Beruntung sekali Aura masih ditunggu oleh Rena di parkiran. Aura langsung menghampiri Rena yang sudah duduk di jok motor dengan helm di kepala nya. Rena yang sedang melamun menatap jalanan di hadapan nya terkaget saat Aura muncul tiba-tiba. "Ya Allah, Brownies dari siapa, Ra?" tanya Rena dengan menyipit."Katanya upah buat aku dari anak Pak Farhan yang ngeselin itu, Teh," jawab Aura dengan menatap malas kotak brownies tersebut. "Lumayan lah, Ra. Bisa buat ganjel perut kita pas nunggu antrian lama, Haha. Ada untung nya juga kamu jadi babu nya dia," ucap Rena dengan tertawa geli. "Ya keleus upahku cuma seharga brownies empat puluh ribuan gini. Nggak terima aku, Teh. Nggak bakalan mau lagi aku ketemu dia atau bantuin dia lagi," ucap Aura dengan memutar bola mata nya. "Iya deh iya. Haha. Tapi emangnya kamu bisa nolak dia? Ra, Kamu bonceng sama Teteh aja ya? Capek nih barusan nge laju dari Cilacap," ucap Rena dengan lesu. "Nggak juga sih kalau yang nyuruh Pak Farhan" dengus Aura dengan lesu, "tapi naik motor Teteh aja ya?" lanjutnya dengan senyum meringis nya. "Gelo! Bensin kamu pasti mepet kan?" ucap Rena dengan menggeleng-geleng kan kepala nya. "Hehe. Iya nih. Ntar mampir ke Pak Ujang ya pulangnya, Teh! Mau beli bensin sekalian kan deket tuh ntar sama Gacoan. Hehe," ucap Aura sembari mengusap lengan Rena yang ia rangkul. "Kebiasaan jelek deh! Kamu tadi pagi pasti telat ye kan kuliahnya?" tebak Rena dengan masam. "Hehe. Aku lupa nggak ngisi sekalian pas pulang kuliah kemaren sore," jawab Aura dengan cengiran nya, “Aku udah ngebut-ngebut lho tadi pagi, Teh! Eh kelasnya malah kosong coba. Zonk banget sumpah hari ini.” Aura dan Rena sudah sampai di Rumah makan Mie Gacoan. Antrian panjang sudah terlihat dari parkiran. Akhirnya Rena memilih untuk mencari tempat mereka makan sedangkan Aura mengantri untuk memesan. Teman-teman yang lain sudah memberikan pesanannya pada grup chat Departemen Penalaran mereka. "Aura!" ucap Dirga sambil menepuk lengan Aura dari belakang. "Hisshh, Ngagetin tau nggak kamu tuh! Tumben cepat dateng nya. Kamu langsung naik aja nggak papa kok, Ir, " ucap Aura saat Dirga berdiri disampingnya. "Gue temenin lu ngantri aja dah. Gue baru males ngeladenin Teteh," ucap Dirga mendekatkan kepalanya ke telinga Aura. "Ku bilangin Teteh ya! Biar kena omel sekalian kamu," ucap Aura dengan menjulurkan lidahnya meledek Dirga. "Bodo amat dah! Nggak peduli gue. Anak-anak udah pada pesan di grup semua kan ya?" ucap Dirga sambil membuka w******p di ponselnya. "Coba liat deh!" ucap Aura sembari mendekatkan kepalanya kearah ponsel Dirga. "Sabar napa dah! Gue bikinin list aja biar lu gampang bacanya ntar," ucap Dirga sambil menjauhkan kepala Aura dari ponselnya. "Dirga kesambet apa sih hari ini? Baik banget deh sama Aura. Kan aku jadi baper deh," ucap Aura dengan tersenyum jail. "Nggak usah senyum-senyum gitu dah lu Ra! Ntar dikira gue baru sama orang gila," ucap Dirga datar sambil mengelus rambut Aura dengan lembut. "Ishhhh! Aku pengen tabok mulut kamu sekali aja, Biar nggak kayak petasan gitu," ucap Aura dengan ekspresi merengut nya. "Hilih! Nggak mempan gue lu gituin. Udah ayok maju," ucap Dirga sembari merangkul Aura. "Kak, Mas Dirga!" ucap Dinda yang diikuti Nada. "Langsung ke atas aja, Dek. Udah ada Teteh kok. Kasian sendirian di atas tuh," ucap Aura dengan senyumnya. "Oke siap Kak. Mas Dirga tumben mau antri? Uppss!" ucap Nada sambil menutup mulutnya. "Hmm. Sekali-kali lah nemenin Aura gue," ucap Dirga dengan ekspresi datarnya. "Itu tangannya tolong dikondisikan dong! Nggak usah ngerangkul-rangkul gitu deh, kak! Kan adek jadi pengen. Haha," ucap Dinda dengan senyum smirk nya dan langsung berlari masuk ke dalam. "Emang ya tuh dua bocil berani-beraninya sama kita!" ucap Dirga mendesis. "Makanya nggak usah aneh-aneh kamu mah! Mana hand phone mu? Tinggal dua orang lagi nih. Kok nggak ada, Ga?" ucap Aura sembari membuka waist bag Dirga. "Oh iya lupa malahan, Ndoro. Gue taruh di bagian tengah," jawab Dirga sembari menghadapkan badan nya ke arah Aura. Setelah Aura dan Dirga memesan dan membayar makanan, mereka langsung menuju tempat yang sudah dikabarkan di grup w******p Divisi mereka. Saat mereka sudah mendekati meja makan yang dimaksud, ternyata sudah ada Rifal dan Rara juga. "Selamat ulang tahun kami ucapkan.......Happy Birthday Aura!!" sorak Rena, Rifal, Rara, Dinda, dan Nada dengan berdiri dari tempat duduknya serta membawa kue ulang tahun. Tak terasa air mata Aura keluar dan langsung memeluk Dirga yang berada di sampingnya. "Happy birthday ya Lu, Ra. Nggak usah ngerengek dah! Udah ditungguin anak-anak tuh," bisik Dirga dengan mengelus kepala Aura. "Aaaaa.. Thanks kalian semua. Aku terharu lho," ucap Aura yang sudah melepaskan pelukannya pada Dirga. Aura mulai memeluk mereka satu persatu. Aura benar-benar tidak menyangka bahwa ia akan diberi surprise seperti ini. Ya, walaupun sudah telat dari hari-H ulang tahunnya. Namun, menurutnya ini yang paling mengharukan karena tahun-tahun kemaren pasti jika saat merayakan ulang tahunnya tidak pernah full team. Bagaimana tidak dua kakak tingkatnya yang sudah bekerja di luar kota bahkan menyempatkan untuk merayakan ulang tahunnya hari ini. Walaupun Aura juga merasa malu karena pengunjung yang lain jadi menatap gerombolannya yang sangat berisik. Tapi juga ada pengunjung yang ikut bernyanyi bersama mereka. "Kok Rara sama Mas Rifal udah di atas aja?" ucap Aura sembari memotong kue ulang tahunnya dan membagikannya satu persatu. "Kamu asik sendiri sama Dirga nge bucin sih tadi. Tapi nggak papa sih. Jadinya nggak ketahuan kalo kita bawa kue sama kadonya. Hahaha," jawab Rifal dengan kekehan nya dan disusul dengan yang lainnya. "Gue nggak nge bucin sama dia ya! Gue kayak biasanya aja kalo sama Aura," ucap Dirga dengan santai sembari mengacak rambut Aura. "Nggak usah ngerutin dahi gitu deh, Ga! Nggak enak diliat nya sama yang lain tau. Kayak nggak nyantai amat jawabnya," ucap Aura sambil mengusap dahi Dirga yang duduk disampingnya. "Kan kan! Baru juga dibilangin. Kenapa kalian nggak pacaran aja deh, Kak? Gemes aku tuh sama kalian," ucap Dinda dengan semangat yang menggebu-gebu dan ekspresi gemasnya. "No comment gue. Lu yang klarifikasi," ucap Dirga dengan menatap Aura dan menunjuk dengan dagunya. "Aku sama Dirga udah sahabatan dari lama. Jadi ya gitu deh nggak bakalan nyatu kalau pacaran," Ucap Aura menjelaskan. "Itu mah alasan klise dari dulu. Awas ya kalo plot twist nya besok kalian nikah!" ucap Rena meledek. "Amit-amit dah, Teh! Buruan cari pacar deh kamu, Ir. Bosen aku diledekin sama kamu terus dari dulu," ucap Aura dengan mengerucutkan bibirnya. "Elu dulu lah napa? Gue males pacaran," ucap Dirga dengan datar. Obrolan mereka terjeda dengan adanya waiters yang mengantarkan pesanan makan siang mereka. Selanjutnya mereka fokus dengan makanannya masing-masing. "Dek Aura kan ya?" ucap Fasa menyapa saat mendekat ke meja makan Aura dan kumpulan nya. "Ah! Iya, Mas-Fasa," jawab Aura dengan tergagap dan mengalihkan pandangannya dari makanan yang sedang ia santap ke arah Fasa yang berdiri di dekatnya. "Wah barusan ngerayain ultah ya? Ya udah deh lanjut dulu aja makannya. Maaf ya udah nge ganggu kalian makan," ucap Fasa setelah melihat adanya kue ulang tahun yang berada ditengah-tengah meja Aura dan teman-temannya. "Gue Dirga. Lo?" ucap Dirga sambil berdiri dan mengajak berjabat tangan dengan Fasa sebelum lelaki tersebut berbalik badan. "Saya Fasa," ucap Fasa sembari menerima uluran tangan Dirga dan menatapnya heran. "Lu anak mana? Kenal Aura dimana?" tanya Dirga dengan santai yang diamati oleh Rena dan Rifal dengan malas serta tatapan kepo dari Dinda dan Nada. "Apaan sih, Ir? Males deh kamu kayak gini terus dari dulu! Maaf ya, kak," ucap Aura dengan sungkan. "Nggak papa kok, Dek. Saya anak Teknik lingkungan. Saya kenal Aura karena satu kepanitiaan untuk acara Dies Natalis Universitas" ucap Fasa menjelaskan. "Lah gue pingin kenalan doang sama dia, Ra. Oh oke lah. Gue titip Aura ke lu ya, Bro," ucap Dirga santai. Aura menatap Rifal memberinya kode agar menjadi penengah untuk dua orang yang sedang berbicara tersebut. Aura tahu maksud Dirga berkenalan bukan cuma sekedar mengajak kenalan saja. Tapi Dirga sebenarnya ingin mengulik kepribadian orang tersebut. Berkat sahabatnya tersebut dia menjomblo sampai sekarang. Tapi ada untungnya juga karena dia tidak perlu ribet menolak mereka karena ia memang malas berpacaran. "Ga, makananmu tuh dari tadi pengen cepat dimakan majikan nya deh," ucap Rena yang mengerti kode tatapan dari Aura untuk mengalihkan perhatian Dirga dari Fasa. Dirga langsung teralihkan dengan tangan Aura yang sudah membukakan sumpitnya dari plastiknya. Ia langsung mengusap rambut Aura setelah Aura memberikan sumpit tersebut padanya dan dilanjutkan dengan memakan mie nya. "Makan sama siapa, Mas?" tanya Aura dengan tersenyum tipis. "Sama temen-temen tongkrongan aja sih, Dek," jawab Fasa dengan menggaruk tengkuknya, "Oh iya, dek. Aku sekalian mau ngabarin aja kalo besok Rabu bisa ikut kumpul rapat kan?" "Rabu ya, Mas? Kayaknya sih bisa dan belum ada agenda lain juga. Tempatnya dimana ya, Mas?" ucap Aura sembari menatap Dirga. "Tempat sama jamnya nanti ku kabarin lagi di grup ya. Ya udah itu aja, Dek. Aku-," jawab Fasa dengan terpotong karena ada orang yang menepuk pundaknya. "Sa, duduk dimana mereka?" tanya Raga sambil menepuk pundak Fasa, "Oh Aura ya?" lanjut Raga Saat Fasa sudah membalik badannya dan hanya dibalas Aura dengan anggukan serta senyum nya. "Di area smoking kayak nya. Ya udah kita duluan ya. Silahkan dilanjut lagi makan nya," ucap Fasa sambil berjalan meninggalkan meja tersebut setelah mendapatkan anggukan dari penghuni meja tersebut. Aura langsung melanjutkan makannya kembali dengan tenang dan selalu setia meladeni permintaan Dirga untuk mengambilkan dimsum yang ada. Ia tidak terlalu memperhatikan kepergian Rafa karena teralihkan dengan permintaan Dirga. "Wah, tau gitu kemaren aku daftar kepanitiaan Dies Natalis Universitas juga lah, Mbak. Gila sih itu oppa oppa Korea bisa kenal sama Mbak Aura," ucap Nada dengan mendengus. "Halah alay! Dia cuma menang putih sama sipit aja. Gantengan yang tadi lo anterin dah, Ra. Siapa namanya? Yang anaknya Pak Farhan," ucap Dirga yang langsung dibungkam Aura dengan memasukkan dimsum paksa ke mulut Dirga. Aura kesal dengan perkataan Dirga yang mengungkit tentang Arka. "Iri bilang bos! Haha," ucap Rifal yang disambut tawa anak-anak. "Pawangmu sewotan amat sih, Ra!" ucap Rena dengan menggeleng-gelengkan kepala nya. "Daripada teteh bawel nya minta ampun," jawab Dirga malas. "Eh nggak punya kaca ya. Mulutmu juga cabe rawit, Ga! Lama-lama ku tendang juga ini kaki," ucap Rena dengan menendang kaki Dirga. "Aish! Sakit Teh!" desis Dirga dengan memegang kakinya yang baru saja di tendang Rena dari bawah meja. "Makanya jangan main-main sama cewek yang lagi PMS," sewot Rena dengan muka datarnya. Aura, Rifal, Nada, Rara, dan Dinda hanya dapat tertawa melihat wajah Dirga yang meringis kesakitan karena di tendang oleh Rena menggunakan sepatu pantofel nya pada bagian tulang keringnya. Suasana meja mereka seperti biasa menjadi ramai dan gaduh. Apalagi Nada membawa kartu UNO nya. Sudahlah, setelah selesai makan mereka langsung memainkan kartu UNO tersebut dengan berbagai rules yang disepakati bersama. Bagi yang kalah akan mendapatkan Dare ataupun Truth. TBC