanya mengangguk. " kamu baik baik aj kan Nay? " aku hanya mengangguk. " Kamu baru pulang ya? kenapa tak pernah mengabariku?" Aku langsung mengangkat kepalaku dengan kening yang mengernyit. "pulang darimana aku? orang gak kemna mana kok" " dulu waktu aku datang ke rumahmu, kamunya gak ada dan kata tantemu kamu belajar ke inggris. Maaf ya waktu kematian orang tuamu aku gak bisa datang." aku hanya tersenyum tipis mendengar penjelasan Anka. Bahkan tante sudah seperti mengusirku. "Gak apa apa Ka, udah lewat ini. kok aku bisa ada disini sih." " tadi kamu pingsan di depan gerbang, kebetulan aku lagi lewat dan langsung kubawa kamu ke klinik." " kamu kenapa bisa ada disini?" " Tadi kebetulan lewat aja. Kabar kamu baik kan Nay?" " Baik Ka, baik banget malah" " Ya udah istirahat dulu aja, sambil nunggu infusannya habis. aku keluar bentar ya" pamitnya lalu keluar kamar rawat. Aku kembali merebahkan tubuhku dan memejamkan mata. " aku gak baik baik aja Ka" gumamku dan setetes airmata lolos ke pipiku. tiba tiba aku merindukan ayah dan ibu
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD